Tampilkan postingan dengan label Hamima. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hamima. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Maret 01, 2025

#27 tahun adalah badminton, sayur lodeh, dan misi penyelamatan hidup

    Jadi, bener nggak sih kalau makin tua kita malah kayak atlet? Mulai coba-coba semua cabang olahraga, dari yang simple seperti jalan kaki, lari, terus ke yoga dan pilates. Ada yang badminton, tenis, sepedaan, bahkan temanku ada yang mulai belajar boxing! Hahaha.

    Kemungkinannya menurutku ada 2, selain karena merasa badan kita mulai jompo dan menjadi tua renta itu melelahkan (jongkok berdiri aja lutut bunyi, bangun tidur pegal, dan makin sering merasa capek tanpa alasan jelas), kita lalu memutuskan olahraga untuk mengembalikan kebugaran fisik. Sementara kemungkinan lainnya cukup realistis dan pahit: kita semua adalah orang dewasa yang sok sibuk, dikit-dikit stress, dan jujur aja, sering kesepian. Kehidupan bekerja yang kita jalani sungguh mencekik dan membuat kita seperti mayat hidup. Hari-hari di tempat kerja yang autopilot berjalan sangat melelahkan, dan jiwa yang lelah membuat kita semakin hampa. Lalu olahraga jadi semacam escape, jadi sesuatu yang bisa kita kontrol di tengah hidup yang penuh tuntutan. Aktivitas ini sangat menyegarkan dan bantu melepas endorfin ke otak, bikin kita jadi lebih merasa bahagia, dan bermakna sebagai manusia. Olahraga ini, in the end jadi usaha bertahan hidup secara mental dan emosional.

    Selain yoga dan pilates, aku sedang menekuni cabang olahraga baru yang ternyata seru dan nggak butuh skill yang oke-oke banget (asal bisa nampok aja); yaitu badminton!!! Apalagi, permainan ini juga jadi ajang ngumpul bareng teman-teman cewekku, mereka bukan rekan kerjaku dan kami nggak akan ngomongin pekerjaan di lapangan, alhasil relasi kami jadi lebih personal dan lepas aja jadinya haha.    

    Biasanya tiap malam sehabis jam 6, sepulang kami dari kantor masing-masing, kami mengagendakan sesi badminton selama 2 jam dengan menyewa gor atau lapangan badminton dekat kampus. Kami main sampai badan pegal-pegal, sampai perut keram karena kebanyakan ketawa, tapi kami happy karena rasanya seperti sedang nge-release semua stress. Sehabis itu, sambil mendinginkan badan yang panas karena keringat, kami biasanya rokoan sambil nongkrong di depan gor, sambil ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja dan merasakan udara malam menyapu wajah-wajah capek kami. Rasanya plong sekali! Hahaha.

    Padahal kami nggak jago-jago amat, kami bukan atlet dan badan kami pendek-pendek. Megang raket aja kadang kami kagok, nampok kok sering fales, tapi mungkin karena kebanyakan fales, kami jadi banyak lari dan banyak ketawa. Ujung-ujungnya meski badan kami capek mampus, tapi senang yang kami rasakan juga senang mampus.

    Sama halnya seperti baca buku, dengerin musik bagus, yoga atau pilates, makan makanan enak, dan hal-hal lain yang menyelamatkan hidup, aku bersyukur di usia 27 ini, aku masih diberi kesempatan dan stamina yang oke buat main badminton wkwk. Klise sekali, tapi ini sungguh-sungguh berarti. Menjadi 27 tahun itu melelahkan bro, dan kita harus merawat hal-hal yang dapat menyelamatkan kita dari kiamat-kiamat kecil di dunia ini (HUHU). Aku menulis ini pas lagi burnout di museum, dan sesi satu jam menulis blog sambil dengerin lagu-lagunya ABBA juga jadi seperti oase di tengah teriknya hidup. Kepalaku sekarang sedang penuh banget karena banyak hal sedang aku pertimbangkan, tapi supaya nggak terlalu oversharing, aku mau fokus bicara tentang badminton saja dan bagaimana usia 27 tahun akan bisa terlewati kalau kita punya hal-hal yang bisa menyelamatkan hidup. Haha.

    Apalagi ya? Barusan aku sarapan nasi sayur lodeh dan tempe garit, jadi meskipun kepalaku sedang kebal-kebul, aku merasa cukup sehat dan waras. 27 tahun harus disiasati dengan banyak hal. Aku masih punya banyak daftar keinginan yang ingin aku coret satu-satu, tapi tenang saja, aku nggak buru-buru dan akan menikmati proses-proses kecil dan semua ini pelan-pelan. Jangan lupa minum air putih, tidur tidak lebih dari jam 12 malam, mendapatkan sinar matahari yang cukup, ngobrol dengan kekasihmu, tanyakan kabar adik-adikmu, dan mari kita jalani hidup ini dengan penuh kesadaran dan welas asih (meskipun pemerintah sedang seperti tai babi). 

    Kalau ada rekomendasi lagu atau buku bagus, bagi-bagi yaaa!

Selasa, Februari 20, 2024

how does it feel to be #26 years old?

senin pagi bangun pukul 9 tanpa perlu bersiap-siap untuk bekerja adalah sebuah kemewahan yang sangat aku syukuri. hari akan berlangsung tanpa perlu merasa cemas harus bertemu dengan ratusan manusia dan mengobrol panjang kali lebar sama dengan luas persegi. semenjak bekerja di museum, senin adalah hari yang sangat aku nanti-nantikan. segala kelelahan yang terakumulasi selama seminggu bekerja dapat langsung luruh ketika sudah bertemu hari libur. ya meskipun cuma satu hari, tapi memaknai keberadaan dan kegunaannya adalah yang terpenting.

Yoga masih tidur dengan pulas, semalam dia ngelembur sampai subuh dan baru tidur setelahnya. sambil menunggu dia bangun, aku berselancar di youtube dan tertarik untuk menonton podcast seorang konglomerat Liliana Tanoesoedibjo. kukira perbincangannya akan seputar keglamoran dan bisnas-bisnis di kelas elit sepertinya, tetapi sepanjang obrolan ia cuma bahas relasinya dengan Tuhan, dan bagaimana keimanan itu mempengaruhi aspek-aspek di hidupnya. aku terkejut karena ternyata dia orang yang religius dan sangat taat pada Tuhan. jadi dapet banyak insight dari si ibu ini terutama soal cara pandang dia terhadap doa. aku nggak menyangka, hari liburku di pagi hari kupakai untuk mendengarkan khutbah seperti ini. siraman rohani yang sungguh menyejukkan nurani.

masih lagi menonton Bu Liliana cerita, bosku tiba-tiba menghubungi untuk minta revisian copy yang seharusnya aku kirimkan hari ini. aku mengecek pekerjaanku sekali lagi, lalu mengirimkannya pada beliau sambil berharap ini adalah revisian yang terakhir dan paling final. setelahnya aku mengecek to do list hari ini dan ingat bahwa malam nanti aku ada rapat zoom dengan teman-teman komunitas arsip untuk bahas rencana bikin pameran di Sukabumi. hari ini ternyata santai dan nggak terlalu sibuk, sisa hari akan aku pakai untuk baca buku dan nonton series di netflix.

aku sehat-sehat saja (barangkali kamu bertanya-tanya kabarku), aku lagi menyelesaikan buku bacaanku dan sedang sibuk belajar ini-itu. beberapa bulan ini aku rutin bikin diskusi buku bersama temanku secara online, kami memilih buku kesukaan kami, bikin poster diskusi dan membagikannya ke sosial media, lalu mendiskusikannnya langsung di hari dan tanggal yang kami pilih. agenda ini lumayan jadi stress-release untuk ngobrol dengan orang-orang yang punya kegemaran sama. habis acara selesai rasanya seruuuuuu sekaliiii. perasaan happy-nya adalah perasaan yang menjagamu untuk hidup dengan baik—supaya bisa terus bikin-bikin kegiatan yang menyenangkan seperti itu.

hidup di usia 26, ya begini-begini aja sih. kehidupanku di usia 25 masih berlanjut, pekerjaanku masih berlangsung sama rutinitasnya, side gigs ku di bidang yang lain juga sama hektiknya (nulis, nggarap copy, ngerjain revisian), aku masih baca-baca buku dan terobsesi bikin akun personal instagramku jadi akun bookstagram, aku masih halu pengen punya toko buku dan kedai makanan kecil yang bisa menyediakan tempat untuk mereka yang butuh tempat untuk ngapa-ngapain, aku masih suka ngambil cuti 3 bulanan buat jalan-jalan ke luar kota. sementara ini, aku masih sehat, normal, waras, meskipun kadang-kadang aku merasa tak berguna, tetapi sejauh ini aku masih sehat, normal, dan waras.

sambil ngalamun memandangi layar tabku, Yoga tiba-tiba terbangun dan mengulet panjang. "jam berapa ini, Mim?" tanyanya dengan suara serak. "jam 10 lebih 5." jawabku sambil senyam-senyum. kami lalu ngobrol dan mendiskusikan kegiatan apa yang harus kami lakukan di hari libur ini. sejak aku kerja di museum dan cuma punya waktu libur di hari senin, dia juga jadi ikut-ikutan mengambil libur di hari senin. tapi nggak juga sih, paling kalau ada waktu selo dia bakal buka laptop dan ngerjain sesuatu.

lalu tiba-tiba, kami sudah meluncur ke Stasiun Lempuyangan dan naik kereta lokal untuk ke Solo. kami mau makan siang sekaligus bertemu dengan temanku. kami makan steak ayam di salah satu mall, lalu melipir ke Sekutu Kopi untuk mengerjakan pekerjaan kami. Yoga menggarap revisian musik, saya membaca buku sambil terkantuk-kantuk. lalu pukul 5, kami sudah di stasiun lagi untuk naik kereta sore dan pulang ke Jogja. sungguh perjalanan yang singkat dan sangat praktis. sesampainya di rumah, Yoga melanjutkan pekerjaan recordingannya di studio dan aku menghadiri rapat zoom bersama komuntas arsip. terus habis itu lanjut baca buku, makan geprek dengan orang rumah, dan tidur—besok aku masuk pagi.

menurutku sih, menjalani hidup sebagai perempuan usia 26 ya dijalani dengan happy saja lah. tuntutan sosial pasti makin menekan, secara kita tinggal di lingkungan patriarkis yang masih suka mendiskreditkan perempuan. segala keputusan hidup dipertanyakan dan dipertentangkan. tapi daripada terus cemas dan tertekan dalam sistem tersebut, ada baiknya kita tetap menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita suka saja, tak perlu repot mengkhawatirkan hal lain, sebab ini hidup kita sendiri, dan kita cukup ber-privillege untuk memutuskan hidup seperti apa yang ingin kita jalani.

sambil tetap bekerja (karena sadar aku cuma kelas menengah ngehek yang masih butuh duit untuk menghidupi diri), sambil tetap menekuni hobi dan berharap hal ini bisa terus jadi peganganku ketika dunia sedang mobat-mabit, sambil tetap terhubung dengan orang-orang dan juga diri sendiri, sambil tetap makan enak kalau hati sedang sedih, olahraga kalau badan mulai kaku, istirahat kalau pikiran mulai capek, berdoa kalau diri mulai cemas—kupikir jadi perempuan di usia 26 nggak akan serem-serem amat.

(selama ideologi patriarhih bisa pelan-pelan lenyap dari muka bumi)

cheers, Mima! for more self-discovery and exploration! happy me, happy 26th! 

Sabtu, Desember 31, 2022

#25 hal yang menyembuhkan rasa sakit

1. Bangun jam 4 pagi, kemudian membereskan kamar yang pecah, masak sarapan dan bekal untuk makan siang di museum nanti, makan sarapan sambil membaca buku, shalat subuh, olahraga pagi seperti yoga dan meditasi (tapi jarang soalnya nggak cocok dengan konsep meditasi), membalas pesan orang-orang, bersiap-siap sambil menyetel musik keras-keras (untuk membangkitkan suasana pagiku yang biasanya selalu suram)

2. Menonton pertunjukannya Mas Danto (setiap kali melihatnya menyanyi, aku selalu merasa ingin tenggelam di lautan luka dalam sambil mengingat-ingat berapa banyak kesalahan dan kekecewaan yang ku perbuat pada orang-orang)

3. Menonton pertunjukan teater boneka bertajuk “Unfolding” yang digarap oleh seniman teater Amerika Serikat Margarita Blush di event Pesta Boneka-nya Papermoon Puppet Theatre. Pertunjukan ini berkisah tentang perjalanan dan kompleksitas hidup seorang perempuan, dari fase dia lahir, remaja yang ceria dan penuh keingintahuan, lalu fase dewasa yang dilewati dengan kemelut dan kekacauan, masa tua yang sepi dan rapuh, hingga fase ketika ia meninggal dan kepingan memori-memori semasa ia hidup terputar seolah mengantarnya berpulang. Melihat sajian dongeng kontemporer, berbalut pengkisahan dan cara bertutur yang indah, seni artistik yang membius (saking magisnya; dari kostum, properti, tata lampu, tata panggung dan peragaan boneka itu sendiri) membuatku langsung ingin mensyukuri hidup dan termotivasi untuk melakukan hal-hal (apapun itu) dengan lebih baik lagi. Nontonnya bikin menangis tersedu-sedu, sepertinya ini pertunjukan teater terbaikku sepanjang masa.

4. Terkoneksi dengan orang-orang, lewat percakapan-percakapan dan obrolan panjang semalam suntuk; dengan pasanganmu, dengan teman-temanmu, dengan bapakmu, dengan orang baru yang kamu temui di toko buku, siapa saja.

5. Berbagi kabar dan situasi terkini dengan Ibu; tetangga kami yang menikah, adik yang menang lomba, nenekku yang naik kereta ke bekasi untuk menengok cucunya, jualan ibu yang sepi, keponakanku yang sakit dan harus operasi, bapak yang keras kepala kalau diajak untuk check up di rumah sakit, aku yang kelelahan dan hampir pingsan di museum, dan kabar apa saja.

6. Menulis puisi.

7. Makan es krim atau Lotus Biscoff-nya Bloomery Patisserie yang lembut (biasanya kalau lagi puyeng).

8. Tur makam, mengunjungi makam-makam kuno dan melihat banyak hal, tentang kepingan sejarah, kehidupan di masa lalu, cerita-cerita hantu (kalau dapet), dan ambience yang bikin tenang.

9. Tur ke mana saja, dengan berjalan kaki, naik motor, atau kendaraan besar (museum, pasar, toko kelontong, candi-candi atau tempat peribadatan lain, atau mana saja yang menyimpan banyak cerita dan pengalaman-pengalaman seru).

10. Menyelesaikan Lebih Senyap dari Bisikan (salah satu novel terbaik di 2022)

11. Menonton Bilal Indrajaya. Aku sudah lama naksir sama suara dan lagu-lagu solois ini, tapi baru punya kesempatan untuk menonton pertunjukannya bulan Oktober kemarin.

12. Dateng ke openingnya FFD, JAFF, menikmati kemeriahan festival-festival film yang digelar di Yogyakarta (ketemu teman lama, nonton film bagus, melihat orang-orang keren)

13. Kalau hal-hal yang menyembuhkan rasa sakit ketika di museum adalah ketemu pengunjung yang baik hati, mau mendengarkan dan memperhatikan kita sebagai Edukator, terus ngajak ngobrol dan mengapresiasi dengan sopan. Biasanya pengunjung yang seperti ini lumayan bikin moodku membaik dan meredakan budrek-ku.

14. Minum jus mangga.

15. Menulis jurnal sebagai upaya pengarsipan sejarah diri (mencatat segala hal; literally segala hal, dari hal senggak-penting aku pengin makan apa untuk besok pagi sampai hal penting seperti daftar load kerjaan di museum yang harus ku selesaikan hahaha)

16. Datang ke acara diskusi buku, ke toko buku, ngobrol sama orang yang juga baca buku, dan semua peristiwa, semua tempat, semua manusia, semua hal yang berkaitan dengan buku.

17. Makan cumi tepung saus mentega, atau kwetiaw goreng yang penuh topping seafood.

18. Menonton kereta lewat.

19. Bikin ulasan tempat (restoran, coffee shop, toko-toko, museum, dan tempat-tempat lain) di Google Contribution.

20. Beli bunga sedap malam untuk wewangian (bikin rileks)

21. Belanja kebutuhan domestik di pasar atau toko swalayan (memilih-milih sabun detergen atau cuci piring, menimbang beras mana yang sebaiknya dibeli, menyetok banyak mie dan makanan fast food lain, membungkus nugget dan tempura dingin, melihat-lihat rak piring dan gelas meskipun pada akhirnya aku nggak membeli apapun, mengambil berpak-pak tisu dan pembalut, serta banyak barang-barang lain yang menunjang kehidupan domestikku)

22. Sarapan bubur ayam (dari sekian jenis menu sarapan yang selama 25 tahun ini ku makan, bubur ayam adalah yang paling terbaik)

23. Melihat suasana sore yang cerah dan matahari yang bersinar lembut (karena terbiasa mengalami musim hujan dan kedinginan di museum, kalau aku mendapati langit biru atau orens yang terang, aku sungguh-sungguh sangat bersyukur)

24. Loving people and wishing them all the best.

25. Dan tentu saja, menerima bahwa hidupku memang nggak sempurna dan banyak cacatnya. Aku banyak terluka dan melukai, banyak kecewa dan mengecewakan, banyak bersedih dan bikin orang sedih, tapi bagian-bagian yang kacau dan rusak ini justru mengajari dan memberikanku banyak hal; tentang upaya untuk merawat, untuk memaafkan, untuk berserah diri, dan tentu saja untuk lebih menyayangi diriku sendiri.








Selamat ulang tahun yang ke-25, Hamima! Semoga kamu mengingat 25 hal ini ketika kamu merasa sakit dan terluka. Hidup ini sungguh biasa-biasa saja sebenarnya, yang rumit dan kompleks hanyalah isi kepalamu sendiri. Hahaha.

p.s.: ulang tahunku tetap tanggal 15 Oktober ya, ini cuma telat posting aja ^_^

Minggu, Oktober 31, 2021

#24 pikiran di 24 tahunku yang pertama kali


1. Proses pemulihan dari segala sesuatu yang pernah membuatku sangat terpukul dan terluka tak pernah selalu berjalan dengan mulus. Ada hari di mana aku merasa sangat stabil dengan suasana hatiku yang kondusif, tetapi ada kalanya pula perasaan ingin menangis dan melukai diri itu tiba-tiba muncul dan menyerangku. Karena aku tau situasiku sangat fluktuatif seperti itu, maka, aku akan mencoba mengalami semua emosi itu pelan-pelan. Nantinya pun proses mengalami ini akan menjadikanku banyak belajar; tentang bagaimana baiknya memproses peristiwa, memproses luka, dan memproses perasaan yang malang-melintang bagai isi kepalamu yang begitu berisik. Hidup ini memang berantakan, tapi kalau aku bisa merapikannya satu per satu, kupikir aku bisa bertahan dan menyelamatkan diri.

2. Dunia yang sangat patriarki ini terus-menerus membuat perempuan merasa tidak aman. Kami diliputi ketakutan dan ketidakberdayaan karena terus direpresi oleh bajingan-bajingan yang selalu merasa superior. Ada banyak sekali berita kekerasan seksual yang lalu-lalang di beranda internet, dan seringkali aku menjadi cepat lelah hanya karena membaca peristiwa-peristiwa mengerikan itu. Perutku langsung terasa tidak enak, kepalaku pusing, dan mataku jadi mudah sekali menangis. Brengsek. Kalau tiba-tiba aku terguncang karena trauma kekerasan seksual, aku akan duduk dan minum air putih lalu menenangkan diri sendiri di tempat yang sepi dan tak terlalu riuh. Tiga kali tarikan napas dan tepukan pelan di dada akan lumayan membantuku meredakan kekalutan.

3. Aku tak pernah menyangka, basa-basi yang dilontarkan orang-orang seperti menanyakan kabarmu, bagaimana harimu, apakah kamu sudah makan atau belum, itu bisa menyelamatkanmu dari kabut gelap yang menyergap isi kepalamu —kabut gelap yang membawamu terus berpikir soal ketiadaan. Basa-basi itu rasanya bisa membuatmu tersadar, bahwa hari itu kamu masih hidup dan bernapas dengan baik, matahari di atasmu masih bersinar menyilaukanmu, udara sore masih bertiup sepoi-sepoi menenangkanmu, kamu masih dapat merasakan mojito dingin yang tersanding di depanmu, dan kamu akan ingat bahwa kamu pernah menulis seribu satu alasan mengapa kamu harus tetap melanjutkan hidup meski dunia ini payah dan selalu membuatmu sedih. Sekali lagi aku tak pernah menyangka, basa-basi yang sederhana itu ternyata dapat menolongku sekaligus menghibur kepahitanku.

4. Melanjutkan poin sebelumnya, aku mau mengakui kalau memang ada masa di mana aku tiba-tiba tidak mau berumur panjang. Aku membenci perayaan ulang tahun dan selalu ingin mempercepat ritme hidupku, yang lebih ekstrim aku sampai ingin berhenti tumbuh dan tidak ingin lagi merasakan apa-apa. Pikiranku ini sangat suram dan menakutkan sekali. Kalau aku sudah begini, aku akan mencoba lari sampai berkeringat, meditasi kalau kepalaku terasa penuh, atau memotong-motong sayuran dan memasak demi aku bisa berfokus pada sesuatu. Belakangan ini aku menemukan banyak sekali coping-mechanism selain menulis yang dapat membantuku mengatur pikiran. Aku akan melakukan segalanya; dari mulai mencuci piring, keramas dan creambath, menonton film horror, roll depan dan roll belakang, mengajak orang ngobrol, mengepel lantai kamar, makan makanan pedas sampai lidahku kebakaran, menyanyi, mengisi teka-teki silang di koran mingguan, dan kalau aku punya energi lebih aku akan keluar dan kelayapan tak tentu arah. Yang jelas, aku akan melakukan segalanya; alternatif-alternatif kegiatan yang dapat kulakukan alih-alih menyakiti diri sendiri.

5. Aku selalu takut kalau badanku akan menyusut menjadi sekecil kelengkeng karena aku tak pernah punya nafsu makan yang baik, aku tak pernah punya relasi yang sehat dengan aktivitas makan. Upayaku untuk makan adalah upayaku agar tidak mati konyol saja, upayaku agar tidak pingsan dan tak merepotkan orang lain. Selama ini aku tak pernah benar-benar mengilhami aktivitas makan dengan sadar. Aku juga kerap kali merasa mual ketika sedang makan, dokter bilang ini gejala stress, lalu aku direkomendasikan banyak suplemen makanan, vitamin, minyak ikan, jamu, namun tetap saja, aku merasa tetap kehilangan semangat dan selera untuk makan. Lalu ketika ada orang-orang yang bicara "Mima makan yang banyak, ya!" aku selalu tersentuh dan langsung ingin menangis. Kasihan sekali tubuhku. Sudahlah pikiranku suram, sekarang aku malah membebani tubuhku sendiri perihal nafsu makan. Sulit sekali kamu, Mim.

6. Aku juga menyadari kalau selama ini aku terlalu punya banyak asumsi buruk soal hubungan asmara. Padahal itu karena aku sendiri yang tidak percaya terhadap diri sendiri. Aku yang tak mampu, berlagak paling tahu soal apapun. Aku terlalu memelihara banyak rasa takut. Aku terlalu payah melibatkan orang lain di kehidupanku. Aku terlalu berpikir bahwa aku tak pernah benar-benar bisa bersama orang lain. Aku tak pernah benar-benar membuka diri dan memberikan diriku kesempatan; kesempatan untuk mencintai diriku sendiri dan kesempatan untuk mencintai orang lain. Pada akhirnya, aku jadi menyakiti banyak orang, aku juga menyakiti diriku sendiri. Menerjemahkan hidup itu pelan-pelan saja Mim, bisa-bisa kamu cepat mati kalau semua hal kamu perangi. Ketakutan dan kekhawatiranmu akan banyak hal itu akan bisa kamu atasi perlahan, tenang saja, kamu mampu kok.

7. Keberadaan rasa sakit itu, selain untuk diobati, juga untuk direfleksikan kembali. Bahwa ada sesuatu dalam dirimu yang salah, dan tak seharusnya terulang kembali. Tubuhmu akan kesulitan kalau terus-menerus mengalami sakit. Hidup itu memang proses belajar sampai mati, tapi jangan sampai kamu menderita dan tenggelam dalam kubangan rasa sakit yang kamu sangkal sendiri.

8. Aku sudah lama sekali men-shut down diri dan berubah menjadi anak kecil yang tertutup dan tak banyak bicara. Namun belakangan ini, aku punya kesempatan-kesempatan kecil yang mempertemukanku dengan orang-orang baru hingga aku bisa terlibat percakapan dengan mereka. Ajaibnya, aku menjadi sedikit lebih bersemangat, di hari-hariku yang biasanya melelahkan dan tak ada gairah hidup. Ternyata upaya bercakap-cakap bisa terasa semenyenangkan ini. Rasa senangnya adalah rasa senang yang membuat hatimu ringan. Rasa senang yang akan membuatmu tersenyum simpul. Rasa senang yang akan mengingatkanmu kalau ternyata hidup ini tidak payah-payah amat kalau kamu bisa menikmati momen-momen sepele seperti mengobrol dengan orang baru. Sensasi bisa terhubung dengan orang lain lewat sebuah percakapan ini memang aneh sekali.

9. Sejak Bapak mengalami sakit diabetes yang membuat kesehatan dan berat badannya menurun, aku mulai sering berpikir soal kematian. Kematian Bapak dan kematianku sendiri. Dokter bilang penyakit diabetes dapat diwariskan antar generasi. Seorang Ibu dapat mewariskannya pada anak laki-laki, dan Bapak dapat mewariskannya pada anak perempuan, pada diriku sendiri. Diam-diam aku menyimpan ketakutan aneh bahwa aku akan mengalami penderitaan yang selama ini dirasakan Bapak. Diam-diam aku menyimpan ketakutan aneh bahwa tubuhku akan pelan-pelan hancur sampai suatu saat nanti aku lenyap. Diam-diam aku menyimpan ketakutan aneh pada minuman-minuman kaleng dengan kandungan gula tinggi. Diam-diam aku menyimpan ketakutan aneh pada kandungan gula itu sendiri. Diam-diam aku menyimpan ketakutan aneh pada segala sesuatu yang berkaitan dengan gula; termasuk rasa manis yang tercecap di lidah akibat dari sebuah gula. Ketakutan aneh, dan gula.

10. Aku kadang bingung dengan diriku sendiri. Aku punya banyak sekali situasi aneh yang membuatku jadi terasa seperti orang lain. Pernah dalam satu hari aku merasa sangat pusing setelah membaca ulasan film animasi Jepang berjudul Perfect Blue (1997) karya sutradara Satoshi Kon. Genre film panjang ini adalah psychological thriller. Aku bahkan tidak tau tepatnya apa yang membuat kepalaku sakit, tapi sepertinya karena tokoh utama dalam anime itu adalah seorang perempuan bernama Mima, Mima Kirigoe, seorang idol dari grup bernama CHAM! yang berganti karir ke dunia akting dan modeling. Mima, dalam film animasi ini, punya banyak peristiwa traumatis yang mengguncang jiwa dan kesadarannya, membuatnya jadi gila dan frustasi. Ada banyak adegan kekerasan, gore, sensual, dan disturbing scene lain yang membuatku pening dan merasa mual. Selama satu hari itu, aku bukan saja hanya terbayang-bayang dengan jalan cerita yang penuh teror, tapi juga terbayang-bayang pada karakter perempuan yang bernama sama denganku; Mima.

11. Penyesalan apa yang membuatmu menderita selama ini? Penyesalan karena tidak pernah jujur terhadap diri sendiri, dan penyesalan karena tidak pernah mendengarkan kata hati; untuk mencoba, untuk percaya, untuk mencoba lagi (kalau suatu waktu merasa kecewa dan sakit hati).

12. Dunia ini punya spektrum yang sangat luas. Aku sudah tak pernah lagi menghakimi orang hanya karena aku sedang merasa kesal atau takut. Aku paham betul, yang mudah bagi orang lain, bisa terasa sulit bagi yang lainnya. Menghakimi tanpa melihat keutuhan peristiwa cuma akan membawa penyakit ke dalam hatimu.

13. Aku sudah tidak lagi merasa bersalah atas rasa sakit-rasa sakit yang pernah terjadi di belakang. Tak lagi ku sesali segala keputusan-keputusan yang pernah aku dan pihak-pihak di masa laluku buat. Apa yang telah terjadi telah membuatku banyak melihat dan memahami peristiwa. Sekarang, masing-masing dari kita bertanggung jawab atas luka dan kesembuhan diri kita masing-masing. "I dont hate you anymore, you must live happily." aku bicara sungguh-sungguh.

14. Belakangan hari ini, bangun tidurku terasa mudah dan ringan, aku tidak lagi membenci sinar matahari, aku tidak lagi mengeluh sepanjang hari, yang ada hanyalah hari-hari biasa tanpa perasaan sedih dan muram yang seperti mau menenggelamkanku. Belakangan hari ini, aku mulai bisa menikmati hal-hal kecil yang tampak normal, seperti rasanya mandi dengan pikiran segar, menikmati sarapan nasi kuning ditemani lagu-lagu kesukaan, tidur malam yang nyenyak tanpa dilingkupi mimpi buruk dan kesulitan untuk terlelap. Aku tak tahu, belakangan ini, rasanya semua terasa ringan, dan ada semangat kecil yang meletup di dalam hatiku. Karena terbiasa mengalami perasaan sedih, ketika aku punya hari-hari di mana aku merasa senang, aku justru jadi sedikit bingung, tetapi tetap berusaha menikmatinya sepenuh hati. Rasa senang di kehidupanku yang gersang adalah sebuah berkah.

15. Realizing there was never something “wrong” with you in your past relationships, you just weren’t with the right person.

16. Kalau suatu saat nanti aku membuat kesalahan, mungkin aku akan cemas dan menangis semalaman sembari merasa bersalah, sebelum kemudian memberanikan diri untuk mengakui keluputan dan meminta maaf. Sebelum itu, aku harus banyak-banyak meyakinkan diriku terlebih dulu kalau manusia itu bertumbuh atas pengalaman yang pernah dilalui, dan kita belajar dari kesalahan. Manusia itu bisa bodoh, dan oleh karena itu, tentu saja juga bisa berbuat salah.

17. Doaku belakangan ini: Tuhan, ajarilah aku untuk lebih banyak menghibur daripada dihibur, mengasihi daripada dikasihi, mencintai daripada dicintai, sebab dengan memberi, kita menerima.

18. Tahun ini aku belajar banyak soal bagaimana caranya meregulasikan emosi dengan baik, seperti bagaimana caranya mengekspresikan amarah (dalam situasi yang aman dan konstruktif), bagaimana cara mengutarakan pendapat dan perasaan (dalam cara yang asertif dan terbuka), bagaimana cara menghadapi situasi konflik yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan (dengan tidak lari, memendam, menghindari, berpura-pura tidak terjadi masalah), dan bagaimana caranya membawakan diri di tempat umum (bagaimana cara untuk tidak merasa malu dan terasing, membangun kepercayaan dan keberhargaan diri, untuk tidak tiba-tiba merasa ingin menenggelamkan atau melenyapkan diri). Meskipun aku lambat dan seringkali aku bekerja keras dengan payah, aku tahu aku pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk diriku sendiri.

19. Satu per satu melepas sakit di masa lalu.

20. Rasanya bisa terbuka dengan mengakui diri kalau kita pernah terluka sekaligus pernah melakukan kesalahan itu leganya tiada tanding. Apalagi kalau kamu bicara dengan orang yang sungguh-sungguh mendengarkanmu meski kamu harus bercerita sampai menangis. Perasaan didengarkan dan dipahami itu berarti sekali. Keberanian untuk mengatakan hal-hal yang menjadi ketakutan dan keresahan juga sesuatu yang rasanya istimewa sekali. Tak pernah kudapati hatiku menjadi seringan ini. Perasaan ringannya adalah perasaan yang menyenangkan, sekaligus perasaan ringan yang menenangkan.

21. Sekarang aku tak akan berasumsi kalau aku harus selalu hidup bahagia, aku tak masalah jika mengalami sedih, atau perasaan tidak bersemangat, atau perasaan ingin mati, atau biasa saja, atau tak merasakan apa-apa. Apapun yang sedang aku alami, aku tak akan keberatan. Yang mengalir, akan mengalir. Yang terjadi, akan terjadi. Kupikir hidup akan lebih mudah kalau aku tak mencoba menahan apapun. Hidup itu memang rumit, tapi di satu sisi juga sangat sederhana. Kalau pun nanti aku punya satu hari yang sangat melelahkan dan membuat hatiku berat, aku sudah percaya duluan kalau hidup ini memang hopeless tapi juga sekaligus hopeful. Layaknya kesenangan, kesulitan hari itu pastilah cukup untuk hari itu.

22. Belakangan ini aku berpikir, kalau sosokku di usia 10 tahun melihatku saat ini, apakah dia akan senang dengan keadaan dan kondisi diriku saat ini? Mima kecil di usia 10 tahun itu mungkin akan mendatangiku dan bicara “kamu tidak akan lagi kesepian, aku akan selalu ada di sini untukmu” lalu memelukku erat sambil mengusap pelan punggungku. I deserve to be healed. Rasanya sulit sekali bicara begini hanya karena selama ini aku selalu terbiasa dengan rasa sakit. Aku berharap sekali, semoga aku punya banyak keberanian untuk mempercayai diriku sendiri, semoga aku punya banyak kerendahhatian untuk memaafkan diriku sendiri, dan semoga aku punya banyak cinta untuk ku berikan pada diriku sendiri.

23. Kalau aku tiba-tiba punya keinginan untuk menghilang lagi, aku akan keluar ruangan untuk menghirup udara bebas sebanyak-banyaknya sampai paru-paruku terasa penuh. Kalau aku tiba-tiba sampai ingin menangis lagi, aku akan memejamkan mata sembari bernapas pelan-pelan dan menghitung satu sampai sepuluh. Setelah itu aku akan melakukan 3 hal baik untuk menukar rasa sedihku. 3 kebaikan untuk 1 perasaan duka. Bisa apa saja, dan dengan siapa saja. Kebaikan yang bisa aku lakukan untuk diriku sendiri, ataupun kebaikan yang bisa aku lakukan untuk orang lain.

24. Selamat ulang tahun. Terima kasih karena tidak memutuskan untuk menyerah dan mati lebih dulu.


kado keren tahun ini! 😂

Jumat, Oktober 16, 2020

#23 yang suram namun selamat (ulang tahun)

[sebuah cerita kompilasi]


ruang tunggu di depan kamar operasi yang terasa begitu kaku, seperti kaki keram kesemutan, pandangan kelabu
bau obat dan darah beku yang menguar, terasa anyir, mirip luka yang selama ini terbenam dan membusuk di dadamu
alangkah bagusnya kalau malam ini hujan turun dengan lebat, supaya mataku ikut tergenang, sementara mata ibu telah sayu.

*

mata ibu — di kelopaknya telah tumbuh lampu-lampu temaram, yang tak seterang bulan, sebab dalam dirinya terpelihara ketidakmengertian
"ibu orang yang kuat, tapi mengapa anak perempuannya berhati lemah?"
mudah sakit, mudah tenggelam
ibu kebingungan, sementara anak perempuannya telah menjelma menjadi pagi yang pucat dan bergemuruh.

*

"sepagi ini sudah mendung." dengus laki-laki tua sembari melempar putung rokok ke arah kucing yang tengah tidur di samping kursi swalayan
kucing itu berjingkat dan mengerang, laki-laki itu cuma melengos
aku menyangga dagu, menghabiskan sekotak susu tawar dengan bosan, melihat kucing tadi kembali terkulai sambil bicara keras-keras dalam hati, "nasibmu tak begitu baik, sama sepertiku." lalu mengumpat bangsat pelan-pelan
ternyata begini rasanya di-phk di pekerjaan pertama setelah lulus, mengepak barang di indekos untuk cabut dari kota yang sesak ini, meninggalkan perjumpaan-perjumpaan dan nasib yang tahi kucing. tahun ini memang anjing.

*

—dan tahun yang suram, seperti senyumku yang palsu dan kubuat-buat di depan para tetangga yang meracau berisik
melewati bulan-bulan dengan kering, yang basah cuma pipiku saja, tiga kali sehari terisak seperti minum obat
seorang wanita tua pernah bicara di peron stasiun, "kamu akan melalui banyak hal mengagumkan." setelah kami bercakap tentang kota Salatiga, khasiat jambu biji, dan lagu-lagunya Rafika Duri
tapi aku tak percaya, aku sudah lama mematikan harapan terhadap apa-apa yang terasa samar dan tak nyata
aku sungguh pahit, dan tak asik.

*

sepahit penggalan lirik ini —
I would like to leave this city, this old town don't smell too pretty...
and I can feel the warning signs running around my mind...
yang terputar sengaja karena aku membutuhkan sesuatu untuk mendistraksi kepalaku
yang pusing karena kalender menstruasiku kacau, aku telat lagi dua bulan, siklusku tak pernah teratur
nafsu makanku kosong, dan fluktuasi emosiku rumit, meledak-meledak tapi malah merasa sepi
apakah ini sebuah perjalanan yang begitu aneh dan sendiri di luar semua yang bisa dibayangkan?

*

"selamat ulang tahun!" ucapku malas. mematut diri di depan cermin sambil memaksakan lengkung di bibir,
23 tahun yang melelahkan
"ini hari tanpa permintaan. tanpa satu pun rencana atau mimpi untuk dikejar." aku bicara lagi sambil menyesap gelas isi kopi, padahal aku punya asam lambung

"aku takkan minta apa-apa, sungguh." bisikku pelan, halus tertiup angin



15 Oktober 2020, hari ulangtahun yang ke 23, hari yang terasa begitu kosong

Jumat, Desember 13, 2019

#22 sekelumit


bulan gerimis dan malam berangin
langit buram dan wajah-wajah yang muram
dalam kabut tipis dan sayup-sayup
aku rebah di antara pengharapan-pengharapan, wangi teduh dan sinar melembut
(desember, 2019)


aku sudah lulus kuliah. terdengar sangat tiba-tiba. tapi yang sebenarnya terjadi adalah hari-hari gila dan melelahkan. aku menangis setiap hari, tidak tidur bermalam-malam, sakit kepala, muntah-muntah sampai demam tinggi. aku stress sampai wajahku break-out, sesuatu yang sebelumnya sama sekali tak pernah aku alami. pikiran dan tubuhku seakan mengawang, terseok-seok di antara hal-hal yang ada dan tiada. aku kacau dan muak, tapi di saat yang bersamaan, aku sungguh-sungguh ingin selesai. ternyata aku sidang skripsi di hari ulangtahunku. 15 oktober. sungguh bukan main terkejutnya. malam harinya aku menangis lagi, tak habis-habis. aku sulit memaparkan bagaimana rasanya. hari itu aku seperti rintik-rintik gerimis yang membasahi pemukiman kering. hatiku seakan terbang, terasa ringan dan menghangat. tak pernah aku mendapati diriku menjadi selapang ini pada sekelumit hal-hal yang sebelumnya terasa mencekik dan membuatku mual. aku telah sampai. aku telah sampai. kalimat itu seperti bius yang menenangkanku, seperti bibir pantai yang bergerak lembut dan menghanyutkanku.

tetapi aku tak yakin benar, apakah aku sungguh-sungguh menyukai diriku yang sekarang? pertanyaan ini selalu kuputar berkali-kali dalam kepalaku. sesungguhnya aku memenuhi diriku dengan banyak sekali keragu-raguan. aku penakut, ceroboh, masih gemar melakukan kesalahan, masih gemar menyesali beberapa keputusan, masih gemar membebani diri dengan perasaan-perasaan yang seharusnya tak perlu aku pikul. aku mudah menangis dan tak bisa melampiaskan amarah. aku ringkih dan terasa begitu kecil. tapi di antara hal-hal itu, aku tak percaya aku terus berjalan sampai detik ini, bahkan dengan pikiran dan kesadaran yang mengabur sekalipun.

kendati tak pernah selalu jadi kuat, ternyata aku masih cukup mampu, padahal apa-apa yang ku lalui penuh dengan keputusasaan. aku masih pemberani di saat sebenarnya aku penuh dengan kekhawatiran dan kecemasan. aku masih bisa begitu baik-baik saja meskipun sesungguhnya aku sama sekali tak merasa baik. kalau sanggup, aku mungkin sudah pecah dan terisak di depan orang-orang, seperti orang gila, tetapi aku masih mampu menahannya sekuat hatiku. bagaimanapun aku hanya ingin diingat dengan sesuatu yang menyenangkan, dan kesedihanku, bukanlah salah satu di antaranya.

selamat ulangtahun hamima, maaf ini sangat terlambat. aku tahu betul bagaimana payah dan lambatnya aku menangani semua hal, tetapi aku sungguh-sungguh berterimakasih pada apapun yang terjadi. menyusuri usia yang baru, aku ingin lebih jarang menangis, tak yakin pasti, tapi semoga ini benar-benar terkabul. dan menyambut apa saja yang akan bergulir setelah ini, semoga aku lebih banyak dipenuhi dengan rasa tenang dan cukup.




*
Hamima cantik dan terpuji, berseri-serilah…

Selasa, Oktober 16, 2018

#21 love letter

have you ever wondered, why do we often sink into daydream?
why are there so many worrying things in life?
do you still cry often at night?
do you sleep well?
do you still have nightmares?

mima, calm down and listen,
i'm sorry if i often hurt you
i'm pretty weak and have trouble holding you back
i'm emotional and often curse yourself
it's been hard as of late, you're losing hope
and disappointed

but i love you
you are awesome and have a good heart
slowly, we'll face it and go through it all

mima, you are allowed to make mistakes
you are allowed to learn and grow
thank you for being brave and so strong
i appreciate your heart and your stubbornness

and also, happy birthday
if you need to stay up crying all night long, i will stay with you.


Yogyakarta, 15th October

Selasa, Oktober 24, 2017

#20 Menjamu Duapuluh

    Saya selalu memaknai hari lahir saya sebagai peringatan yang sakral. 15 Oktober adalah perayaan yang pasti membuat saya berdebar. Di hari itu, saya selalu punya pikiran tentang beberapa hal; bagaimana cara Ibu memandang saya pertama kalinya setelah saya lahir, perasaan Bapak merengkuh badan mungil saya untuk diadzani, keheranan kakak laki-laki saya melihat bayi perempuan yang sedang menangis sebagai adiknya, saya terus mengulang bayangan itu sampai saya terus tumbuh dan jadi besar, beberapa hal tadi kemudian menjalar ke hal-hal lain; bagaimana rasanya jadi 1 tahun, jadi 5 tahun, 8 tahun, menuju ke 10, 14, 17, 18, 19, hingga saya betulan memasuki usia ke 20. Kontemplasi yang seperti itu kadang-kadang membuat saya gemetar sendiri, saya telah hidup selama bertahun-tahun, merasakan dan ditempa banyak hal, mungkin masih tergolong awam untuk dapat disebut manusia utuh, tapi saya selalu merasa Tuhan terus-terusan menjadi baik pada saya. Tuhan melingkupi saya secara menyeluruh. Saya tak pernah dibiarkannya meregang seorang diri, Tuhan selalu hadir di saat-saat saya dalam keadaan duka maupun sentosa.

    Terimakasih hamima, sudah mau terus hidup. Begitu ucap saya, sambil meniup ruas-ruas jari dan mengusapnya ke muka, di setiap pergantian tahun itu.

    Saya juga menaruh keyakinan, kalau dalam hidup ini, tersebar banyak sekali hal-hal baik yang dipelihara lewat orang-orang di bumi. Mereka adalah sesuatu berbau harum dan menguar, yang sorot matanya hangat dan berbinar, yang senyumnya merekah dan lebar, yang jabatan tangannya saja terasa lembut dan merengkuh. Orang-orang ini menyala dan tumbuh di sekitar kita, dan kalau kita mau bergeming sebentar, maka pendar-pendar mereka bisa kita rasakan. Mereka adalah orang-orang yang menyayangi kita, yang menyimpan renjana dan perasaan tulus mereka untuk mengasihi kita.

    Dan 20 tahun saya menjadi bukti bahwa hal-hal tadi benar adanya. Orang-orang memberikan selamat, mendoakan saya ucapan yang baik-baik, memberikan bunga, memberikan hadiah, memberikan kue yang ditancapi lilin, memeluk erat dan menciumi kening, menyanyikan lagu ulang tahun, sedang yang jauh berkabar lewat video calling, pesan singkat sms, kartu ucapan berlatar dataran pulau yang indah, dan beberapa bahkan datang dari kejauhan untuk menemui dan merayakan usia baru saya. Kalau bukan hal-hal yang baik, dengan padanan kata apa lagi saya harus menyebut mereka yang penuh keindahan itu?

    Saya ingin terus-terusan begini, menjadi gegap gempita, riuh rendah dan semarak dalam mengisi sel-sel hidup, di usia saya yang berikutnya, berikutnya, berikutnya lagi, sampai Tuhan mengijinkan saya untuk mati. Akur, aman, bahagia, enak, nyaman, rukun, salam, sejahtera, tenang, dan tenteram.

    Selamat menjamu 20 tahun, mim, saya tahu betul kalau kamu memesona dan mengagumkan.

berkat (merayakan)

ekosistem yang baik

ketenangan

bau kembang

abang tian

Senin, Oktober 17, 2016

#19 selamat hari hak asasi binatang

    aku izin menyusup pada tanggal ini karena tiga hari lalu (14,15,16) aku terisolasi di sinolewah atas bersama teman-teman antropologi dan kesulitan mengakses perangkat modern seperti hp dan internet.

    hari sabtu tanggal 15 kemarin usiaku ganjil 19 tahun, lalu aku tercenung sebentar menyadari kalau usiaku sudah sebanyak itu. ibu sudah berkirim sms soal ulangtahunku di tanggal 14 sore, siasat ibu yang entah kenapa benar banget karena batere hpku kemudian habis ketika malam dan aku juga kesusahan mendapat sinyal, pun provider teman-teman yang lain.

    pada hari-hari itu semua menjadi sibuk. konsumsi di dapur, medis di basecamp, acara sliwar-sliwer, pendamping mengurusi maba, dan aku bersama teman-teman keamanan yang lain sibuk jaga di pos-pos, di pinggir jalan, di depan rumah warga, di persimpangan, dan melupakan segala hal di luar tadi, apalagi soal ulangtahun. soalnya aku punya kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya yang mana aku suka bicara yang baik-baik pada diri sendiri sambil meniup-niup jemariku lalu ku usapkan ke wajah ketika tengah malam menjelang tanggal lahirku. tapi bahkan kemarin aku sendiri enggak sadar kapan pergantian hari itu terjadi dan ada di mana aku saat itu tiba. aku cuma ingat setelah aku jaga dari 14 malam sampai 15 subuh di suatu pos dan tertidur menggigil di atas keramik dingin, paginya aku bangun karena teman-teman bicara berisik soal ulangtahunku. 'ini sungguh tanggal 15 oktober?' betapa sebenarnya aku ingin menelpon ibu dan bilang kalau aku sedang baik-baik saja di kaliurang yang dingin ini.

    teman-teman kemudian terus menyelamatiku seolah-olah aku barusan pendadaran dan mereka terus-terusan berbicara soal ulangtahunku, yang entah kenapa membuat hatiku hangat karena teman-teman antropologiku sangat baik dan menyenangkan. malam larutnya ketika aku kembali jaga pos di tengah-tengah apa ini namanya belantara rerumputan semak-semak hamparan luas sebuah perbukitan hijau berbatu landai licin terjal dan alam yang sangat bebas itu, aku bilang terima kasih pada Tuhan dalam hati karena malam itu tidak hujan, cahaya bulan terang sekali seolah-olah purnama, udara dingin tapi berkat api unggun menjadi hangat, daun-daun basah yang segar tercium wangi, bunyi-bunyi apa itu binatang aneh yang menenangkan, sumpah entah kenapa aku ingin sekali menangis pada malam itu. 

    'terima kasih hamima kamu sudah sampai sejauh ini' aku lalu bicara pada diriku sendiri, 'kamu harus tetap jadi hamima yang baik, enggak boleh jahat kemudian membuat orang sakit hati. kamu enggak boleh capek kemudian mati. kamu enggak boleh sedih kemudian melukai tubuhmu. kamu enggak boleh takut kemudian mengubur diri. kamu enggak boleh putus asa kemudian berhenti,' aku terus bicara pada diriku sendiri sampai tanggal 15ku habis kemudian menyentuh dedaunan basah dan gemetar merasakan sesuatu yang dingin, aku meniup satu-satu jemariku lalu ku usapkan pada wajahku sambil bilang 'makasih Tuhan, tolong jaga aku terus' dalam hati dan melontarkan 'amin' keras-keras sampai temanku di samping menengok.
    
    legaaa. aku mau jadi hamima yang berbinar-binar selalu!

    tanggal 16 siangnya aku turun dari sinolewah dan ketika sampai di kos aku langsung tidur sampai malam larut, terus bangun dalam kondisi pegal linu dan kantung mataku yang makin njendol mengerikan. enggak apa-apa, ini semua tanda kalau aku masih 'hidup' dan tanda kalau aku sedang memanfaatkan udara O2 dan partikel-partikel lain dalam hidup dengan baik. aku terus mengaktifkan hp dan notif-notif dari dunia maya mulai bermunculan. adik berkirim stiker ulangtahun, kakak mengirim gambar kue, teman dekat berbagi foto video dan voice note, banyak orang menyelamatiku dan mendoakanku yang baik-baik pula.

    aku berdoa dalam hati semoga kalian semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Tuhan yang Maha Segala. betapa senangnya aku dikelilingi orang-orang baik hati seperti kalian yang masih ingat hamima bahkan di saat aku ada di suatu tempat entah dan berada jauh dari keberadaan kalian. salam hangaaaaaaat. aku membalas ucapan-ucapan mereka dengan bumbu akhir yang ku samakan semua, 'maaf baru bisa balas sekarang, aku baru terisolasi dari peradaban dan tadi siang baru turun dari sana'

    by the way, karena tanggalnya sama-sama 15 oktober, selamat hari hak asasi binatang!!!

sayangi binatang, sayangi aku