Minggu, Oktober 13, 2024

Journal 7: Keep Me - Novo Amor

Wah... Kesepian ternyata rasanya bisa serapuh ini. Membayangkan hiruk-pikuk hidup orang lain yang riuh riang sementara hidupmu seperti kota mati kehilangan nyala; sepi dan usang. Hari ini hari yang padat di museum, seharian ini aku handle lebih dari seratus manusia, jiwaku melayang (habis terhisap), dan baterai sosialku langsung meledak. Aku capek sekali, tapi masih bisa mengiyakan ajakan kolegaku untuk makan mie ayam di dekat pasar dan setelahnya masih bisa ngobrol sampai pukul sepuluh malam. Sesampainya di kost, aku mendapati diriku kepingin banget menangis. Tiba-tiba aku merasa bersalah atas banyak sekali hal dan mempertanyakan banyak sekali keputusan-keputusan hidupku. Tiba-tiba aku merasa disapu luapan banjir bandang yang akan menghanyutkanku dan membuatku tercerai-berai. Kemudian aku akan terhapus dan terlupakan, terabai dan terlewatkan, tersia-sia dan jadi luka. Pelan-pelan aku menyadari, kesepian ini rasanya menyesakkan. Seperti ada yang melubangi kecil-kecil di dasar hatiku, seperti ada yang menghimpitku sampai rasanya aku akan pecah saat itu juga.

So, it's probably nothing
But it's been on my mind sometime and I can't let it go
I know there's gotta be something
That I could say in time, but I can't find the words
Keep me, keep me on fire
Keep me, keep me on fire
Track pertama dari album Cannot Be, Whatsoever-nya Novo Amor terputar lembut mengisi ruang kamarku. Aku tertegun dan teringat sesuatu. Pertama kali dengar lagu ini, aku sedang menunggu antrian dokter di klinik dekat kampus, saat itu badanku panas dan suaraku serak mampus, aku tertunduk sambil diam-diam nangis karena rasanya sedih sekali. Sebenarnya ini bukan masalah besar, selama ini aku terbiasa melakukan apa-apa sendiri, cuma hari itu aku kesepian sekali rasanya. Pacarku bekerja, teman-temanku sibuk, adikku lagi di luar kota, dan aku bingung harus minta tolong pada siapa. Jadi ketika dengar lirik dan musik lagu Keep Me ini, aku mimbik-mimbik dan merasa hidupku payah sekali. Aku sedang ingin disupport (support emosional sangat berarti buatku), tapi seringkali hidup membawaku pada situasi-situasi yang kurang beruntung seperti ini, dan tak ada yang bisa ku lakukan selain menghadapinya seorang diri, melaluinya dengan sabar dan hati yang lapang. Selalu ada segala sesuatu yang bisa diserap.

Tapi nggak papa, hehe, aku sudah terbiasa mengalami perasaan yang seperti ini. Meskipun nggak pernah terbiasa dengan dampak emosionalnya, paling tidak aku cukup mindful untuk memproses ini semua. Aku masih bisa menulis, baca buku-buku bagus, masih bisa booking kelas yoga, masih bisa makan mie ayam sepulang kerja, masih bisa nonton film sampai ketiduran, masih  bisa creambath dan pakai kutek, masih bisa nongkrong di toko buku sampai tokonya tutup, masih bisa jajan pasar dan beli onde-onde, masih bisa masak sup tahu dan menu-menu lain yang resepnya nyontek dari internet, masih bisa dengerin lagu-lagu dangdut di pagi hari sambil siap-siap berangkat, masih bisa ngepel kamar kos dan declutter lemari kalau pikiran lagi penuh, masih bisa jalan-jalan sore dan nungguin matahari terbenam, masih bisa telpon bapak ibu di rumah, masih bisa banyak hal dan banyak hal lainnyaaaaaaa. You got this, Mima. We got this! :)

Rabu, Juni 12, 2024

Journal 6: wednesday flow (and what's on my yoga bag)

rabu yang menyenangkan adalah rabu yang berlangit cerah, dengan kabut-kabut tipis yang menyelubungi bangunan museum, lalu flow pekerjaan yang teratur, bekal makan siangku yang enak, suasana hati teman-teman kolegaku yang bahagia, dan... rutinitas sore hariku yang menentramkan selepas bekerja.

biasanya pukul setengah lima lebih sedikit ketika aku sampai di rumah, dan tanpa babibu aku langsung mencuci muka dan ganti pakaian, memasukkan beberapa barang seperti celana legging dan tumblr air dingin, menyambar yoga mat dan langsung meluncur menuju studio untuk melakukan sesi yoga!!! biasanya vinyasa, hatha, atau wheel yoga, tergantung jadwal kelasnya.

sesi yang cukup releasing ini berlangsung selama kurang lebih satu jam, dari pukul 6 sore sampai sekitar pukul 7an. sebenarnya aku lumayan sering ikut beberapa kelas yoga, cuma memang nggak jadi agenda yang rutin. paling sebulan sekali atau dua bulan sekali kalau ada info kelas yoga yang menarik. tapi beberapa minggu terakhir, aku rutin melakukannya tiap 3 hari sekali seperti sedang kesetanan. alasannya sepele: aku sedang burnout banget. pekerjaan di museum sungguh bikin capek fisik dan mental, tidurku kurang, dan kalaupun tidurku sudah cukup, badanku tetap merasa lemas. hari-hari yang ku jalani terasa layu dan aku nggak bergairah untuk berkegiatan di luar ruangan, padahal aku harus ketemu dan ngobrol dengan banyak orang. kupikir kalau lama-lama berada dalam situasi tersebut aku bisa modar pelan-pelan, lalu entah kenapa aku terpikir untuk booking kelas yoga, dan ya sudah jadi yoga terus tiap ada waktu. dan rasanya lepasss banget!

setiap sedang yoga, aku merasa seperti sedang berkomunikasi sama tubuhku sendiri. serangkaian gerakan fisik yang juga melibatkan fokus (pikiran) dan teknik pernapasan bikin aku seperti sedang meditasi. aku jadi tahu kekuatan dan kelemahan tubuhku ada di bagian mana saja. dan karena sambil konsentrasi, aku jadi being present, sama sekali nggak kepikiran untuk mikir jelek dan overthinking. fokusku cuma pada nafas dan gerakan tubuhku sendiri, sungguh sangat mendamaikan hati. hasilnya, tiap savasana aku selalu merasa lega. release banget. semua capek, stress, ketegangan, perasaan sedih, marah, takut, dan hal-hal mengganjal di dalam diri rasanya bisa meluruh sedikit demi sedikit. minggu-minggu awal aku yoga, aku selalu nangis tiap sesi savasana wkwkwk. ternyata mens sana in corpore sano itu harus benar-benar diresapi, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. jiwa yang tidak mudah mletre dan mudah goyah ketika diberi tekanan. kalau sudah jejeg seperti ini kan aku jadi bisa menghadapi kapitalisme dan patriarki dengan berani, hehehe.

lalu berikut ini adalah barang-barang yang biasanya aku bawa kalau mau datang yoga:
1. celana legging, yang akan kupakai sesampainya di studio
2. yoga mat, aku malas pinjam punya studio soalnya kan bekas keringat orang lain ya hahaha
3. tumblr air minum, biar tidak mati dehidrasi karena yoga itu butuh energi yang banyak sekali
4. kacamata, karena mataku minus dan kadang kupakai kalau butuh lihat gerakan instrukturku lebih jelas
5. airbuds, buat dengerin lagu di jalan kalau pas pulang yoga (pas berangkat nggak dengerin lagu soalnya buru-buru)
6. parfum dan hand sanitizer, biar wangi
7. buku dan laptop, buat bekerja sepulang yoga (tapi kalau selesai yoga aku ngantuk banget biasanya langsung pulang)

selebihnya cuma seperti dompet, kunci kosan, jaket, ikat rambut, lipstik dan printilan-printilan lain yang mendukung kegiatan yogaku. totebag penuh di bahu kanan, yoga mat di bahu kiri, dan aku siap menyongsong masa depan yang lebih berkesadaran dan bijaksana (dalam pikiran dan perbuatan).


wednesday flow


Selasa, Februari 20, 2024

how does it feel to be #26 years old?

senin pagi bangun pukul 9 tanpa perlu bersiap-siap untuk bekerja adalah sebuah kemewahan yang sangat aku syukuri. hari akan berlangsung tanpa perlu merasa cemas harus bertemu dengan ratusan manusia dan mengobrol panjang kali lebar sama dengan luas persegi. semenjak bekerja di museum, senin adalah hari yang sangat aku nanti-nantikan. segala kelelahan yang terakumulasi selama seminggu bekerja dapat langsung luruh ketika sudah bertemu hari libur. ya meskipun cuma satu hari, tapi memaknai keberadaan dan kegunaannya adalah yang terpenting.

Yoga masih tidur dengan pulas, semalam dia ngelembur sampai subuh dan baru tidur setelahnya. sambil menunggu dia bangun, aku berselancar di youtube dan tertarik untuk menonton podcast seorang konglomerat Liliana Tanoesoedibjo. kukira perbincangannya akan seputar keglamoran dan bisnas-bisnis di kelas elit sepertinya, tetapi sepanjang obrolan ia cuma bahas relasinya dengan Tuhan, dan bagaimana keimanan itu mempengaruhi aspek-aspek di hidupnya. aku terkejut karena ternyata dia orang yang religius dan sangat taat pada Tuhan. jadi dapet banyak insight dari si ibu ini terutama soal cara pandang dia terhadap doa. aku nggak menyangka, hari liburku di pagi hari kupakai untuk mendengarkan khutbah seperti ini. siraman rohani yang sungguh menyejukkan nurani.

masih lagi menonton Bu Liliana cerita, bosku tiba-tiba menghubungi untuk minta revisian copy yang seharusnya aku kirimkan hari ini. aku mengecek pekerjaanku sekali lagi, lalu mengirimkannya pada beliau sambil berharap ini adalah revisian yang terakhir dan paling final. setelahnya aku mengecek to do list hari ini dan ingat bahwa malam nanti aku ada rapat zoom dengan teman-teman komunitas arsip untuk bahas rencana bikin pameran di Sukabumi. hari ini ternyata santai dan nggak terlalu sibuk, sisa hari akan aku pakai untuk baca buku dan nonton series di netflix.

aku sehat-sehat saja (barangkali kamu bertanya-tanya kabarku), aku lagi menyelesaikan buku bacaanku dan sedang sibuk belajar ini-itu. beberapa bulan ini aku rutin bikin diskusi buku bersama temanku secara online, kami memilih buku kesukaan kami, bikin poster diskusi dan membagikannya ke sosial media, lalu mendiskusikannnya langsung di hari dan tanggal yang kami pilih. agenda ini lumayan jadi stress-release untuk ngobrol dengan orang-orang yang punya kegemaran sama. habis acara selesai rasanya seruuuuuu sekaliiii. perasaan happy-nya adalah perasaan yang menjagamu untuk hidup dengan baik—supaya bisa terus bikin-bikin kegiatan yang menyenangkan seperti itu.

hidup di usia 26, ya begini-begini aja sih. kehidupanku di usia 25 masih berlanjut, pekerjaanku masih berlangsung sama rutinitasnya, side gigs ku di bidang yang lain juga sama hektiknya (nulis, nggarap copy, ngerjain revisian), aku masih baca-baca buku dan terobsesi bikin akun personal instagramku jadi akun bookstagram, aku masih halu pengen punya toko buku dan kedai makanan kecil yang bisa menyediakan tempat untuk mereka yang butuh tempat untuk ngapa-ngapain, aku masih suka ngambil cuti 3 bulanan buat jalan-jalan ke luar kota. sementara ini, aku masih sehat, normal, waras, meskipun kadang-kadang aku merasa tak berguna, tetapi sejauh ini aku masih sehat, normal, dan waras.

sambil ngalamun memandangi layar tabku, Yoga tiba-tiba terbangun dan mengulet panjang. "jam berapa ini, Mim?" tanyanya dengan suara serak. "jam 10 lebih 5." jawabku sambil senyam-senyum. kami lalu ngobrol dan mendiskusikan kegiatan apa yang harus kami lakukan di hari libur ini. sejak aku kerja di museum dan cuma punya waktu libur di hari senin, dia juga jadi ikut-ikutan mengambil libur di hari senin. tapi nggak juga sih, paling kalau ada waktu selo dia bakal buka laptop dan ngerjain sesuatu.

lalu tiba-tiba, kami sudah meluncur ke Stasiun Lempuyangan dan naik kereta lokal untuk ke Solo. kami mau makan siang sekaligus bertemu dengan temanku. kami makan steak ayam di salah satu mall, lalu melipir ke Sekutu Kopi untuk mengerjakan pekerjaan kami. Yoga menggarap revisian musik, saya membaca buku sambil terkantuk-kantuk. lalu pukul 5, kami sudah di stasiun lagi untuk naik kereta sore dan pulang ke Jogja. sungguh perjalanan yang singkat dan sangat praktis. sesampainya di rumah, Yoga melanjutkan pekerjaan recordingannya di studio dan aku menghadiri rapat zoom bersama komuntas arsip. terus habis itu lanjut baca buku, makan geprek dengan orang rumah, dan tidur—besok aku masuk pagi.

menurutku sih, menjalani hidup sebagai perempuan usia 26 ya dijalani dengan happy saja lah. tuntutan sosial pasti makin menekan, secara kita tinggal di lingkungan patriarkis yang masih suka mendiskreditkan perempuan. segala keputusan hidup dipertanyakan dan dipertentangkan. tapi daripada terus cemas dan tertekan dalam sistem tersebut, ada baiknya kita tetap menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita suka saja, tak perlu repot mengkhawatirkan hal lain, sebab ini hidup kita sendiri, dan kita cukup ber-privillege untuk memutuskan hidup seperti apa yang ingin kita jalani.

sambil tetap bekerja (karena sadar aku cuma kelas menengah ngehek yang masih butuh duit untuk menghidupi diri), sambil tetap menekuni hobi dan berharap hal ini bisa terus jadi peganganku ketika dunia sedang mobat-mabit, sambil tetap terhubung dengan orang-orang dan juga diri sendiri, sambil tetap makan enak kalau hati sedang sedih, olahraga kalau badan mulai kaku, istirahat kalau pikiran mulai capek, berdoa kalau diri mulai cemas—kupikir jadi perempuan di usia 26 nggak akan serem-serem amat.

(selama ideologi patriarhih bisa pelan-pelan lenyap dari muka bumi)

cheers, Mima! for more self-discovery and exploration! happy me, happy 26th!