Sabtu, Agustus 25, 2018

kalimantan dan juli yang gerimis

malam malam kian lengang
kian asing, kian tersisih
apabila pilu mengambang di jalan
maka aku tumbuh sebagai getir
yang mencuat di sela pagar tanaman
di lampu-lampu tiang yang berderit
di langit lepas saat maghrib
lalu terbang menjadi helaan napas yang amat berat
 
laki-laki itu pernah berujar,
"wajahmu pucat"
lima detik setelah ia tergelak mendengarku bicara
tentang tukang jahit dan hewan-hewan mitologi
polisi tidur, umbul-umbul, atau rumah hantu
kepa, aku mengumpat
rat
keparat
keparat
keparat
keparat
keparat
kalau wajahku pucat, lalu hatiku apa?


−setelahnya hujan badai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar