Minggu, Maret 30, 2025

Journal 8: Ternyata yang aku butuhkan itu meja dan kursi untuk bekerja

Ini refleksi yang tiba-tiba terlintas ketika aku sedang mengerjakan garapan copy di meja depan ruang tamu saat malam lebaran. Rasanya, wah!!! Enak juga duduk di kursi dan meja bekerja seperti ini. Apakah ini efek karena aku sedang pulang kampung (setelah setahun tidak pernah pulang)? Atau memang ini yang sebenarnya aku butuhkan tapi tidak aku sadari: meja dan kursi yang proper untuk aku bekerja. Selama di Jogja, aku selalu ngekos dengan perabotan yang seadanya: kasur, lemari pakaian, meja rias yang juga ku gunakan untuk menaruh buku-buku, rak buku yang tentu saja sudah kepenuhan, meja kecil untuk menaruh peralatan makan dan botol-botol, dan rak-rak berjejer tempat menaruh barang-barang. Tapi tidak pernah sekalipun aku punya meja beserta kursi yang proper untuk bekerja. Setiap butuh membuka laptop atau bekerja, aku selalu mencari kafe atau working space di luar kos. Kalaupun mager parah, ya biasanya aku akan nangkring di atas kasur, meskipun endingnya aku malah jadi ketiduran karena terlampau nyaman. Lalu ketika malam itu aku menaruh badanku di kursi empuk dan meja kayu di depan ruang tamu, hatiku mendadak meleleh dan terbersit perasaan senang yang muncul ketika kemudian aku bisa melipat kaki ke atas kursi dan mulai mengetik di atas keyboard dengan fokus. Rasanya satisfying!

Mungkin ke depan, jika aku akan berpindah ke rumah baru, aku akan memperhatikan satu hal penting yang akan membantu kelangsungan hidup dan kewarasanku: yaitu meja dan kursi yang proper untuk bekerja. Tidak perlu mahal dan tidak perlu terlalu canggih, yang penting ketika ku duduki di pagi hari setelah sarapan, di siang hari setelah power nap lima belas menit, atau malam hari sambil mengopi, meja dan kursi itu tetap memberikan kenyamanan dan perasaan positif bahwa semua tugas-tugasmu akan tercentang satu per satu, pekerjaanmu akan segera selesai, dan hidupmu akan baik-baik saja.

Selamat menikmati libur lebaran! Taqaballahu minna waminkum. Mohon maaf lahir dan batin untuk siapa saja yang baca postingan ini :D

Sabtu, Maret 01, 2025

#27 tahun adalah badminton, sayur lodeh, dan misi penyelamatan hidup

    Jadi, bener nggak sih kalau makin tua kita malah kayak atlet? Mulai coba-coba semua cabang olahraga, dari yang simple seperti jalan kaki, lari, terus ke yoga dan pilates. Ada yang badminton, tenis, sepedaan, bahkan temanku ada yang mulai belajar boxing! Hahaha.

    Kemungkinannya menurutku ada 2, selain karena merasa badan kita mulai jompo dan menjadi tua renta itu melelahkan (jongkok berdiri aja lutut bunyi, bangun tidur pegal, dan makin sering merasa capek tanpa alasan jelas), kita lalu memutuskan olahraga untuk mengembalikan kebugaran fisik. Sementara kemungkinan lainnya cukup realistis dan pahit: kita semua adalah orang dewasa yang sok sibuk, dikit-dikit stress, dan jujur aja, sering kesepian. Kehidupan bekerja yang kita jalani sungguh mencekik dan membuat kita seperti mayat hidup. Hari-hari di tempat kerja yang autopilot berjalan sangat melelahkan, dan jiwa yang lelah membuat kita semakin hampa. Lalu olahraga jadi semacam escape, jadi sesuatu yang bisa kita kontrol di tengah hidup yang penuh tuntutan. Aktivitas ini sangat menyegarkan dan bantu melepas endorfin ke otak, bikin kita jadi lebih merasa bahagia, dan bermakna sebagai manusia. Olahraga ini, in the end jadi usaha bertahan hidup secara mental dan emosional.

    Selain yoga dan pilates, aku sedang menekuni cabang olahraga baru yang ternyata seru dan nggak butuh skill yang oke-oke banget (asal bisa nampok aja); yaitu badminton!!! Apalagi, permainan ini juga jadi ajang ngumpul bareng teman-teman cewekku, mereka bukan rekan kerjaku dan kami nggak akan ngomongin pekerjaan di lapangan, alhasil relasi kami jadi lebih personal dan lepas aja jadinya haha.    

    Biasanya tiap malam sehabis jam 6, sepulang kami dari kantor masing-masing, kami mengagendakan sesi badminton selama 2 jam dengan menyewa gor atau lapangan badminton dekat kampus. Kami main sampai badan pegal-pegal, sampai perut keram karena kebanyakan ketawa, tapi kami happy karena rasanya seperti sedang nge-release semua stress. Sehabis itu, sambil mendinginkan badan yang panas karena keringat, kami biasanya rokoan sambil nongkrong di depan gor, sambil ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja dan merasakan udara malam menyapu wajah-wajah capek kami. Rasanya plong sekali! Hahaha.

    Padahal kami nggak jago-jago amat, kami bukan atlet dan badan kami pendek-pendek. Megang raket aja kadang kami kagok, nampok kok sering fales, tapi mungkin karena kebanyakan fales, kami jadi banyak lari dan banyak ketawa. Ujung-ujungnya meski badan kami capek mampus, tapi senang yang kami rasakan juga senang mampus.

    Sama halnya seperti baca buku, dengerin musik bagus, yoga atau pilates, makan makanan enak, dan hal-hal lain yang menyelamatkan hidup, aku bersyukur di usia 27 ini, aku masih diberi kesempatan dan stamina yang oke buat main badminton wkwk. Klise sekali, tapi ini sungguh-sungguh berarti. Menjadi 27 tahun itu melelahkan bro, dan kita harus merawat hal-hal yang dapat menyelamatkan kita dari kiamat-kiamat kecil di dunia ini (HUHU). Aku menulis ini pas lagi burnout di museum, dan sesi satu jam menulis blog sambil dengerin lagu-lagunya ABBA juga jadi seperti oase di tengah teriknya hidup. Kepalaku sekarang sedang penuh banget karena banyak hal sedang aku pertimbangkan, tapi supaya nggak terlalu oversharing, aku mau fokus bicara tentang badminton saja dan bagaimana usia 27 tahun akan bisa terlewati kalau kita punya hal-hal yang bisa menyelamatkan hidup. Haha.

    Apalagi ya? Barusan aku sarapan nasi sayur lodeh dan tempe garit, jadi meskipun kepalaku sedang kebal-kebul, aku merasa cukup sehat dan waras. 27 tahun harus disiasati dengan banyak hal. Aku masih punya banyak daftar keinginan yang ingin aku coret satu-satu, tapi tenang saja, aku nggak buru-buru dan akan menikmati proses-proses kecil dan semua ini pelan-pelan. Jangan lupa minum air putih, tidur tidak lebih dari jam 12 malam, mendapatkan sinar matahari yang cukup, ngobrol dengan kekasihmu, tanyakan kabar adik-adikmu, dan mari kita jalani hidup ini dengan penuh kesadaran dan welas asih (meskipun pemerintah sedang seperti tai babi). 

    Kalau ada rekomendasi lagu atau buku bagus, bagi-bagi yaaa!