Aku datang kembali dan akan membagikan life update-ku selama lima bulan terakhir kepada khalayak sekalian hahaha! Lima bulan terakhir yang cukup gedebag-gedebug tapi juga menyenangkan! Soal beberapa peristiwa besar maupun kecil yang menandai transisi hidupku, sekaligus mengapresiasi keberanianku karena sudah berproses sejauh dan sekeren ini. Di tengah rezim yang bobrok dan ekonomi yang kacau-balau ini, hidup masih layak untuk dijalani kok, ges. Pelan-pelan aja… (sambil menyumpahi pemerintah).
Mungkin mulai dari hal besar dulu kali ya yang mengubah hampir keseluruhan rutinitas dan nyawa hidupku:
1. Aku sudah resign dari pekerjaan di museum
Nggak nyangka juga ternyata aku bisa bertahan di industri ini selama lima tahun. Jadi edukator museum itu bukan rencana awalku, tapi entah gimana Tuhan kemudian kasih jalan ini sekaligus memilihkan museum sebagai pekerjaan pertamaku setelah lulus kuliah. Aku sebenarnya sudah suka museum sejak pindah ke Jogja dan kuliah di Antropologi Budaya. Museum selalu jadi tempat menarik untuk dieksplor ketika jalan-jalan ke tempat baru. Cuma aku memang nggak kepikiran bakal jadi mbak-mbak museum yang hobi flexing koleksi seni dan mengedukasi orang-orang soal warisan pendahulu mereka, jadi ketika tawaran itu datang (apalagi ini salah satu museum terbaik di Indonesia), aku happy banget tapi juga bingung. Bisa survive nggak ya? Eh, ternyata bisa kok, sampai lima tahun lagi WAKAKAKAKAK.
Lima tahun itu juga terlalui dengan jungkir-balik yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Namanya bekerja, di sektor pariwisata lagi, dari fase muak, burnout, kelelahan akut (dan ternyata ada istilah khususnya; museum fatigue), sampai depresionista seperti sudah jadi makanan sehari-hari. Situasi itu bisa mereda kalau pas ketemu pengunjung museum yang baik hati dan tidak songong, atau ketika hujan lebat dan orang-orang malas masuk museum (kami jadi tidak bekerja). Tapi perasaan ingin meletus itu muncul kembali kalau sudah menuju weekend dan kunjungan padat, lalu semakin parah ketika mulai peak season dan museum dibanjiri lautan manusia. Aku (dan juga teman-teman edukator lain) rasanya ingin berubah jadi wit pelem atau umbi-umbian. Lama-lama jiwaku seperti terkikis, ditambah satu-dua issue internal yang kacau, alasan-alasan personal lain, dan mimpi baru yang ingin aku kejar… aku lalu memutuskan berhenti, berganti jalur, dan pelan-pelan mengarungi lembah kehidupan yang lain. Di umurku yang sudah tuek ini, resign dari pekerjaan yang menemaniku dari 0 adalah sebuah keputusan besar dannn bijaksana, karena aku bersyukur sekali :’) thanks ya Mima, makasih sudah bekerja keras selama ini! :’)
Tentu dengan berakhirnya masa kerjaku di museum, itu tidak menghilangkan rasa senangku pada museum. Soalnya aku masih punya mimpi pengen plesir dan mengunjungi museum di seluruhhhh duniaaaaa! Tentu kita mulai dengan keliling museum di Jogja dan kota-kota sekitarnya dulu yang dekat.
2. Untuk merayakan resignku, aku nyoba naik gunung (untuk pertama kalinya) ke Bismo dan Prau
Langsung dua gunung, cuy! Kalau bukan stress, apa namanya? Soalnya ini adalah naik gunung perdanaku! Seingatku dalam menjalani hidup, aku sepertinya nggak pernah menuliskan naik gunung sebagai bucket list-ku, tapi entah kenapa, ketika sedang merencanakan keputusan untuk resign, aku tiba-tiba kepikiran naik gunung untuk merayakannya. Kemungkinan karena aku teracuni konten-konten healing mbak-mbak tiktok yang menemukan ketenangan batin setelah naik gunung, kemungkinan kedua karena aku ingin nge-tes sejauh apa badanku ini bisa diajak berpetualang, dan kemungkinan lain karena aku kangen jalan-jalan dan ketemu orang baru! Jadi lima hari setelah resign, aku langsung berangkat ke Dieng bersama teman-teman baru dalam suatu open trip, literally yang aku bawa cuma diriku sendiri dan carrier untuk aku bertahan hidup.
Dan rasanya? Wwwuuuuhhh! Seperti terlahir kembali. Perjalanan naik gunung ini jadi seperti perjalanan spirituil-ku. Tentu saja badanku capek mampus, hidungku mampet karena dingin POL, kakiku kayak mau copot, pundakku seperti mlengse, mataku pedih, bahkan sepulang dari naik gunung aku demam batuk sampai 3 hari. Tapi aku senang lahir batin, hatiku penuh, perasaanku bergemuruh. Waktu di jalan hampir mendekati puncak Prau, aku nangis untuk alasan yang aku kurang paham. Nangis karena capek kali ya, atau karena aku sadar ternyata semua kemungkinan dalam hidup yang kecil sekaligus besar ini selalu ada. Kemungkinan itu bisa terjadi, bisa kita alami, bisa kita tuju, kalau memang mau bersungguh-sungguh. Rasanya priceless sekali :’)
Proses naik gunung juga jadi momen takzim mengamati alam semesta. Atau sindrom orang kota kali ya, semua pemandangan hijau dan keajaiban-keajaiban dunia yang terpampang selama mendaki bikin kami terbengong-bengong. Apalagi Prau via Dieng itu cantik banget viewnya, jalur track-nya bersih tanpa sampah, udaranya sejuk dan clean sekali, pohon-pohonnya yang tua tampak kokoh, teduh, dan terasa bersahaja, banyak akar-akar pohon yang membantu langkah kami tetap aman, dan sempat ketemu kocheeenggg! Setelah naik gunung, aku jadi mengharapkan bentuk kesenangan yang lain, jadi mendambakan perjalanan seru lain, jadi memimpikan keindahan hidup yang lain, supaya nggak ada waktu untuk membenci, memaki, dan menyakiti…
Ini adalah petualangan yang akan jadi core memory dan membekas di hatiku yang terdalam. Petualangan yang akan mengingatkanku untuk menghargai hidup (meski hidup lagi kaya babi), untuk mengingat setiap kesulitan selalu datang sepaket dengan kesenangan, untuk mengingat bahwa di dunia yang kecil sekaligus besar ini, selalu adaaaa haaaaal-haaaaal luuuaaarrrrr biasaaaaaa yaaaaang menaaanti kitaaaaaaa di depaaaaaaan sanaaaaaaaa!
Update-an selanjutnya aku sambung besok lagi ya, soalnya aku menulis ini di jam 2 pagi dan mataku sudah ngantuk berat rupanya hahaha.
SALAM KEBAJIKAN!
![]() |
museum girls |
![]() |
museum girls yang lain |
![]() |
ini waktu di Bismo |
![]() |
ini di puncak ora nemu HAHA |
![]() |
LIHAT POHONNYA BAGUS BANGET KAN?! |
![]() |
cewek-cewek gokil nih |
putus asa sekali kalo inget momen di sini |
langit Prau yang bertaburrrrrr bintanggggggg |
![]() |
cantik |
![]() |
masyaallah tabarakallah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar