tertidur di hammock

by - November 08, 2016

entah apa yang membuat aku begitu excited ketika diajak temanku mengunjungi pantai pada hari senin pagi, padahal siangnya kami ada kelas batik dan saat dia mengabari hal itu, malam sudah larut pukul sebelasan. tapi siapa peduliiiiii, sepertinya aku benar-benar butuh pantai dan aku ingin perjalanaaaan. padahal sabtu-minggu kemarin sahabat tersayangku dari Purwokerto habis mendatangi kehidupanku di kos sambil membawa donat lucu dipasangi lilin mati lampu dan nyanyi selamat ulangtahun, padahal aku sudah enggak ulangtahun tapi siapa peduli ya kaaan? terus mereka nginap semalam dan dua hari itu kami berpergian tak henti-henti, cari udara segar, tempat yang enak untuk foto-foto dan melamun, toko kecil jualan roti artisan, kedai susu dekat kampus, dan berbagi cerita banyak sekali sampai rasanya mulut kami berbusa. lalu mereka pulang ke dunianya masing-masing karena harus menjalani kehidupannya kembali.

begitu juga dengan aku, aku masih harus berjalan mengitari kehidupanku, dan itulah sebabnya saat temanku mengajak ke pantai pagi-pagi, aku tak punya alasan untuk berpikir tidak dan langsung ku iyakan dengan sungguh-sungguh. sepertinya ini memang takdirku, aku bicara mantap di depan cermin dengan lagakku yang lebay. lalu tidur pukul dua pagi setelah mengerjakan macam-macam.

Tuhan ternyata bantu aku beneran, beberapa menit sebelum subuh diadzankan, aku sudah melek meski dengan keadaan tertatih karena aku hanya tidur berapa jam doang.

perjalanan menuju pantai benar-benar terjadi. aku berterimakasih berkali-kali pada partikel-partikel dalam hidup karena aku bisa menghirup udara pagi dingin, melihat anak-anak kecil berangkat sekolah, upacara hari senin di suatu sekolah dasar! pasar tradisional yang tumpah ruah, jalanan yang hening, langit biru indah yang ramah dan matahari pagi yang masih hangat. terima kasih banyak sekaliiii... hidup ini memang oke.

pantai yang kami datangi juga enak banget suasananya, meski air laut terlihat keruh karena kami cuma mengunjungi pantai yang terdekat di Bantul saja hehe. tapi enggak apa, Cemara Sewu yang pagi itu sedang senyap nggak ada siapapun kecuali kami, telah jadi obat penghilang pusingku dan teman-teman yang juga sedang sakit saat itu. aku lalu berayun di lahan kecil dekat pasir pantai sambil ngalamun, sedang yang lain mengambil banyak gambar di antara pohon-pohon cemara rindang. tapi kemudian pandanganku teralih pada hammock-hammock yang dipasang di antara pohon-pohon, salah satu temanku berbaring di sana sesaat aku tengah memandangi hammock tadi, aku mengetuk diriku sendiri dengan pertanyaan 'untuk apa dilihati terus?' aku lalu turun dari ayunan dan berjalan ke salah satu hammock yang menghadap ke laut sementara matahari berada di sisi kiri atasku. aku menyentuh tali hammock itu, mengetesnya dengan menarik-ulur untuk tau seberapa kuatnya tali itu dan memutuskan untuk berbaring di atasnya.

mohon maaf kalau aku berlebihan, tapi perasaan yang ku dapati ketika aku sudah berada di hammock tadi adalah: ketenangan yang aneh. matahari hangat menerpa wajahku samar-samar lewat dedaunan cemara yang diterpa silir angin, suara debur ombak terdengar sangat baik oleh telingaku, pemandangan pohon-pohon dengan bunyi gemerisik dahan-dahannya begitu nyaman dilihat, udara pagi terasa enak, burung-burung entah bercokol aneh, apa lagi yang perlu aku cemaskan ketika sudah begitu? senin pagi itu benar-benar baik, kepalaku sembuh mendadak dan aku tak mengenal pusing lagi. hening, senyap, tenang, segalanya cuma seperti itu. betapa betulnya kalau sepi itu ternyata indah, percayalah...

setelahnya aku menyetel lagu-lagunya Maliq n D'Essentials dan tiba-tiba sudah tertidur saking nyamannya untuk beberapa menit.


hidup ini,
sungguh...

You May Also Like

0 Comments