Sabtu, Juni 29, 2019

—yang tidak dibicarakan

mau berhenti dan menekan segala pikiran-pikiran yang menghimpit kepala sampai pusing dan rasanya pecah,

berat tapi seseorang terus berkata
"tenang, mima, tenang..."

i love seeing my self doing better, anyway. meski jam dua pagi bisa tiba-tiba nangis, tanpa stimulus, tanpa tau apa yang sebenarnya sedang terjadi, tanpa mengerti bagaimana kekacauan itu mendadak meletus. andai aku bisa menjelaskannya dengan mudah di sini.

aku telan semua ucapan baik-baik, sekalipun hal-hal kecil yang tak bersinggungan dan justru bikin melompong, aku percaya segala peristiwa itu dinamis, tidak tetap dan abadi. aku merenungi itu semua sambil terus-menerus menyambar tisu, mengelap mata yang terus-menerus basah dan terus-menerus berair. menangis itu sungguh melelahkan sekali.

tidak bisa tidur, mual-mual, demam tinggi, pingin lepas kepala, berat, tapi seseorang terus berkata
"tenang, mima, tenang"

aku juga mau. tapi bagaimana kalau perasaan cemas ini kekal?
aku sangat takut.



28/6
akibat terbangun tengah malam

Senin, Juni 03, 2019

puisi tak selesai


duapuluh kilo per jam menyusuri sudirman yang lengang dan tergenang
lambat dan tercekat
malam ke tigabelas di akhir tahun
musim penghujan dan bulan benderang
selepas subuh, setelah diputus kekasih 
dan kecupan dingin yang mengendap di kening
...



/
mati, puisi ini tak akan rampung
seseorang telah runtuh dan meluruh
bersama segala hal sia-sia yang selama ini tumbuh 

rapalku diam-diam dalam perjalanan;
semoga hal-hal yang terus berulang ini suatu saat bisa berhenti 



*
Stasiun Tugu, 2018.