kau begitu sepi dan sepi begitu meniadakanmu

by - Agustus 30, 2021

i. Apa arti kehidupan?

Kau bertanya pada dirimu sendiri yang mulai kehilangan makna pada banyak hal. Kau mendapati dirimu tak lagi punya kesenangan terhadap apapun dan ambisi untuk mencapai apapun. Kau tak lagi menikmati hari-hari yang berjalan lambat dan membuatmu tersesat. Kau tak lagi menikmati langit biru dan udara pagi yang dapat menceriakan hatimu. Kau tak lagi merasakan semilir dari angin yang berhembus melalui daun telingamu, menerbangkan anak-anak rambutmu, dan membuatmu mengerjap sayup-sayup, —kau justru merasa angin itu mengguncangkanmu dan kau sampai begitu ingin menangis. Kau tak lagi percaya soal harapan-harapan yang akan menyelamatkanmu dari kiamat-kiamat kecil di dunia. Kau menemukan dirimu menjelma dalam bentuk serpihan-serpihan kaca yang telah pecah dan membuatmu terluka. Kau berdarah dan kesakitan. Perih itu menyadarkanmu; kau memang begitu payah dan kau memang begitu menyedihkan. Pada kenyataannya, kau begitu kosong dan kosong begitu menenggelamkanmu.


ii. Apa kau kesepian?

Kau menyadari bahwa selama ini kau hidup dengan membiarkan dirimu menjadi tak tergapai dan tak tersentuh. Kau menyadari bahwa selama ini kau hidup dengan membangun pagar tinggi supaya tak ada orang yang bisa menyakitimu. Kau menyadari bahwa selama ini kau hidup dengan tak pernah memberikan rasa percayamu pada siapapun. Kau menyadari bahwa selama ini kau hidup dengan menimbun luka dan traumamu sendiri. Kau menyadari bahwa selama ini kau menyebut itu semua sebagai pertahanan diri tapi kau justru seperti memenjarakan dirimu sendiri. Kau tak pernah punya siapapun untuk bercerita. Kau tak punya siapa-siapa. Dalam malam yang mencekam tulangmu, kau tak tahu lagi harus bersandar ke mana. Dalam penglihatanmu yang begitu kabur, kau merasa semua orang berpaling dan seolah berjalan menjauhimu. Kau seperti ditinggalkan seorang diri. Kau seperti dilepaskan tanpa pegangan. Kau akan berpikir bahwa kau memang tak layak dicintai, karena kau juga berpikir bahwa kau tidak mencintai dirimu sendiri. Kau akan berpikir bahwa kau akan menyakiti orang lain, karena kau juga berpikir bahwa kau menyakiti dirimu sendiri. Kau mematung menatap bayanganmu dan bayanganmu menatap dirimu yang mematung. Kau begitu kesepian dan kesepian begitu menakutimu.


iii. Apa kau ingin melenyapkan diri?

Ketika kau tak lagi menemukan arti dalam apa-apa yang berkelindan dalam hidupmu, kau mungkin akan berpikir bahwa semuanya adalah sia-sia. Ketika kau tak tahu lagi harus bergantung pada siapa, kau mungkin akan berpikir bahwa kau memang pahit dan kau memang menyakitkan. Kau begitu pahit dan pahit begitu mematikanmu. Kau begitu menyakitkan dan kesakitan itu begitu menghisap jiwamu. Kau mulai pendiam dan tak banyak bicara. Kau mulai tak menemui orang-orang. Kau mulai tak punya nafsu makan. Kau mulai tak berniat untuk bangun lagi. Kau mulai menolak ketika pagi datang, padahal kurang sinar matahari dapat membuatmu depresi. Kau mulai berpikir bahwa tidur selamanya pun tak akan menjadi masalah. Kau mulai merasa kelelahan. Kau mulai merasa begitu tua. Kau mulai berpikir soal melenyapkan diri. Kau mulai berpikir soal ketiadaan. Kau mulai berpikir bahwa keberadaan maupun ketidakberadaanmu itu tiada bedanya. Kau tak lagi berarti bagi siapapun, kau juga tak berarti bagi dirimu sendiri. Lalu kau akan melukai orang lain, karena pada akhirnya pun kau juga melukai dirimu sendiri.


Kau melihat dirimu lagi. Kau menelusuri matamu yang sayu. Kau menelusuri kelopak matamu yang lebam. Kau menelusuri pelipismu yang berbekas luka. Kau menelusuri hidungmu yang sembap, ada darah mimisan yang baru saja kau seka dengan punggung tanganmu. Kau menelusuri bibirmu yang kering. Kau menelusuri pipimu yang basah. Kau menelusuri rambutmu yang kusut. Kau tak pernah begitu menyangka, bahwa kau begitu sepi dan sepi begitu meniadakanmu.

You May Also Like

0 Comments