Jumat, Desember 30, 2016

kaleidoskop 2016

Januari:
Membuat sebuah video dokumenter soal Bonbin (kantin soshum paling tenar) yang lagi pelik konflik relokasi, lalu mulai ngetake hal-hal aneh yang terjadi, mewawancarai orang-orang keren, ngedit sampai mabok, dan akhirnya meluncur ke sebuah layar pemutaran pada saat malam panggung seni dan dilihat banyak orang heheeee...

Penelitian lapangan dua minggu di Kecamatan Petungkriyono. Tinggal di rumah Pak Bau (sebutan untuk kepala desa) dusun Rowo bernama Pak Surip dan kakeknya bernama Pak Kardi yang ramah dan bekerja sebagai pandai besi, kadang bertani, berkebun, atau berternak sapi di sela-sela waktunya. Menaiki doplak (angkutan lokal sejenis pick-up) berjubel-jubel dengan kecepatan di luar batas wajar melewati jalan kelak-kelok, menjadi orang Pekalongan dan bercakap dengan dialek ngapak yang khas, berpakaian serba tebal karena udara dingin pegunungan, teman-teman kecil yang menyambut dari bawah dusun Kambangan untuk mengajak ke kali, menyusuri curug-curug dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter, kesusahan mendapat sinyal selular, mengonsumsi sayur dan kopi setiap hari, menghangatkan diri di depan pawon (perapian) sambil berkelakar dengan penduduk lokal sampai tengah malam, mengikuti pengajian barzanzi, berkunjung ke situs-situs sejarah, mewawancarai informan dan diwanti-wanti hal yang aneh, berbicara serius soal mitos, dihardik soal ‘larangan’ di tempat-tempat tertentu, bakar-bakaran ranting pohon di gubuk tengah sawah ketika hujan deras, mensurvei data ternak sapi pada tiap-tiap rumah, ke hutan pinus, ke dataran rumput-rumput gajah, ke kebun-kebun sayur, membuat kopi dari biji buahnya, menyentuh air sedingin-dinginnya rasa dingin, dan masih banyakkkkkkkkkkk lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.

Setelah jadi warlok (warga lokal) di Pekalongan dan pulang ke Yogyakarta selama semalam, paginya langsung terbang ke Purwokerto untuk berkunjung ke acara KUALISM. Bertemu teman-teman SMA yang lama berpisah, buat atribut-atribut aneh untuk ditempel di dalam kelas, dikunjungi banyak adik-adik kelas yang bertanya-tanya soal antropologi, ngomong saru, nggosipi wong, gumun lihat teman yang baru kelihatan, foto-foto, makan di kantin, dan masih banyakkkkkkkkkkkkkkk lagiiiiiiiiiiiiiiiii.

Februari:
Bantu pentas besarnya Teater Gadjah Mada, “Masihkah ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?” 11-12 Februari di PKKH UGM. Gila, konsep pertunjukan yang sebelumnya nggak pernah terbayang bisa seaneh (sekaligus) sekeren itu. Poster teaternya sempet didemo orang-orang konservatif yang nggak paham konteks dan esensi. Naskah ceritanya lucu, bikin senyam-senyum. Bahagianya lahir batin.

Maret:
Bantu pentas besarnya Forum Aktor Yogyakarta dan Teater Amarta, “Bertiga Bukan Dara; Menghias Kenyataan Hidup” di IFI-LIP Yogyakarta. Isunya sentimentil banget, soal perempuan, ketubuhan, dan hal-hal yang melekat di antaranya. Pertama kali mengenal FAY dan hm... keren juga nih kelompok teater!

Jadi Koor PDD di acara Grand Launching LEM FIB, bikin video profil cabinet meski ya gitu deh…

Ke acara Tawur Agung di Prambanan sama teman-teman Antropologi 2015. Bikin laporan riset soal tradisi dan ritual orang-orang Hindu. Waktu itu aku bahas soal kitab Bhagavadgita dan mengkait-kaitkannya dengan peran perempuan dalam agama.

Terakhir kali makan di Olive sama Nina. Karena setelah ini dia menghilang! :"(

Pertama kali ketemu Tian setelah berbulan-bulan jauh dan cuma ngobrol di perangkat seluler. terus dikasih buku pejalan anarki hehehe makasih!

April:
Workshop Saskine pertama kali, ngomongin film sama Mas Pria, yang berhari-hari setelahnya baru aku tau kalau beliau ternyata satu tim sama Wregas dan Ersya dalam produksi fim Prenjak, film kontroversyaaal hahaha.

Mei:
Studi Pentas Teater Gadjah Mada, naskah dengan judul “Ndog” adaptasi dari Putu Wijaya, jadi artistikkkkkk dan ini adalah pentas teater pertamakuuuuuu!

Jadi PDD di acara Talkshow Pendidikan di kampus, bikin video teaser beberapa menit. Aku bosen sama garapan media ini. Laptopku udah nggak kuat buat nge-render video...

Juni:
Puasa pertama kali di Jogja.

Datang ke ArtJog setelah tahun kemarin enggak datang.

Ke Candi Mendhut sama Bapak, terus cabut ke rumah lewat jalur Magelang.

Juli:
LIBURAN DAN LEBARAN DI RUMAH ALHAMDULILEEE~

Tanggal 19-nya balik ke Jogja buat persiapan acara ospek fakultas; jadi PDD, bikin video teaser, ngetake hal-hal aneh di kampus, editing sampai mabok, meluncur ke akun Youtube, huh bosen...

Agustus:
Nge-PDD di acara PPSMB FIB UGM 2016 ‘KAMPUNG BUDAYA’ selama dua hari, pestaaaaaaaaaaaaaaa! Masih bosen tapi karena seru jadi nggak berasa.

Jadi penanggung jawab Teater Gadjah Mada di acara Gelanggang Expo, bersanding dengan halogen lampu warna-warni, dangdutan sampai tengah malam, sebat tipis-tipis sambil dini harinya menonton orang mabuk bermonolog, teman-teman teaterku sakit otak semua. Tapi aku seneng lhooo...

17 Agustusan di kebun binatang Gembira Loka, aku pakai outfit kerudung merah dan baju putih, ngajak Rani buat ikutan make outfit merah-putih tapi dia ENGGAK MAU huh dasar jengkol!

September:
ULANGTAHUN MAMA DAN LAGI DI RUMAH ALHAMDULILEEE~

Makrab pertama kali sama teman-teman Save Street Child Jogja di Desa Turi jauuuuuuuuuuuh dari kota Jogja. Baru kali ini ngerasain beneran ada orang-orang baik yang mau naruh perhatian dan pedulinya buat isu-isu marjinal kayak anak jalanan. Salut!

Oktober:
Ngajar pertama kali di Tegalmojo sama teman-teman kecilku yang baik hati. Terlibat di program komunitas anak jalanan yang sebelumnya aku sebut itu.

Inisiasi Antropologi di kaliurang atas selama 3 hari, ulangtahunan di sana, dipaksa makan brotowali padahal udah pernah tahun lalu, tapi sebelumnya melihat orang kesurupan, menyaksikan tragedi-tragedi aneh penuh drama, berdiam di depan api unggun, menyusuri hutan, semak-semak, lari-larian, teriak-teriak, panas, njuk gelut, tinju, getih, pusing, pingsan, pengen nangis tapi bohong, ya begitu deh…

MENDAPAT HADIAH PALING OKE DARI BAPAK KARENA TELAH MENJADI 19 TAHUN, itu adalah… rahasia dong!

Ngurus porsenigama cabang monolog sama teman-teman teaterku yang otaknya masih sakit. Hari-hariku selamanya di gelanggang mahasiwa.

November:
Ngecamp di Sundak, Gunungkidul, dengan perempuan-perempuan tahan banting, aku pernah cerita panjang soal ini, scroll blogku aja!

Jadi PDD di acara Inaugurasi FIB, bikin video teaser lagi, ngetake hal-hal aneh di kampus, ngedit sampai mabok, dan meluncur ke akun Youtube dengan terseok-terseok dan berlinangan air mata. Aku pingin pensiun bikin video.

Makrab Teater Gadjah Mada di kaliurang enggak atas-atas banget, terus lanjut Pre-view pementasan teater “Kemalingan”, aku jadi artistik lagiiiiiiiiiiiiiiiii dan ini adalah pentas keduaku! Doakan ya semoga berhasil, februari bulan depan terjun langsung di sebuah panggung, info lebih lanjut akan aku kabari!

Desember:
Pementasan Wayang Antro di kampus, jadi artistik lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Pertama kali ngurusin pertunjukan wayang, karena sebelumnya enggak pernah. Jadi deg-degan, tapi excited.

LAGI BANYAK-BANYAKNYA FILM FESTIVAL: JAFF, FFD, setiap hari dijabanin untuk screening film!

Kabur ke Semarang untuk mencari diriku yang hilang…

2016 habis, ditutup dengan bakar-bakaran ayam bareng teman-teman SMA dan mengakhiri dengan banyak penyesalan serta kecewa yang menyayat, tapi kemudian aku siram langsung dengan doa-doa baikkkkkkkkkkkkkkkkkk!


Tara! Terima kasih 2016 hebatku! kita ketemu di tahun depan! Bismillah tahun depan tajir melintir!

Rabu, Desember 28, 2016

sebuah upaya pelarian diri

setelah seharian dari pagi sampai malam berkutat di hall teater gelanggang yang kabarnya akan digusur (sumpah sedihnya enggak ketolong, bangunan sakral tempat sehari-hari anak-anak teater bermukim akan dilenyapkan...), esok paginya tanggal 20 desember aku memutuskan untuk minggat ke suatu kota yang jauh dari Depok Slemanku berada, suatu kota di utara pulau Jawa dan sebelahan sama laut Jawa, suatu kota yang asing dan nggak pernah kuinjak lagi setelah berbelas-belas tahun lamanya...

ke Semarang doang padahal. hahahaha.

ini adalah bentuk pelarian diri yang paling dinanti setata-surya! kadang-kadang aku merasa sangat butuh tempat lain selain tanah tempatku kuliah di Jogja dan kampung tempatku pulang di Purwokerto untuk bernapas, aku tuh perlu udara tempat lain untuk membuat waras dan kepalaku dingin, meski Kaliurang atau Gunungkidul sudah berhasil banget jadi penawar sih... terus kan masa aktifku di Jogja sudah ku baptiskan berakhir di pertengahan desember —serentak dengan jadwal ujianku yang kelar dan rapat tetek-bengek lain yang ikutan tamat. dan ketika jatahku di Jogja habis, coba tebak aku akan ke mana? jelasnya ya pulang ke kampung, tapi aku nggak mauuuu. maka dari itu kemudian aku melacur (melayang-layang dan meluncur) di Semarang. kenapa Semarang? kenapa enggak Bukittinggi? Manado? Timika? Pulau Alor? ya jawabannya ada di duit sih, lagian Semarang dekat banget, perjalanan berkisar antara tiga sampai empat jam, dan di sana banyak teman-teman SMA yang bisa ditebengi kos-kosannya untuk tidur (melarikan diri modal hemat).

di Semarang, aku diadopsi oleh seorang teman berpipi besar dari jurusan kesehatan masyarakat bernama Virgi! perempuan itu mengijinkanku untuk tidur di kasur kosnya dan ndompleng bersama motor mio dan helmnya untuk pergi ke tempat-tempat yang nantinya bakal aku kunjungi. untungnya, teman-teman Undip sudah selesai ujian semua, jadi waktu hidupnya Virgi enggak begitu terganggu-terganggu banget dengan kehadiran seorang Hamima yang jatuh tersungkur dari bulan ini, hahaha.

menginjakkan kaki di Semarang, rasanya gimana ya... kaya aneh aja sih soalnya aku benar-benar hidup dengan membawa diriku sendiri dan enggak kenal sama orang-orang yang berada di sekeliling aku. Semarang just same like other places; panas, lalu lintas semrawut, orang-orang berteriak aneh-aneh (posisiku waktu itu di terminal Sukun), pohon-pohon sedikit, dan udara kota masih campur polusi mesin kendaraan berknalpot. ibukota Jateng ini sungguh berisik, tapi di saat yang bersamaan aku merasa begitu akrab dengan kehiruk-pikukannya.

lalu aku dibawa Virgi menuju kosnya yang dekat dengan kampus Undip. perasaanku beda lagi mendadak; aneh, adem, bisa lihat Undip, lihat anak-anak yang kuliah di sana, lihat tempat fotokopian, printer, laundri, burjo, warteg, kopisap-kopisop, swalayan, berkerumun di wilayah kampus. emang norak kan aku aja enggak paham dengan diriku sendiri, semuanya bermodal 'udara Semarang enak juga ternyata kalau dipikir-pikir'.

di Semarang aku cuma hidup selama tiga hari. list tempat yang ingin aku kunjungi sudah kubuat sungguh-sungguh di dalam sketch book (buku gambar yang alih fungsi menjadi buku agenda) di antaranya adalah; pasar-pasar tradisional seperti prembaen, johar, suryokusumo, tambak lorok, bangetayu, randu sari, peterongan, gang baru, karang kembang, dargo (banyak ya!), taman djamoe indonesia, museum jamu nyonya meneer, kota lama, tekodeko koffiehuis (nama cafe), kampung jamu semarang, masjid agung jawa tengah (ingin sholat di sana dan lihat matahari terbenam di menaranya), pagoda buddhagaya watugong, klenteng-klenteng ibadahnya orang Semarang kaya sam poo kong atau tay kak sie, museum ronggowarsito, komplek pecinan, museum muri, semarang art gallery, bahkan ingin juga numpang lewat ke sunan kuning... salah satu lokalisasi di Semarang.

tapi teman-teman.......... aku sedikit sedih karena realitanya aku dan Virgi hanya jalan-jalan di sekitar kota (melihat tugu muda, lawang sewu, mall-mall, yang mana kita harus 'turun' dari wilayah atas dan menempuh sekitar 20 menit perjalanan, ibaratnya Undip ada di atas sedangkan pusat kota peradaban ada di bawah), ke pasar gang baru (melihat ekonomi pasar pada pagi hari, beli bubur sum-sum, liat pertokoan orang cina; melihat babi-babi tergolek tak berdaya dan macam-macam peralatan sembayang), menyusuri komplek pecinan (TAPI AKU SEDIH DI SINI KARENA ENGGAK BISA KE PASAR SEMAWIS! DI SANA JUALAN MAKANAN-MAKANAN PECINAN TAPI KATA VIRGI PASARNYA CUMA BUKA PAS WEEK END DOANG SEDANGKAN INI hari rabu, jadi ya sudah deh aku cuma bisa menangis dalam hati), terus kita ke kota lama (biasa, harus menunaikan ibadah wisata sajyaratun) mampir ke pasar klitikan barang seni yang dihelat oleh paguyuban Padang Rani (pedagang barang seni) dan mendapati barang-barang aneh super lawas yang dijual, nemu lukisan yang dikasih harga jutaan rupiah, beli es teh sambil jalan kaki melihat-lihat sekitar, foto-foto, duduk di depan warung orang sambil bengong ngeliatin jalanan, mampir ke semarang art gallery dengan harga tiket ceban dan cari angin di dalam, ke pagoda buddhagaya malam-malam dan mengendus-ngendus di depan dupa (ingin beli dupanya tapi duitku jatahnya untuk makan), ngefoto bapak dan ibu yang sedang ibadah, ke kedai kopi hitssss di Semarang, having a lunch di Toko OEN yang atmosfirnya kolonial abis (lihat sejarahnya di http://tokooen.com/en/history_of_toko_oen) dan super mehong tapi aku cuma pesan cappucino late panas dan roti isi keju di sana hahahaha. aku juga main sama teman-teman SMA yang kuliah di Undip (they were so friendly! thanks aniwei!), dan jadi sedikit hapal jalan-jalan kecil di sekitar kos Virgi karena sering banget sebentar-sebentar keluar buat cari makan di warteg. kamis sorenya pukul lima, aku kemudian berpulang ke Purwokerto karena orang rumah sudah edan marah-marahnya nyuruh pulang padahal baru tiga hari aku minggat, tapi juga karena duit sudah makin tipis dan enggak enak mengganggu kehidupan Virgi terus, aku beneran pulang sore itu, naik Kamandaka dan menghabiskan uang sembilan puluh ribuku yang berharga. 

thankssss maksimal untuk Virgi jagoanku yang telah berkorban seluruh jiwa raganya untuk membantuku memenuhi nutrisi rohani dengan melalang-buana di kota Semarang. mudah-mudahan Tuhan selalu banjiri kebaikan-kebaikan di hidup Virgi! aku kenyang secara jiwaaaa!

oh ya, dalam perjalanan menuju rumah, aku cuma menghabiskan waktu di kereta dengan melamun,


untung tidak ada bumbu-bumbu air mata.

Kamis, Desember 22, 2016

menghabiskan jatah desember di jogja

adalah dengan mengerjakan banyak paper penelitian maupun review jurnal dalam rangka hari besar ujian akhir semester.

 ibadah rohani seperti mengunjungi pameran seni atau festival masih tetap berlangsung tapi mendadak harus tertelan bulad-bulad karena tiga mata kuliah terakhir; Etnofotografi, Etnografi NTT, dan Antropologi HIV/Aids membuatnya tidak tidur berhari-hari dan kering kerontang akibat terlalu banyak konsumsi kopi. matanya pun sudah seperti spanduk lecek bertuliskan 'rumah dijual' yang dibiarkan kosong oleh penghuninya selama satu dasawarsa, setiap malam menajamkan pandangan di depan layar inchi dan membual entah di atas papan ketik demi melahirkan berlembar-lembar paper siap tumpuk. baru selesai menjelang subuh, kedinginan tapi kepala pusing, mengantuk berat di sela-sela merapikan margin dan page layout, baru tidur antara pukul enam sampai tujuh, kemudian lapar, dan pukul sembilannya harus cabut ke kampus untuk menyerahkan hasil kerja keras satu malam suntuk.

hamima adalah seorang dateliner kelas kakap dan dia tidak pernah tahu bagaimana cara mengatasi hal tsb, satu-satunya yang dia paham adalah bagaimana satu-dua cangkir kopi hitam yang mengepul panas bisa membantunya merapikan pekerjaan, and she did well. she did fucking well. jancok.

jatahnya di jogja juga mulai mendekati masa tenggang. setelah ujiannya selesai pada jumat pagi, sorenya dia harus menuntaskan pekerjaan yang lain: nukang di pementasan jurusan bernama Wayang Antro, merekatkan diri dengan cat tembok dan gabus mudah tertiup. lalu malamnya sekitar pukul sepuluh meluncur ke Jalan Turi untuk menghadiri rapat besar teman-teman teater dan melekkkkkkk sampai subuh, sampai pukul tujuh pagi, sampai kerongkongan mau muntah karena segala-galanya harus sampai pagi. terus setelah itu dia kemudian pulang ke kos dan tidur sampai sore. sungguh, tidur adalah cita-cita luhurnya yang ingin sekali dia capai, badannya tidak sekuat pekerja lemburan yang membaptiskan diri untuk terjaga semalam suntuk sampai pagi, anak perempuan itu kurus dan dia butuh tidur normal supaya bisa tetap waras, tapi tetap saja; dia masih punya pekerjaan lain dan urusan tidurnya harus terpotong lagi; rapat redaksi suatu jurnal ilmiah kampus, sampai larut malam lagi tapi untung tidak sampai selesai pagi, kabar baik. besoknya anak itu benar-benar mati sehari di dalam kamar kos untuk menyembuhkan diri. bangun malam hari dalam keadaan pusing kepala, lalu mengajak teman untuk nongkrong di kedai kopi dekat stasiun dan mengisi perut yang seharian kosong.

belum selesai, pada pagi harinya dia harus datang rapat produksi teater di gelanggang, lalu ikut latihan tim aktor sampai malam, tapi pamit duluan soalnya beneran enggak tahan dan rasa-rasanya mau muntah. anak itu pulang dan mencari cara untuk pergi dari jogja secepat-cepatnya, tapi karena sudah malam, lapar, mengantuk, kering, mual, demam, dia tidur satu malam lagi di kosnya setelah selesai packing untuk kabur dari jogja keesokan harinya.


pulang karena sudah nyerah

Jumat, Desember 02, 2016

sometimes it just feels really-really wonderful to be alive

    sepulang dari rapat perkumpulan teman-teman berhati baik pegiat anak (di situasi) jalanan, membuka gerbang kos, memasukkan honda beatku ke garasi, masuk kamar dalam keadaan nyeri kepala, dan menjeklek saklar lampu, aku seketika memekik dalam hati:

    "ayo bersih-bersih!"

    lalu berlari ke kamar mandi dan membasuh wajahku dengan air kran yang dingin. let's do the things that must be resolved, soal hal-hal yang masih dihitung hutang, soal to do list yang hanya jadi pajangan, soal komitmenku yang akhirnya terbengkalai, soal kegemaranku yang pelan-pelan terkubur, soal cita-citaku yang mendadak kabur, semua terlihat entah dan berubah sangat maya kalau bisa dibilang. terus kalau sudah begitu, siapa yang akan jamin kehidupanku kalau bukan aku sendiri? jadi lah, aku memang harus memberesi kehidupan seorang h a m i m a yang berantakan dan undirected. kenapa? pernah kah teman-teman pikir kalau sometimes it just feels really-really wonderfull to be alive?

    oke? coba hayati deh. sometimes it just feels really-really wonderfull to be alive.

    aku rasa teman-teman juga harus mulai melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan, kalau bingung akan mulai darimana, mungkin teman-teman bisa mencoba dengan menyeduh teh hijau hangat sambil mematut diri di depan cermin dan bicara sendiri sampai teman-teman lelah, semoga firman-firman alam sekitar bergegas mengendap di sanubari teman-teman semua.

sepedanya keren, gambar ambil di pinterest