Sabtu, April 27, 2019

melesak

sesak banget.

saya nggak tahu bagaimana cara untuk melepaskannya. hal-hal aneh dan liar terus berputar, menenggelamkan perasaan dan meracuni segala sesuatu yang tumbuh di kepala. sejak delapan jam yang lalu hingga sekarang, saya nggak bisa berhenti cemas dan menenangkan diri. pikiran jadi buyar, hati gusar, tawa dan celotehan mendadak pudar, yang tersisa tinggal gemuruh dan degup jantung yang asing.

kalau boleh menjelma, tolong buat saya jadi burung gereja yang terbang rendah setiap lima sore, atau abu dupa yang menyala di prosesi sembayang, atau air mawar dan bunga tabur untuk kuburan, atau hikayat-hikayat tuan yang menggantung dan tak pernah selesai, di malam-malam lengang yang menghimpit, di sudut-sudut temaram tanpa lampu, di sepi-sepi yang mendesak dan menekan, di isak tangis lirih yang mengiris pelan-pelan.


kepada entitas apapun yang mewujud pada hal-hal indah,
amin.



*
prawirotaman (setengah sadar), 2019 

Minggu, April 14, 2019

dan sesal-sesal yang menggelayuti hati

hari-hari berjalan sama seperti hari-hari lainnya. sepanjang hari bisa habis di jalanan dan bergumul dengan orang-orang, menemui banyak hal dan berakhir ambruk sambil memandangi langit-langit kamar. sisa hari yang lain bisa muncul dalam kondisi ambyar, pikiran penuh dan berisik, membatalkan semua rencana, menolak ditemui siapapun dan berakhir semedi sambil menyetel lagu sedih keras-keras. tiba-tiba bisa mencium bau orang-orang terdekat, tapi malah jadi bingung dan hampa karena mereka sudah meninggal beberapa tahun lalu. tiba-tiba cemas dan takut terhadap perasaan sendiri seperti kenapa jadi mudah sekali jatuh cinta pada laki-laki yang baru ditemui kemarin sore. tiba-tiba gugup dan merinding mendengar lagu kesukaan bapak diputar di sebuah warung kopi pukul sebelas malam lalu setelahnya muncul dua anak kucing di kolong meja. tiba-tiba ingatan dan kenangan tentang hal-hal lama menguar dan memenuhi rongga dada sampai rasanya sesak dan ingin sekali tidur. tiba-tiba segalanya seperti putaran baling-baling yang membawa kita pada pecahan-pecahan fragmen, seperti kabar-kabar yang mengantar kita pada peristiwa kehilangan, seperti diseret dan ditikam-tikam rasa. lalu lihat siapa yang mati.

ya tuhan aku sudah mau nangis lagi.


*
bulan maret yang kering, 2019
https://www.youtube.com/watch?v=kWEOuRFo_sQ

Jumat, April 12, 2019

malam jatuh dan menyisih

di tengah riuh semarak kerumunan orang, di tengah gegap gempita malam yang onar, di tengah pendar meriah lampu panggung yang nyalang, di tengah sorak-sorai pening dan bising pekikan, diam-diam seseorang berbisik di dekat telinga "kamu brengsek"

lirih dan gamblang
aku kira kamu sedang melantur, tapi matamu menghunus ke arahku
dan kamu tak lagi menyeringai seperti biasa
kamu tak punya sorot hangat dan teduh seperti kemarin sore
wajahmu kaku, rahangmu mengeras tapi aku bisa lihat kalau kamu sedang mencoba menahannya
di lima detik berikutnya genggamanmu lepas, tanganku keriput kedinginan, tapi kamu cuma membeku
sedang aku terpaku, mengedip berkali-kali
mataku mengabur, semua hal jadi buram
suaraku tercekat, aku sudah mau menjerit
kamu ditelan sesak dan hingar-bingar
kamu raib dan tak mampu kuraih
sementara semua pikiran malam itu berkelindan dan menembaki kepalaku

brengsek