#20 Menjamu Duapuluh

by - Oktober 24, 2017

    Saya selalu memaknai hari lahir saya sebagai peringatan yang sakral. 15 Oktober adalah perayaan yang pasti membuat saya berdebar. Di hari itu, saya selalu punya pikiran tentang beberapa hal; bagaimana cara Ibu memandang saya pertama kalinya setelah saya lahir, perasaan Bapak merengkuh badan mungil saya untuk diadzani, keheranan kakak laki-laki saya melihat bayi perempuan yang sedang menangis sebagai adiknya, saya terus mengulang bayangan itu sampai saya terus tumbuh dan jadi besar, beberapa hal tadi kemudian menjalar ke hal-hal lain; bagaimana rasanya jadi 1 tahun, jadi 5 tahun, 8 tahun, menuju ke 10, 14, 17, 18, 19, hingga saya betulan memasuki usia ke 20. Kontemplasi yang seperti itu kadang-kadang membuat saya gemetar sendiri, saya telah hidup selama bertahun-tahun, merasakan dan ditempa banyak hal, mungkin masih tergolong awam untuk dapat disebut manusia utuh, tapi saya selalu merasa Tuhan terus-terusan menjadi baik pada saya. Tuhan melingkupi saya secara menyeluruh. Saya tak pernah dibiarkannya meregang seorang diri, Tuhan selalu hadir di saat-saat saya dalam keadaan duka maupun sentosa.

    Terimakasih hamima, sudah mau terus hidup. Begitu ucap saya, sambil meniup ruas-ruas jari dan mengusapnya ke muka, di setiap pergantian tahun itu.

    Saya juga menaruh keyakinan, kalau dalam hidup ini, tersebar banyak sekali hal-hal baik yang dipelihara lewat orang-orang di bumi. Mereka adalah sesuatu berbau harum dan menguar, yang sorot matanya hangat dan berbinar, yang senyumnya merekah dan lebar, yang jabatan tangannya saja terasa lembut dan merengkuh. Orang-orang ini menyala dan tumbuh di sekitar kita, dan kalau kita mau bergeming sebentar, maka pendar-pendar mereka bisa kita rasakan. Mereka adalah orang-orang yang menyayangi kita, yang menyimpan renjana dan perasaan tulus mereka untuk mengasihi kita.

    Dan 20 tahun saya menjadi bukti bahwa hal-hal tadi benar adanya. Orang-orang memberikan selamat, mendoakan saya ucapan yang baik-baik, memberikan bunga, memberikan hadiah, memberikan kue yang ditancapi lilin, memeluk erat dan menciumi kening, menyanyikan lagu ulang tahun, sedang yang jauh berkabar lewat video calling, pesan singkat sms, kartu ucapan berlatar dataran pulau yang indah, dan beberapa bahkan datang dari kejauhan untuk menemui dan merayakan usia baru saya. Kalau bukan hal-hal yang baik, dengan padanan kata apa lagi saya harus menyebut mereka yang penuh keindahan itu?

    Saya ingin terus-terusan begini, menjadi gegap gempita, riuh rendah dan semarak dalam mengisi sel-sel hidup, di usia saya yang berikutnya, berikutnya, berikutnya lagi, sampai Tuhan mengijinkan saya untuk mati. Akur, aman, bahagia, enak, nyaman, rukun, salam, sejahtera, tenang, dan tenteram.

    Selamat menjamu 20 tahun, mim, saya tahu betul kalau kamu memesona dan mengagumkan.

berkat (merayakan)

ekosistem yang baik

ketenangan

bau kembang

abang tian

You May Also Like

0 Comments