Menjadi Sibuk di Saat Anak-Anak Ini Tumbuh dengan Gemas

by - Desember 13, 2017

  Saya sudah lupa kapan terakhir kali menyempatkan diri untuk berkunjung ke shelter dan menemui teman-teman kecil saya di sana, di Badran belakang komplek PKBI. Mungkin satu atau dua bulan yang lalu, atau malah entah kapan –sudah tidak ingat lagi.

    Beberapa pekerjaan jelas menguras waktu dan tenaga saya yang harusnya bisa saya luangkan untuk mereka. Padahal, dulu saya pernah berjanji pada diri sendiri, bahwa teman-teman kecil saya itu adalah hal-hal yang harus selalu saya perhatikan, bahwa mereka adalah hal-hal dalam hidup yang tidak boleh saya abaikan. Teman-teman kecil saya adalah penyembuh nomor satu di Jogja, begitu ujar saya saat pertama kali mengenal mereka, saking senangnya mendapat teman baru di sela-sela berisiknya hidup saat itu. Tapi sekarang, melongok ke shelter pun sudah tak pernah, apalagi menyambangi mereka dan mengajak bermain? Saya seperti sedang disergap kehidupan yang runyam, dan sangat chaos. Setiap hari mengurusi dateline, setiap hari pergi ke rapat-rapat, setiap hari bicara hal-hal serius –sampai spaneng dan lupa bagaimana caranya tertawa. Sudah jarang ibadah seni, sudah jarang wisata religi, sudah jarang berkontemplasi, sudah jarang mengarungi diri, dan satu-satunya wujud ‘jadi hidup’ yang saya punya adalah perjalanan pulang ke kos-kosan dengan penuh rasa syukur, menghirup udara-udara tenang pukul dini hari, sambil berdoa kalau semua yang baik di dunia ini akan terus baik-baik saja. 

    Saya juga banyak berdoa pada Dzat yang paling ajaib di alam ini, untuk terus melimpahkan rasa-rasa indah, sesuatu yang hangat dan manis pada teman-teman kecil saya itu. Dalam satu dua hal barangkali mereka tak bisa menikmati hidup seperti yang orang lain miliki, tapi saya selalu berharap, mereka akan punya banyak kebaikan yang menuntun mereka untuk tumbuh menjadi anak-anak yang mengagumkan.

I love you, maaf kalau kakak sibuk, besok-besok kita main lagi ya! :)

You May Also Like

0 Comments