Perjalanan-perjalanan di sore hari (episode Jogja)

by - Desember 24, 2018

      Sore itu waktu yang tepat untuk jeda dan berhenti sesaat. Waktu yang tepat untuk mengambil jarak dari aktivitas sehari-hari; yang bikin pusing, yang bikin tenaga kekuras, yang bikin energi habis karena harus menghadapi banyak hal. Sore adalah suasana lembut yang nggak begitu bising dan berisik. Karena se-dalam itu saya memaknai sore, saya jadi suka merencanakan perjalanan dan bepergian saat-saat sore sampai jelang magrib, cuma untuk merasakan hal-hal batiniah yang nggak saya dapat di waktu-waktu lain, cuma untuk meredakan capek dan kembali bikin alarm bagi diri sendiri; untuk selalu bersyukur dan memenuhi diri dengan perasaan baik.

       Beberapa tempat di bawah ini adalah daftar kunjungan saya ketika di Jogja, akan terus diperbaharui selama saya masih dikasih kesempatan untuk jalan-jalan dan ketemu tempat-tempat baru. Untuk edisi di kota lain, mungkin akan saya buat di postingan terpisah. Shalom!

Candi Abang
Sejauh ini, Candi Abang masih jadi tempat yang paling favorit untuk menghabiskan sore. Selain karena lokasinya yang jauh dari riuh ramai kota (ada di desa Jogotirto, Berbah), di sana kita juga bisa lihat pemandangan magis yang bisa bikin perasaan kamu meluruh, ialah matahari tenggelam, dan lenskep Jogja yang mengecil di ketinggian candi. Tiket masuknya murah meriah, cuma perlu bayar uang parkir seharga dua ribu. Jam tutupnya juga fleksibel, tapi karena di Candi Abang masih minim penerangan dan infrastruktur, biasanya ketika sudah sandekala pengunjung di sana langsung berbondong-bondong untuk turun. Hm, nggak berbondong-bondong juga sih, soalnya lingkungan di sana termasuk sepi. Biasanya saya datang sekitar pukul tiga, sama anak-anak antro yang butuh ibadah rohani modal hemat, atau anak-anak teater yang butuh plesiran karena sedang mumet. Candi yang konon bekas peninggalan Mataram Kuno ini bentuknya gundukan tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau, dinamai Candi Abang karena bahan bangunannya adalah batu bata berwarna merah (biasanya bangunan candi menggunakan batuan andesit). Btw, kalau mau naik ke Candi Abang harus hati-hati ya, akses di sana lumayan sulit, belum dibangun jalan aspal dan fasilitas yang memadai. Kita harus tracking menuju puncak bukit dengan melewati pepohonan rimbun dan semak belukar lebat, jadi jangan pakai flatshoes yang licin atau sandal japit yang tipis ya, guna meminimalisir hal yang tidak-tidak. 

Kotagede
Kalau kalian suka wisata sejarah dan religi, pasti mengunjungi Kotagede bakal jadi hal yang sangat menyenangkan. Kotagede adalah kecamatan kecil yang masih menyisakan jejak-jejak dan peninggalan kerajaan Mataram Islam di masa lalu. Dulu, Kotagede adalah ibukota kerajaan yang dipimpin oleh raja pertama bergelar Panembahan Senopati. Lokasinya juga nggak jauh-jauh amat soalnya Kotagede masih ada di kabupaten Bantul, ya kira-kira tujuh kiloan lah dari kampus UGM. Biasanya saya drop kendaraan di parkiran Masjid Gedhe Mataram (bayar seribu rupiah saja), terus numpang Ashar di sana, lalu jalan kaki untuk melihat sekeliling; mengitari kompleks masjid, lihat-lihat sendang seliran (tempat pemandian keluarga raja), ke pasar legi, mampir rumah pesik, masuk ke pelosok gang-gang sempit di kompleks pemukiman, ke sentra cokelat monggo, bisa juga beli es doger atau jamu kunir asem di depan masjid. Lalu baru pulang ketika sudah jam tujuh malam.

Hamzah Batik
Saya suka banget belanja di sini! Beli masker tradisional, bedak dingin, sabun-sabun organik, minuman seduh dan wedang-wedangan, obat-obat herbal, sandal lepek yang cuma duapuluh ribuan, tas-tas etnik model totebag, dupa murah dan wangi, lilin-lilin aromatik, dompet-dompet kulit atau batik yang lucu, aksesoris-cinderamata khas Jogja, atau pun sekadar lihat sandang-sandang berbahan batik di lantai satu. Kadang-kadang, Hamzah Batik juga buka fasilitas membatik dengan bayar ongkos limabelas ribu. Terus kadang kita juga bisa lihat proses Nglawong (penempelan lilin dengan canting pada pola) di lantai satu, tapi jamnya agak nggak tentu. Ada juga pertunjukan ketoprak modern setiap hari kamis mulai pukul tujuh hingga delapan malam di lantai tiga. Ada pertunjukan siter di lantai satu dan suka banget bawain tembang-tembang jawanya Gesang atau Ki Narto Sabdo. Ada Cabaret di lantai tiga yang tampil setiap hari jumat dan sabtu, pukul tujuh sampai setengah sembilan. Serta pertunjukan-pertunjukan lain yang mungkin saja ada, tapi belum saya temui. Ke Hamzah Batik nggak bawa duit juga aman kok, soalnya saya sering banget dateng sore-sore dan cuma cuci mata di dalamnya. Tapi seru! Oiya, Hamzah Batik ada di Jalan Malioboro ya, posisinya di seberang Pasar Beringharjo tapi agak ke selatan sedikit. Jangan bingung cari parkir, soalnya di samping Hamzah Batik ada gudang tua yang dijadikan ruang parkir untuk kendaraan motor, pokoknya temuin plang penandanya aja!

Raminten
Biasanya kalau pingin cari wifi dan lagi butuh nongkrong sendirian, saya suka ke Raminten's Kitchen sore-sore, terus beli kunir asem dingin yang rasanya enak banget. Menu favorit lain adalah ayam saus madu yang lembut dan menggiurkan. Btw, Raminten’s Kitchen masih merupakan bagian dari Raminten Group. Tempat ini terbilang cukup baru, lokasinya nggak jauh-jauh amat dari the House of Raminten, saudara kandungnya yang masih tradisional banget itu, tepatnya ada di Jalan Sabirin, Kotabaru. Raminten's Kitchen punya konsep yang lebih segar, tempat ini jauh terlihat modern dan chic, selera anak muda banget, tapi tetap dengan nggak meninggalkan unsur-unsur vintage, jadul, dan sedikit 'klenik' ala Raminten, soalnya keliatan banget dari dekorasi tempatnya. Bau dupanya juga masih tercium jelas. Saranku sih, jangan ke tempat ini kalau siang-siang, soalnya bakal penuh dan berisik sama anak berseragam dari sekolah depan, Raminten's Kitchen baru kondusif kalau sudah sore dan jelang malam. Tapi kalau mau datang ke the House of Raminten juga bisa. Bagi saya, dua tempat itu sama-sama menyajikan eksotisme makanan Jogja dalam balutan tradisional maupun kekinian.

Lempuyangan (sembari menunggu kereta)
Saya paling semangat naik kereta sore-sore dari Lempuyangan menuju Purwokerto. Selain murah, di jam-jam ini kondisi di dalam stasiun juga nggak begitu ramai, tetap ada aktivitas naik-turunnya penumpang sih, tapi kalau sudah sore suasananya jadi agak lengang dan bikin tenang. Saya bisa duduk di depan peron sambil makan Roti 'O (saya suka banget sama roti ini!!!), sambil baca buku atau dengerin lagu, sambil ngobrol sama orang asing kalau ada yang bisa diajak ngobrol, atau cuma bengong dan nggak ngapa-ngapain. Lalu ketika kereta tujuan saya tiba, saya bisa menikmati sore dengan cuma ngalamun dari balik jendela kursi. Lihat langit yang pelan-pelan menguning, lihat matahari yang pelan-pelan meredup.

Undak-undakan di lapangan GSP
Gara-gara diajakin salah satu teman ke sini, saya jadi suka banget nongkrong di undak-undakan lapangan GSP tiap jelang Magrib. Nggak jogging, nggak olahraga, tapi cuma duduk di sana dan bengong, sambil ngobrol sama teman, sambil lihat aktivitas banyak orang dari ketinggian, sambil lihat langit Jogja yang terbentang lebar-lebar, sambil ngerasain semilir angin sore yang lembut dan sepoi-sepoi (yang bikin ngantuk), sambil lihat lampu-lampu tiang di sekitar kampus yang mulai menyala kuning redup, sambil lihat mas-mas ganteng yang barangkali lewat di depan mata. Begitu doang.

Hall Teater Gadjah Mada
Meski sudah jarang banget nongkrong di TGM, saya nggak akan menghilangkan fakta kalau tempat ini pernah jadi tongkrongan terfavorit saya sejak jaman jaya-jayanya main teater. Dari yang kalau siang ada kelas kosong, larinya ke sini, terus sore-sore sebelum latihan, larinya ke sini, sampai larut malam dan baru pulang pagi. Pagi, siang, sore, malam adalah waktu-waktu terbaik untung datang ke TGM, alias nggak ada alasan untuk nggak nongkrong di sana. Wifinya yang kenceng, orang-orangnya (sumpah kangen banget), makanan di cafetaria atau foodcourt, hall teaternya, rokok-rokok yang nyecer di mana-mana, lagu-lagu dangdut, organ tunggal, pisuhan dan makian, latihannya, pentasnya, dan sunggggguuuuuhhhh massssssssihhhhh banyyyyyyyakkkkkkkk yang lainnya!

Jalan Kaliurang km 20an ke atas
Kalau lagi pingin pergi jauh sekalian (tapi tetap bisa pulang ke kost), biasanya saya langsung tancap gas ke arah utara menuju Jalan Kaliurang yang paling atas, yang paling dingin, yang paling tinggi. Menghabiskan empat puluh menit sampai satu jam di jalanan, lalu nongkrong di warung-warung kopi dekat villa, merasakan hawa dingin dan gemertak tapi tetap hangat disapu minuman, dan baru pulang ketika sudah malam, ketika badan sudah sempoyongan dan menggigil tak karuan. 

Wisata Museum
Jalan-jalan sore yang paling estetik adalah berkunjung ke museum-museum, apalagi Jogja merupakan gudangnya museum dan banyak sekali di antaranya yang punya koleksi bagus-bagus, serta worth to visit. Mulai dari museum Affandi yang berada di tepi sungai Gajah Wong, Ullen Sentalu yang ada di Kaliurang atas, Sonobudoyo atau Museum Kereta Keraton yang wilayahnya masih satu kompleks, Wayang Kekayon di Jalan Wonosari, museumnya Pura Pakualaman, museumnya Tembi Rumah Budaya, dan museum-museum lain yang tumpah ruah di kota ini. Tapi karena rata-rata museum enggak buka sampai malam (mentok-mentok jam lima sore), jadi mulailah dengan jalan pada pukul tiga, ya memang masih panas sih cuacanya, tapi dijamin seru dan menyenangkan kok!

Kebun Roti
Kebun Roti punya gerai tetap yang berlokasi di Jalan Bougenville, tepatnya di depan percetakan Mangrove, dekat selokan mataram. Toko roti ini menyediakan roti-roti berbahan organik, yang dibuat dengan ragi alami dan tanpa pengawet, istilah asiknya adalah roti vegan atau roti artisanal. Produk yang dijual Mbak Ane (pemilik toko) sangat beragam, dari mulai jenis pizza, cheesecake, sourdough, pastri, pie, brownies, sampai kue-kue kering model cookies. Di Kebun Roti, juga ada gerai gelato yang lagi-lagi dijuluki produk vegan, namanya Cono Gelateria, gelato yang juga dibuat dari bahan dasar organik, less sugar, tanpa essens, gelatin, premiks maupun bahan kimia berbahaya lain. Saya sering banget nongkrong di sini sore-sore sehabis pulang kelas. Untungnya tempat ini menyediakan fasilitas wifi, saya jadi bisa buka laptop sembari makan roti dan gelato sehat. Anyway, kalau mau bawa pulang roti juga boleh, tapi harus bawa kotak roti atau tas belanjaan sendiri ya, soalnya Kebun Roti tidak menyediakan plastik jenis apapun. ^^

Toko buku
Sebenarnya, main ke toko buku adalah pilihan terbaik untuk menghabiskan sore. Entah ya, tapi bagi saya, membaca buku (selain menonton film dan menulis) adalah hal paling ampuh sekaligus menyenangkan untuk membunuh waktu. Tahu-tahu sudah habis satu jam, tahu-tahu sudah malam hari, tahu-tahu sudah jam satu pagi. Untungnya Jogja punya banyak toko buku yang tersebar di mana-mana, dari yang sekelas Gramedia, yang banyak diskonan seperti Togamas atau Social Agency, yang bisa ditawar sepuas-puasnya seperti Shopping Center, sampai toko buku 'indie' seperti Berdikari Book, Warung Sastra, dan Buku Akik.


Sejauh ini, apakah ada saran dan rekomendasi tempat lain -yang sekiranya seru untuk dihabiskan saat sore hari?

Sandekala di Candi Abang

You May Also Like

0 Comments