Merawat ingatan: tempat-tempat paling intim di Kalimantan (bagian tiga dan post apresiasi)

by - Desember 13, 2018

Tulisan ini akan jadi sangat panjang, karena selain melanjutkan seri tulisan yang sebelumnya (bagian satu bisa dibaca di sini, bagian dua di sini), di akhir tulisan saya juga akan buat semacam apresiasi post untuk teman-teman yang telah membersamai saya selama di Kalimantan kemarin. Nggak begitu bertele-tele sih, tetapi cukup menguras waktu kalau kalian mau membaca tulisan ini secara utuh, serta ikut merasakan bagaimana saya melarungkan diri pada berbagai hal (ciailah). Tulisan ini (dan bagian sebelum-sebelumnya) adalah tulisan kontemplatif yang mewakili saya sepenuhnya. Untuk itu, selamat menikmati!


Halaman belakang rumah Bapak Syaiful
Rumah Bapak Syaiful termasuk rumah panggung khas Kalimantan berbahan pokok kayu, dengan tinggi lantai sekitar tinggi orang dewasa. Kata beliau, arsitektur yang demikian dibuat untuk memudahkan mereka ketika sedang membersihkan sampah. Kolong rumah yang tinggi itu juga sekaligus menjadi tempat serbaguna; menyimpan barang, kendaraan, dan perkakas rumah tangga lain. Bapak Syaiful, yang juga merupakan guru ngaji di RW 01 itu sering sekali menjamu kami dengan beragam makanan ketika kami berkunjung ke sana, atau ketika kami ikut ngaji di sana saat sore hari. Di bagian belakang rumah Bapak Syaiful tersebut, terdapat space kosong yang digunakan untuk menjemur pakaian, berhadapan dengan pekarangan yang ditumbuhi lebat pepohonan. Pernah di suatu sore saat itu, saya dan teman-teman satu subunit mendapat undangan makan siang bersama di rumah beliau, setelahnya kami bertujuh sok ngide duduk-duduk di halaman belakang rumah tersebut dan malah keterusan ngobrol ngalor-ngidul. Saat itu, saya langsung tercetus keinginan untuk membuat rumah seperti rumah Bapak Syaiful kelak, rumah panggung kayu yang tinggi dengan halaman di sekeliling yang rimbun. Tapi sumpah, di sana enak banget buat jagongan dan sirkulasi udaranya juga silir!


Es buah Panca Agung
Satu mangkuknya 7000 rupiah, varian buah dan esnya banyak, dan tempat ini juga jual gorengan yang enak-enak. Lokasinya ada di Panca Agung, di pinggir jalan poros persis, agak jauh dari Karang Agung tapi masih bisa dijangkau pakai motor lah. Saya lupa siapa yang duluan ngajak saya ke sini, bisa jadi Sheila, Rara, Yoga, Topik, atau Nur (terus baru dikasih tau Amri kalau ternyata dia yang ngajak saya duluan hahaha), tapi semenjak itu, es buah Panca Agung sukses jadi markas paling favorit untuk nongkrong ketika jenuh banget di lokasi KKN. Cuaca Kalimantan yang terik parah akan langsung meluruh kalau sudah disandingkan dengan semangkuk es buah nikmat yang bikin ngiler.


Bakso klenger Panca Agung
Nama baksonya memang aneh, tapi bakso klenger inilah yang berhasil menyelamatkan suasana hati buruk saya dan beberapa teman-teman. Saya masih inget banget, hari itu adalah hari di mana Rara lagi bete karena gagal dapet pinjeman drone dari orang pemerintahan. Kebetulan saya juga lagi merasa nggak enak dan hawa-hawanya pingin melarikan diri terus (kenapa ya saya bermasalah banget dengan apa-apa yang terjadi di sini). Saya spontan mengajaknya makan bakso di Panca Agung (karena di rumah nggak ada makanan juga), tapi karena kami berdua nggak punya uang, saya lantas melipir ke subunit 2 untuk berhutang pada Chusna dan dikasih lima puluh ribu rupiah. Setelah itu langsung tancap gas menuju Panca Agung, petang-petang menjelang magrib sambil beryes-yes ria karena bisa pergi jauh meskipun cuma ke desa sebelah. Bakso di tempat ini enak, porsinya besar, jual es cokelat juga, ya standar lah seperti bakso-bakso pada umumnya. Tapi perasaan yang didapati setelah menyantap satu mangkuk bulatan daging itu adalah perasaan yang menyenangkan sekaligus mengenyangkan. Kami senangnya tiada tanding!


Jalanan menuju Pimping
Beberapa sore sering saya habiskan dengan mengendarai motor menuju Pimping, sebuah desa adat yang dihuni oleh hampir seluruh masyarakat asli Dayak. Kalau sama Sheilla, biasanya kita akan berhenti di warung depan lapangan bola, duduk-duduk sambil merokok dan ngobrol sama pemilik warung. Kalau sama remaja-remaja lokal –Sune, Toha, Latief, biasanya berhenti di Balai Adat lalu cuma muter-muter di sepanjang jalan. Atau kalau sama Rara, ya juga tanpa tujuan, kadang sambil cari toko cat, lalu beli susu, dan sisanya ya cuma let it go doang sambil nyanyi-nyanyi berisik di atas motor. Di jalan raya menuju Pimping ini, suasana yang bisa kamu hayati adalah berupa: udara segar yang sayup-sayup diterpa angin, pemandangan hutan di kanan-kiri yang jelas terlihat (ada tanaman lain selain sawit kok), langit biru yang terbentang bersih dan cerah seperti habis dipel, rumah-rumah panggung milik penduduk asli Pimping, serta jalan poros yang meliuk halus dan enak banget buat ngebut sembari mbengak-mbengok. Tapi hati-hati, jangan sampai nabrak anjing, nanti kena denda!


Tribun Lapangan Garuda
Tribun adalah tempat paling aman untuk menangis dan merokok, sekaligus the warmest place ever se-jagat Kalimantan Raya. Di lapangan bola yang penuh oleh rumput liar itu, ada sebuah tribun penonton yang diletakkan di pinggir lapangan. Warnanya hijau dan undak-undakannya ada tiga. Tribun paling asik kalau ditongkrongi selepas magrib sampai malam jadi larut, sampai udara jadi dingin tapi nggak bikin menggigil, sampai langit jadi meriah karena ditumpahi bintang, sampai kamu nggak perlu mencemaskan hal lain karena di tribun semua keresahanmu akan lenyap dan menguap. Gila nggak sih, padahal cuma tempat duduk penonton doang, tapi bisa bikin saya bicara banyak begini. Kalau lagi senang, larinya ke tribun, terus rebahan di undakan paling atas sambil nontonin langit dan main sambung puisi sama anak-anak lain. Kalau lagi bingung karena nggak nemu ide buat ngonsep acara pesta rakyat, larinya ke tribun, terus duduk-duduk aja sambil bengong dan telpon orang-orang di Jogja. Kalau lagi capek seharian habis ngurusin lomba 17an, larinya ke tribun, terus tiduran sambil liatin anak-anak lain bersih-bersih lapangan, sambil sambat "kakiku rasanya kayak copot". Kalau lagi pusing, larinya ke tribun, terus ngobrol sama Sheila sampe tau-tau udah ngerokok aja. Kalau lagi kacau dan nggak punya tempat buat nangis, larinya ke tribun, terus duduk gelap-gelapan di bawah tiang bendera sambil misek-misek, padahal ada banyak anak lagi berburu foto bintang di tribun, tapi karena gelap jadi nobody's care gitu loh. Bikin lega banget lah tribun lapangan itu. Kunjungan terakhir saya di tribun ya pas malam pesta rakyat berakhir, saat itu rasanya lepasssssssss banget, terus habis dangdutan - joget-joget - foto bareng, saya langsung lari ke tribun, rebahan di undakan paling bawah, selimutan pakai jaket sambil batuk-batuk karena lagi radang tenggorokan, terus tiba-tiba tidur sekitar satu jam. Sampai tau-tau saya kebangun karena dikelilingi anak-anak yang berisik di tribun. Habis itu saya terjaga di lapangan sampai pagi, nemenin cowok-cowok beres-beres panggung dan ngangkut sound system (nemenin doang, nggak sanggup bantuin soalnya nggak punya tenaga lagi), sampai kemudian saya disuruh pulang biar bisa tidur. Lalu sekitar jam 3 pagi, barulah saya diantar Bang Jali naik motor kesayangan subunit 1, sambil kedinginan dan menyadari ternyata udara malam Kalimantan bisa bikin menggigil juga.


Pelabuhan Tanjung Selor
Pelabuhan ini jadi tempat terakhir saya meninggalkan jejak di Kalimantan, sebelum kemudian saya berlayar ke Tarakan untuk naik pesawat. Di hari terakhir sebelum kami diberangkatkan menggunakan speed, saya dan Rara sempat duduk-duduk di pinggir geladak. Bengong, nggak ngapa-ngapain, dan cuma melihat lalu lalang kapal. Kalau ditimbang, rasanya berat banget waktu itu. Kayak ditinggal orang mati, padahal Kalimantan akan terus hidup dan merekah, pun dengan orang-orang yang bernaung di sana, kehidupan bakal terus jalan dan berputar. Nggak ada hal yang beda, kecuali kami hilang dari dataran itu, sambil menyisakan perasaan-perasaan aneh terhadap tempat dan orang-orang di Kalimantan. Kalau dibilang sedih, ya sedih banget, bagi saya dua bulan itu bukan waktu yang sebentar untuk memaknai begitu banyak hal. Tapi kalau dibilang senang, ya senang banget, gila apa, Kalimantan adalah bentuk berkat dan kebaikan yang melimpah. Kapan lagi saya bisa belajar, menempa diri, berproses, dan mengenali banyak sekali hal (peristiwa, orang-orang, perasaan) kalau bukan karena Kalimantan? Yang jelas, ingatan-ingatan kolektif ini akan terus saya pupuk dan rawat, soalnya mengingat itu adalah hal mewah dalam hidup. Apa ya? Biar kita nggak lupa dengan diri kita sendiri, itu saja sih.


LALU tibalah saya pada seri terakhir tulisan ini, pada bagian di mana saya akan bilang terima kasih dan maaf pada teman-teman satu persatu. Tadinya saya mau skip saja, soalnya saya rasa ini hal yang sangat personal, tapi karena dari awal saya sudah cerita dan membeberkan banyak hal, maka nggak masalah deh kalau kemudian saya menuliskan ini semua, murni karena saya pingin bilang terima kasih dan maaf, sekaligus apresiasi saya setulus-tulusnya pada teman-teman semua. Perkara ada yang baca atau enggak, ya bodo amatlah.

Untuk Reza kormanit, yang disebelin banyak anak tapi I do believe kalau kamu sudah cukup stress dan pusing mengurus banyak hal, terimakasih sudah bekerja keras dan maaf kalau selama ini tim kita pernah merepotkanmu. Untuk Esa kormasit, yang nggak suka dengan hal-hal semacam bangun siang, keluyuran sampai pagi, atau bonceng tiga, terimakasih sudah mau kami panggil Papa ('kami' merujuk pada anak-anakmu di subunit satu) dan jadi sosok yang melindungi, maaf untuk tingkah laku kami yang seringkali ngawur. Untuk Zufar si kormater yang hobi belajar dan sangat well-prepared akan banyak hal, terimakasih sudah memperhatikan program-program soshum dan jadi kepala kluster yang baik, maaf kalau dalam beberapa kali merealisasikan program, kamu mendapati kalau aku banyak sekali punya kendala dan kena masalah, sorry ya.

Untuk teman-teman subunit 1 yang karakternya warna-warni: Bang Jali yang pendiam tapi enak kalau diajak ngobrol dan jago masak, terimakasih ya Bang sudah mau anterin pulang jam 3 pagi selesai acara pesta rakyat, maaf suka nggak bantuin masak kalau dapet jatah piket. Teti yang suka tiba-tiba joget dan panik at the same time, aku banyak belajar cara kamu manajemen waktu lho! Maaf ya Butet kalau pernah bikin kamu cemberut. Intan yang atletis dan paling rajin bangun pagi, aku kagum banget sama sikap sabarmu menghadapi kita-kita yang pemalas, maaf ya kalau suka serampangan dan nggak sopan selama kita tinggal bareng. Juga untuk Rara yang dikit-dikit nyanyi dan bisa killed her boredom dengan hal-hal menyenangkan, (gua akan ganti gaya bicara dan menulis panjang ya) Ra, kalau gua udah sama lu, gua jadi auto-tidak bersedih gitu, soalnya pembawaan lu menyenangkan. Elu sangat enerjik dan kayak punya warna sendiri yang memancar. Meski perkenalan kita terjadi secara struktural (karena ada KKN), tapi gua sama sekali nggak ngarep dan membayangkan kalau kita bakal deket begini. Jujur aja, kesan pertama gua pada elu adalah; jutek amat ini orang, jadi gua nggak membuat ekspektasi apapun. Trus, setelah kenal cukup lama, gua melihat bagian diri gua ternyata ada di dalam diri lu juga, dan dalam beberapa hal, kita punya kesukaan dan ketidaksukaan yang sama. Gua juga jadi punya temen nyanyi lagu band-band alternatif, karena selera musik kita lumayan mirip, seru banget. Terimakasih ya karena telah jadi partner gua melakukan segala bentuk perbuatan waton di Kalimantan; kelayapan, pulang malem, ngabisin rokoknya Sheila, bangun siang, gonjrang-ganjreng gitar, bikin kormasit dan kormanit marah, bonceng tiga, mengulangi kesalahan, menyalahkan diri sendiri, dan bikin tebak-tebakan di mana cuma gua dan elu doang yang tau jawabannya. Aneh banget sih pertemanan ini. Jangan ada lagi koe lungo pas aku sayang-sayange ya. Semoga konten jokes kita juga semakin kaya dan beragam.

Untuk teman-teman soshum yang sering banget rapat karena kormater kita emang rajin: Agus yang nyebelin tapi paling pinter ngomong dan berdiplomasi, terimakasih ya Gus sudah backup banyak di pesta rakyat, maaf ya kalau pernah bikin kecewa. Isna yang melankolis tapi punya keberanian yang meletup-letup, terimakasih sudah menemaniku nangis di teras rumahmu dan jadi teman yang selalu menguatkan, maaf banget ya kalau pernah bikin kamu sakit hati, aku tau kok pasti pernah hehe. Nabila yang sense of art-nya paling ku kagumi, tulisannya bagus, dan pintar bikin puisi, terimakasih udah bantu acara dengan pertunjukan wayangmu yang keren itu, maaf ya Bil kalau pernah nggak bantuin kamu pas program. Emre, yang juga mengingatkanku pada Thovan, terimakasih ya Mre sudah bekerja keras dan membantu lomba futsal dengan jadi wasit, maaf kalau di beberapa kegiatanmu aku jarang terlibat dalam prosesnya. Juga untuk Chusna, yang bosok tapi jadi peganganku paling kenceng di Kalimantan, 2018 jadi tahun kedekatan kita karena aku dan Chusna satu kelompok KKN. Nggak tau gimana, tapi selama di sana, aku banyak deep convo sama Chusna, terutama soal hal-hal yang terjadi pada kami di Kalimantan. Chusna baik banget meskipun dia suka marah-marah, dia banyak backup aku dan jadi sandaranku ketika aku bener-bener nggak tau lagi harus ke mana. Kita juga jadi saling pegangan satu sama lain, kenceng banget, takut-takut kalau kita jatuh dan berdarah meski pada akhirnya kita jatuh beneran. Cuma sama Chusna, aku berani bilang ‘pingin nangis’ atau ‘dadaku sesek nih’ tanpa harus takut ditanya kenapa. Cuma sama Chusna, aku nggak ragu buat membeberkan semua hal yang bikin resah dan cemas. Cuma sama Chusna, aku bisa ngobrol sampai mataku terasa merah dan berat. Chussssss, pokonya thanks a lot telah membersamaiku selama ini, terutama di masa-masa kritis selama KKN. Aku berdoa banyak untuk proses pemulihanmu, semoga tahun ini kita jadi kuat dan sehat selalu ya, semoga tahun ini kita sudah nggak kenapa-napa lagi, semoga kita memang beneran jadi sembuh. Tolong maafin kalau aku pernah bikin kamu sedih.

Untuk teman-teman acara pesta rakyat yang mau ku repoti mengurus ini-itu: Amri yang keren dan tipe teman yang rame, terimakasih ya sudah bantu jadi PJ lomba futsal, pokoknya tanpamu futsal nggak akan semeriah kemarin lah, maaf ya Mri kalau kerjaanmu jadi repot dan banyak begitu. Yoga yang serampangan tapi selalu tampil ceria dan menyenangkan, terimakasih banget Yog sudah bantu banyak di pesta rakyat, terutama jadi PJ jalan sehat, maaf ya kalau rentetan tanggung jawab itu pernah bikin kamu pusing dan capek. Mbak Vina yang baik hati dan murah sekali senyum, terimakasih ya Mbak sudah mau ku mintain jadi MC di berbagai acara dengan senang hati, maaf kalau pernah bikin tersiksa dan kesal akan ini-itu. Juga untuk Mbak Nur, (gua akan ganti gaya bicara lagi ya) gua kadang sebel gitu kalau elu tiba-tiba dateng sambil bilang; mim pingin nangis, mim gue lagi sedih nih, mim gue lagi galau nih, karena gue nggak suka gitu kalau seorang Nur Hasanah yang hobi banget ketawa dan goblok-goblokin diri sendiri tiba-tiba berubah jadi menye dan menyedihkan gitu. Jujur dari awal kita kenal, gua sebenarnya udah punya firasat kalau kayaknya kita bakal jadi temen deket, soalnya gua merasa ada banyak bagian dalam diri elu yang juga seperti bagian di diri gua (gak kayak first impression gua terhadap Rara), dan karakter kita lumayan-lumayan mirip, bedanya mungkin gua sedikit agak tertutup  ya. Terimakasih pokoknya sudah backup Mima dan jadi sandaran gua kalau capek, lu orang yang paling tahu banget lah ketika gua suka nangis-nangis nggak jelas dan jadi lebay sama perasaan sendiri, yang paling tahu titik lemah dan hancurnya gua kala itu. Inget gak elu pernah ngechat gua, lu nangis habis sholat gara-gara sedih liat gua tertekan, terus gua bilang sama elu ‘jangan sedih-sedih bah kak, ayo kita selesain ini dulu, biar bisa lepas, biar ga sesek lagi di dada, biar lega’? Itu asal elu tau aja ya, gua ngetiknya sambil gemeteran karena panik dan pusing rundown acara diacak-acak sama orang sana, hahaha. Tahun ini semoga banyak hal baik yang melimpah terjadi pada kita ya!

Untuk teman-teman yang lain: Mbak Masyi yang lucu dan menggemaskan, terimakasih ya sudah jadi teman yang baik dan suka mengingatkan pada hal-hal yang seharusnya, maaf kalau suka ngutang pulsa terus bayarnya lama huhu. Farah yang jadi idola tapi memang karena kamu baik dan menawan, terimakasih Far sudah bangunin dengan lemah lembut buat sholat shubuh, maaf ya kalau suka becanda nggak bener wkwkwk. Wawa si teknisi handal yang serbabisa, terimakasih ya Wawa sudah membantuku banyak hal, terutama di beberapa program yang memang butuh keahlianmu, maaf kalau pernah bikin marah ataupun kesel. Puput yang polos dan suka bikin terheran-heran, terimakasih Put untuk segala jasa (materi, sarana, perlengkapan) yang menunjang kebutuhan hidup kami semua di tanah Borneo, salam buat Pak Panji Agung ya Put, maaf kalau aku suka banget nggodain kamu, habisnya kamu polos sih!

Mas Aziz yang suka komentarin jidatku, terimakasih ya sudah pernah bilang kalau aku ini tipikal anak ceria yang bisa menghidupkan suasana hahaha belum tau aja dia, maaf ya Mas kalau pernah bikin marah. Fauzi yang agak pendiam tapi pintar mengaji, terimakasih sudah bantu ngurus keuangan tim kita dengan amat baik dan jujur, pasti pusing ya, maaf juga ya kalau suka goda-godain kamu, habisnya alim banget sih. Rheza WEB yang ekspresi mukanya selalu lempeng tapi diem-diem suka banget jail, terimakasih banget ya sudah bantu urus dokumentasi dan publikasi selama program, maaf banget pasti aku banyak ngerepotin dan nyuruh-nyuruh kamu bikin ini-itu. Moyo yang aku kira tipikal cewek yang straight tapi ternyata salah total, terimakasih sudah jadi teman yang seru dan selalu siap diajak main, maaf ya Jah aku pernah ikut nangis pas kamu nangis di dalam forum wkwkwkwk aku aja enggak paham. Tata perempuan paling lemah lembut dan penyabar, sekaligus cekatan dalam banyak hal, bakwan jagungmu enak banget Ta! Terimakasih ya sudah mau bantuin Mima bikin penilaian buat lomba kebersihan lingkungan, maaf kalau karenanya kamu jadi repot dan nambah-nambahin pekerjaan kamu.

Try Hart, orang kedua yang juga suka komentarin jidatku, terimakasih ya Try, saya tahu loh diam-diam kamu kadang memperhatikan dan mau peduli untuk hal-hal yang sering orang nggak aware, maaf kalau suara ketawaku keras banget sampe-sampe kamu sering melototin aku. Bote, teman paling seru dan berisik sekaligus partner paling sigap kalau diajak nongkrong di Joice, terimakasih ya sudah bikinin cilok, yang sambelnya langsung bikin diare, maaf juga ya kalau suka ngata-ngatain kamu dan bikin repot banyak hal, tapi kayaknya enggak pernah sih wleee. Dan terakhir untuk Sheilla (gua akan berganti gaya bicara dan menulis panjang lebar lagi ya): Sheil, pas jam tiga pagi lu minta gua nemenin lu minum dan setelahnya lu nangis-nangis, gua jadi bisa melihat sisi lu yang lain, yang hampir nggak pernah lu tunjukin pada orang-orang, yang bikin gua meluruh dan salut sama elu. Gila, cewek se-Kalimantan yang paling jago dan berani, yang tomboy abis, yang suaranya selalu terdengar lantang, yang seolah-olah nggak pernah merasa takut terhadap apapun, ternyata punya sisi lembut dan ringkih juga, bahwa elu juga punya masa-masa di mana beban lu udah cukup menumpuk dan bisa pecah kapanpun, masa di mana elu sudah kesulitan menahan segala yang berat dan yang bisa lu lakuin cuma nangis. Enggak papa Shel, nangis o, aku ono ning sampingmu selalu, bagi gua lu adalah orang terkeren se-Kalimantan, lu sudah bertahan dan berjuang dengan baik. Panggil gua selalu ya in case lu butuh seseorang untuk menemani lu. Terimakasih ya Sheil sudah jadi temen paling gokil. Tolong jangan berubah, gua suka banget sama gaya lu, sama cara lu ngata-ngatain gua, sama cara lu memaki semua hal, sama cara lu bilang goblok dan bangsat keras-keras. Maaf juga ya kalau pernah bikin lu kesel, ya ini pasti sering sih. Pergi lu jauh-jauh banget, asal inget jalan pulang mah gapapa deh. Tahun ini semoga kita dipertemukan dengan banyak keajaiban-keajaiban ya, terutama untuk kisah romansa lu yang itu, ampun lah nekat banget sih lu tong.


the hardest, but best thing in life

pelangi pertama di Kalimantan, difoto pas lagi sedih

Gengnya Mima


Akhirnya, saya akan bilang ini:
Terimakasih sekali kita pernah bersama-sama jadi seterpuruk dan sebahagia itu. Di Kalimantan dan setelah Kalimantan, semoga kita semua bisa terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Semoga kita semua bisa selalu mekar dan merekah dalam berbagai peristiwa. Untuk itu, sampai jumpa dan selamat bertemu di kesempatan yang lain!

You May Also Like

0 Comments