Jumat, Desember 30, 2016

kaleidoskop 2016

Januari:
Membuat sebuah video dokumenter soal Bonbin (kantin soshum paling tenar) yang lagi pelik konflik relokasi, lalu mulai ngetake hal-hal aneh yang terjadi, mewawancarai orang-orang keren, ngedit sampai mabok, dan akhirnya meluncur ke sebuah layar pemutaran pada saat malam panggung seni dan dilihat banyak orang heheeee...

Penelitian lapangan dua minggu di Kecamatan Petungkriyono. Tinggal di rumah Pak Bau (sebutan untuk kepala desa) dusun Rowo bernama Pak Surip dan kakeknya bernama Pak Kardi yang ramah dan bekerja sebagai pandai besi, kadang bertani, berkebun, atau berternak sapi di sela-sela waktunya. Menaiki doplak (angkutan lokal sejenis pick-up) berjubel-jubel dengan kecepatan di luar batas wajar melewati jalan kelak-kelok, menjadi orang Pekalongan dan bercakap dengan dialek ngapak yang khas, berpakaian serba tebal karena udara dingin pegunungan, teman-teman kecil yang menyambut dari bawah dusun Kambangan untuk mengajak ke kali, menyusuri curug-curug dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter, kesusahan mendapat sinyal selular, mengonsumsi sayur dan kopi setiap hari, menghangatkan diri di depan pawon (perapian) sambil berkelakar dengan penduduk lokal sampai tengah malam, mengikuti pengajian barzanzi, berkunjung ke situs-situs sejarah, mewawancarai informan dan diwanti-wanti hal yang aneh, berbicara serius soal mitos, dihardik soal ‘larangan’ di tempat-tempat tertentu, bakar-bakaran ranting pohon di gubuk tengah sawah ketika hujan deras, mensurvei data ternak sapi pada tiap-tiap rumah, ke hutan pinus, ke dataran rumput-rumput gajah, ke kebun-kebun sayur, membuat kopi dari biji buahnya, menyentuh air sedingin-dinginnya rasa dingin, dan masih banyakkkkkkkkkkk lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.

Setelah jadi warlok (warga lokal) di Pekalongan dan pulang ke Yogyakarta selama semalam, paginya langsung terbang ke Purwokerto untuk berkunjung ke acara KUALISM. Bertemu teman-teman SMA yang lama berpisah, buat atribut-atribut aneh untuk ditempel di dalam kelas, dikunjungi banyak adik-adik kelas yang bertanya-tanya soal antropologi, ngomong saru, nggosipi wong, gumun lihat teman yang baru kelihatan, foto-foto, makan di kantin, dan masih banyakkkkkkkkkkkkkkk lagiiiiiiiiiiiiiiiii.

Februari:
Bantu pentas besarnya Teater Gadjah Mada, “Masihkah ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?” 11-12 Februari di PKKH UGM. Gila, konsep pertunjukan yang sebelumnya nggak pernah terbayang bisa seaneh (sekaligus) sekeren itu. Poster teaternya sempet didemo orang-orang konservatif yang nggak paham konteks dan esensi. Naskah ceritanya lucu, bikin senyam-senyum. Bahagianya lahir batin.

Maret:
Bantu pentas besarnya Forum Aktor Yogyakarta dan Teater Amarta, “Bertiga Bukan Dara; Menghias Kenyataan Hidup” di IFI-LIP Yogyakarta. Isunya sentimentil banget, soal perempuan, ketubuhan, dan hal-hal yang melekat di antaranya. Pertama kali mengenal FAY dan hm... keren juga nih kelompok teater!

Jadi Koor PDD di acara Grand Launching LEM FIB, bikin video profil cabinet meski ya gitu deh…

Ke acara Tawur Agung di Prambanan sama teman-teman Antropologi 2015. Bikin laporan riset soal tradisi dan ritual orang-orang Hindu. Waktu itu aku bahas soal kitab Bhagavadgita dan mengkait-kaitkannya dengan peran perempuan dalam agama.

Terakhir kali makan di Olive sama Nina. Karena setelah ini dia menghilang! :"(

Pertama kali ketemu Tian setelah berbulan-bulan jauh dan cuma ngobrol di perangkat seluler. terus dikasih buku pejalan anarki hehehe makasih!

April:
Workshop Saskine pertama kali, ngomongin film sama Mas Pria, yang berhari-hari setelahnya baru aku tau kalau beliau ternyata satu tim sama Wregas dan Ersya dalam produksi fim Prenjak, film kontroversyaaal hahaha.

Mei:
Studi Pentas Teater Gadjah Mada, naskah dengan judul “Ndog” adaptasi dari Putu Wijaya, jadi artistikkkkkk dan ini adalah pentas teater pertamakuuuuuu!

Jadi PDD di acara Talkshow Pendidikan di kampus, bikin video teaser beberapa menit. Aku bosen sama garapan media ini. Laptopku udah nggak kuat buat nge-render video...

Juni:
Puasa pertama kali di Jogja.

Datang ke ArtJog setelah tahun kemarin enggak datang.

Ke Candi Mendhut sama Bapak, terus cabut ke rumah lewat jalur Magelang.

Juli:
LIBURAN DAN LEBARAN DI RUMAH ALHAMDULILEEE~

Tanggal 19-nya balik ke Jogja buat persiapan acara ospek fakultas; jadi PDD, bikin video teaser, ngetake hal-hal aneh di kampus, editing sampai mabok, meluncur ke akun Youtube, huh bosen...

Agustus:
Nge-PDD di acara PPSMB FIB UGM 2016 ‘KAMPUNG BUDAYA’ selama dua hari, pestaaaaaaaaaaaaaaa! Masih bosen tapi karena seru jadi nggak berasa.

Jadi penanggung jawab Teater Gadjah Mada di acara Gelanggang Expo, bersanding dengan halogen lampu warna-warni, dangdutan sampai tengah malam, sebat tipis-tipis sambil dini harinya menonton orang mabuk bermonolog, teman-teman teaterku sakit otak semua. Tapi aku seneng lhooo...

17 Agustusan di kebun binatang Gembira Loka, aku pakai outfit kerudung merah dan baju putih, ngajak Rani buat ikutan make outfit merah-putih tapi dia ENGGAK MAU huh dasar jengkol!

September:
ULANGTAHUN MAMA DAN LAGI DI RUMAH ALHAMDULILEEE~

Makrab pertama kali sama teman-teman Save Street Child Jogja di Desa Turi jauuuuuuuuuuuh dari kota Jogja. Baru kali ini ngerasain beneran ada orang-orang baik yang mau naruh perhatian dan pedulinya buat isu-isu marjinal kayak anak jalanan. Salut!

Oktober:
Ngajar pertama kali di Tegalmojo sama teman-teman kecilku yang baik hati. Terlibat di program komunitas anak jalanan yang sebelumnya aku sebut itu.

Inisiasi Antropologi di kaliurang atas selama 3 hari, ulangtahunan di sana, dipaksa makan brotowali padahal udah pernah tahun lalu, tapi sebelumnya melihat orang kesurupan, menyaksikan tragedi-tragedi aneh penuh drama, berdiam di depan api unggun, menyusuri hutan, semak-semak, lari-larian, teriak-teriak, panas, njuk gelut, tinju, getih, pusing, pingsan, pengen nangis tapi bohong, ya begitu deh…

MENDAPAT HADIAH PALING OKE DARI BAPAK KARENA TELAH MENJADI 19 TAHUN, itu adalah… rahasia dong!

Ngurus porsenigama cabang monolog sama teman-teman teaterku yang otaknya masih sakit. Hari-hariku selamanya di gelanggang mahasiwa.

November:
Ngecamp di Sundak, Gunungkidul, dengan perempuan-perempuan tahan banting, aku pernah cerita panjang soal ini, scroll blogku aja!

Jadi PDD di acara Inaugurasi FIB, bikin video teaser lagi, ngetake hal-hal aneh di kampus, ngedit sampai mabok, dan meluncur ke akun Youtube dengan terseok-terseok dan berlinangan air mata. Aku pingin pensiun bikin video.

Makrab Teater Gadjah Mada di kaliurang enggak atas-atas banget, terus lanjut Pre-view pementasan teater “Kemalingan”, aku jadi artistik lagiiiiiiiiiiiiiiiii dan ini adalah pentas keduaku! Doakan ya semoga berhasil, februari bulan depan terjun langsung di sebuah panggung, info lebih lanjut akan aku kabari!

Desember:
Pementasan Wayang Antro di kampus, jadi artistik lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Pertama kali ngurusin pertunjukan wayang, karena sebelumnya enggak pernah. Jadi deg-degan, tapi excited.

LAGI BANYAK-BANYAKNYA FILM FESTIVAL: JAFF, FFD, setiap hari dijabanin untuk screening film!

Kabur ke Semarang untuk mencari diriku yang hilang…

2016 habis, ditutup dengan bakar-bakaran ayam bareng teman-teman SMA dan mengakhiri dengan banyak penyesalan serta kecewa yang menyayat, tapi kemudian aku siram langsung dengan doa-doa baikkkkkkkkkkkkkkkkkk!


Tara! Terima kasih 2016 hebatku! kita ketemu di tahun depan! Bismillah tahun depan tajir melintir!

Rabu, Desember 28, 2016

sebuah upaya pelarian diri

setelah seharian dari pagi sampai malam berkutat di hall teater gelanggang yang kabarnya akan digusur (sumpah sedihnya enggak ketolong, bangunan sakral tempat sehari-hari anak-anak teater bermukim akan dilenyapkan...), esok paginya tanggal 20 desember aku memutuskan untuk minggat ke suatu kota yang jauh dari Depok Slemanku berada, suatu kota di utara pulau Jawa dan sebelahan sama laut Jawa, suatu kota yang asing dan nggak pernah kuinjak lagi setelah berbelas-belas tahun lamanya...

ke Semarang doang padahal. hahahaha.

ini adalah bentuk pelarian diri yang paling dinanti setata-surya! kadang-kadang aku merasa sangat butuh tempat lain selain tanah tempatku kuliah di Jogja dan kampung tempatku pulang di Purwokerto untuk bernapas, aku tuh perlu udara tempat lain untuk membuat waras dan kepalaku dingin, meski Kaliurang atau Gunungkidul sudah berhasil banget jadi penawar sih... terus kan masa aktifku di Jogja sudah ku baptiskan berakhir di pertengahan desember —serentak dengan jadwal ujianku yang kelar dan rapat tetek-bengek lain yang ikutan tamat. dan ketika jatahku di Jogja habis, coba tebak aku akan ke mana? jelasnya ya pulang ke kampung, tapi aku nggak mauuuu. maka dari itu kemudian aku melacur (melayang-layang dan meluncur) di Semarang. kenapa Semarang? kenapa enggak Bukittinggi? Manado? Timika? Pulau Alor? ya jawabannya ada di duit sih, lagian Semarang dekat banget, perjalanan berkisar antara tiga sampai empat jam, dan di sana banyak teman-teman SMA yang bisa ditebengi kos-kosannya untuk tidur (melarikan diri modal hemat).

di Semarang, aku diadopsi oleh seorang teman berpipi besar dari jurusan kesehatan masyarakat bernama Virgi! perempuan itu mengijinkanku untuk tidur di kasur kosnya dan ndompleng bersama motor mio dan helmnya untuk pergi ke tempat-tempat yang nantinya bakal aku kunjungi. untungnya, teman-teman Undip sudah selesai ujian semua, jadi waktu hidupnya Virgi enggak begitu terganggu-terganggu banget dengan kehadiran seorang Hamima yang jatuh tersungkur dari bulan ini, hahaha.

menginjakkan kaki di Semarang, rasanya gimana ya... kaya aneh aja sih soalnya aku benar-benar hidup dengan membawa diriku sendiri dan enggak kenal sama orang-orang yang berada di sekeliling aku. Semarang just same like other places; panas, lalu lintas semrawut, orang-orang berteriak aneh-aneh (posisiku waktu itu di terminal Sukun), pohon-pohon sedikit, dan udara kota masih campur polusi mesin kendaraan berknalpot. ibukota Jateng ini sungguh berisik, tapi di saat yang bersamaan aku merasa begitu akrab dengan kehiruk-pikukannya.

lalu aku dibawa Virgi menuju kosnya yang dekat dengan kampus Undip. perasaanku beda lagi mendadak; aneh, adem, bisa lihat Undip, lihat anak-anak yang kuliah di sana, lihat tempat fotokopian, printer, laundri, burjo, warteg, kopisap-kopisop, swalayan, berkerumun di wilayah kampus. emang norak kan aku aja enggak paham dengan diriku sendiri, semuanya bermodal 'udara Semarang enak juga ternyata kalau dipikir-pikir'.

di Semarang aku cuma hidup selama tiga hari. list tempat yang ingin aku kunjungi sudah kubuat sungguh-sungguh di dalam sketch book (buku gambar yang alih fungsi menjadi buku agenda) di antaranya adalah; pasar-pasar tradisional seperti prembaen, johar, suryokusumo, tambak lorok, bangetayu, randu sari, peterongan, gang baru, karang kembang, dargo (banyak ya!), taman djamoe indonesia, museum jamu nyonya meneer, kota lama, tekodeko koffiehuis (nama cafe), kampung jamu semarang, masjid agung jawa tengah (ingin sholat di sana dan lihat matahari terbenam di menaranya), pagoda buddhagaya watugong, klenteng-klenteng ibadahnya orang Semarang kaya sam poo kong atau tay kak sie, museum ronggowarsito, komplek pecinan, museum muri, semarang art gallery, bahkan ingin juga numpang lewat ke sunan kuning... salah satu lokalisasi di Semarang.

tapi teman-teman.......... aku sedikit sedih karena realitanya aku dan Virgi hanya jalan-jalan di sekitar kota (melihat tugu muda, lawang sewu, mall-mall, yang mana kita harus 'turun' dari wilayah atas dan menempuh sekitar 20 menit perjalanan, ibaratnya Undip ada di atas sedangkan pusat kota peradaban ada di bawah), ke pasar gang baru (melihat ekonomi pasar pada pagi hari, beli bubur sum-sum, liat pertokoan orang cina; melihat babi-babi tergolek tak berdaya dan macam-macam peralatan sembayang), menyusuri komplek pecinan (TAPI AKU SEDIH DI SINI KARENA ENGGAK BISA KE PASAR SEMAWIS! DI SANA JUALAN MAKANAN-MAKANAN PECINAN TAPI KATA VIRGI PASARNYA CUMA BUKA PAS WEEK END DOANG SEDANGKAN INI hari rabu, jadi ya sudah deh aku cuma bisa menangis dalam hati), terus kita ke kota lama (biasa, harus menunaikan ibadah wisata sajyaratun) mampir ke pasar klitikan barang seni yang dihelat oleh paguyuban Padang Rani (pedagang barang seni) dan mendapati barang-barang aneh super lawas yang dijual, nemu lukisan yang dikasih harga jutaan rupiah, beli es teh sambil jalan kaki melihat-lihat sekitar, foto-foto, duduk di depan warung orang sambil bengong ngeliatin jalanan, mampir ke semarang art gallery dengan harga tiket ceban dan cari angin di dalam, ke pagoda buddhagaya malam-malam dan mengendus-ngendus di depan dupa (ingin beli dupanya tapi duitku jatahnya untuk makan), ngefoto bapak dan ibu yang sedang ibadah, ke kedai kopi hitssss di Semarang, having a lunch di Toko OEN yang atmosfirnya kolonial abis (lihat sejarahnya di http://tokooen.com/en/history_of_toko_oen) dan super mehong tapi aku cuma pesan cappucino late panas dan roti isi keju di sana hahahaha. aku juga main sama teman-teman SMA yang kuliah di Undip (they were so friendly! thanks aniwei!), dan jadi sedikit hapal jalan-jalan kecil di sekitar kos Virgi karena sering banget sebentar-sebentar keluar buat cari makan di warteg. kamis sorenya pukul lima, aku kemudian berpulang ke Purwokerto karena orang rumah sudah edan marah-marahnya nyuruh pulang padahal baru tiga hari aku minggat, tapi juga karena duit sudah makin tipis dan enggak enak mengganggu kehidupan Virgi terus, aku beneran pulang sore itu, naik Kamandaka dan menghabiskan uang sembilan puluh ribuku yang berharga. 

thankssss maksimal untuk Virgi jagoanku yang telah berkorban seluruh jiwa raganya untuk membantuku memenuhi nutrisi rohani dengan melalang-buana di kota Semarang. mudah-mudahan Tuhan selalu banjiri kebaikan-kebaikan di hidup Virgi! aku kenyang secara jiwaaaa!

oh ya, dalam perjalanan menuju rumah, aku cuma menghabiskan waktu di kereta dengan melamun,


untung tidak ada bumbu-bumbu air mata.

Kamis, Desember 22, 2016

menghabiskan jatah desember di jogja

adalah dengan mengerjakan banyak paper penelitian maupun review jurnal dalam rangka hari besar ujian akhir semester.

 ibadah rohani seperti mengunjungi pameran seni atau festival masih tetap berlangsung tapi mendadak harus tertelan bulad-bulad karena tiga mata kuliah terakhir; Etnofotografi, Etnografi NTT, dan Antropologi HIV/Aids membuatnya tidak tidur berhari-hari dan kering kerontang akibat terlalu banyak konsumsi kopi. matanya pun sudah seperti spanduk lecek bertuliskan 'rumah dijual' yang dibiarkan kosong oleh penghuninya selama satu dasawarsa, setiap malam menajamkan pandangan di depan layar inchi dan membual entah di atas papan ketik demi melahirkan berlembar-lembar paper siap tumpuk. baru selesai menjelang subuh, kedinginan tapi kepala pusing, mengantuk berat di sela-sela merapikan margin dan page layout, baru tidur antara pukul enam sampai tujuh, kemudian lapar, dan pukul sembilannya harus cabut ke kampus untuk menyerahkan hasil kerja keras satu malam suntuk.

hamima adalah seorang dateliner kelas kakap dan dia tidak pernah tahu bagaimana cara mengatasi hal tsb, satu-satunya yang dia paham adalah bagaimana satu-dua cangkir kopi hitam yang mengepul panas bisa membantunya merapikan pekerjaan, and she did well. she did fucking well. jancok.

jatahnya di jogja juga mulai mendekati masa tenggang. setelah ujiannya selesai pada jumat pagi, sorenya dia harus menuntaskan pekerjaan yang lain: nukang di pementasan jurusan bernama Wayang Antro, merekatkan diri dengan cat tembok dan gabus mudah tertiup. lalu malamnya sekitar pukul sepuluh meluncur ke Jalan Turi untuk menghadiri rapat besar teman-teman teater dan melekkkkkkk sampai subuh, sampai pukul tujuh pagi, sampai kerongkongan mau muntah karena segala-galanya harus sampai pagi. terus setelah itu dia kemudian pulang ke kos dan tidur sampai sore. sungguh, tidur adalah cita-cita luhurnya yang ingin sekali dia capai, badannya tidak sekuat pekerja lemburan yang membaptiskan diri untuk terjaga semalam suntuk sampai pagi, anak perempuan itu kurus dan dia butuh tidur normal supaya bisa tetap waras, tapi tetap saja; dia masih punya pekerjaan lain dan urusan tidurnya harus terpotong lagi; rapat redaksi suatu jurnal ilmiah kampus, sampai larut malam lagi tapi untung tidak sampai selesai pagi, kabar baik. besoknya anak itu benar-benar mati sehari di dalam kamar kos untuk menyembuhkan diri. bangun malam hari dalam keadaan pusing kepala, lalu mengajak teman untuk nongkrong di kedai kopi dekat stasiun dan mengisi perut yang seharian kosong.

belum selesai, pada pagi harinya dia harus datang rapat produksi teater di gelanggang, lalu ikut latihan tim aktor sampai malam, tapi pamit duluan soalnya beneran enggak tahan dan rasa-rasanya mau muntah. anak itu pulang dan mencari cara untuk pergi dari jogja secepat-cepatnya, tapi karena sudah malam, lapar, mengantuk, kering, mual, demam, dia tidur satu malam lagi di kosnya setelah selesai packing untuk kabur dari jogja keesokan harinya.


pulang karena sudah nyerah

Jumat, Desember 02, 2016

sometimes it just feels really-really wonderful to be alive

    sepulang dari rapat perkumpulan teman-teman berhati baik pegiat anak (di situasi) jalanan, membuka gerbang kos, memasukkan honda beatku ke garasi, masuk kamar dalam keadaan nyeri kepala, dan menjeklek saklar lampu, aku seketika memekik dalam hati:

    "ayo bersih-bersih!"

    lalu berlari ke kamar mandi dan membasuh wajahku dengan air kran yang dingin. let's do the things that must be resolved, soal hal-hal yang masih dihitung hutang, soal to do list yang hanya jadi pajangan, soal komitmenku yang akhirnya terbengkalai, soal kegemaranku yang pelan-pelan terkubur, soal cita-citaku yang mendadak kabur, semua terlihat entah dan berubah sangat maya kalau bisa dibilang. terus kalau sudah begitu, siapa yang akan jamin kehidupanku kalau bukan aku sendiri? jadi lah, aku memang harus memberesi kehidupan seorang h a m i m a yang berantakan dan undirected. kenapa? pernah kah teman-teman pikir kalau sometimes it just feels really-really wonderfull to be alive?

    oke? coba hayati deh. sometimes it just feels really-really wonderfull to be alive.

    aku rasa teman-teman juga harus mulai melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan, kalau bingung akan mulai darimana, mungkin teman-teman bisa mencoba dengan menyeduh teh hijau hangat sambil mematut diri di depan cermin dan bicara sendiri sampai teman-teman lelah, semoga firman-firman alam sekitar bergegas mengendap di sanubari teman-teman semua.

sepedanya keren, gambar ambil di pinterest

Selasa, November 15, 2016

hal-hal yang sepantasnya disyukuri

    jumat sore kemarin setelah mengikuti kelas etnografi nusa tenggara timur di lantai tiga margono, aku beserta teman-teman perempuan yang lain sebanyak 10 orang berkumpul di depan kolam kodok untuk melaksanakan ibadah sakral kami, yakni beach camp, gampangannya sih, bobo di pantai. segala kebutuhan hidup yang mendasar sudah aku kemas dan ringkas sesederhana mungkin hingga aku benar-benar cuma bawa satu ransel yang kugendong dengan bobot yang enggak berat-berat amat. sisanya, sandal 'lapangan' omiles merah hitam, korsa teater sebagai pengganti jaket karena jaket lagi dicuci, kaos tipis bekas kuliah seharian, serta jeans biru prada yang warnanya sudah berubah jadi abu-abu saking kumalnya. betapa sesungguhnya aku sangat senang ketika satu per satu teman-teman mulai terlihat dengan bawaan mereka, memenuhi pedestrian yang dipakai untuk jogging, dan pukul empat lebih sedikit kami memutuskan untuk berangkat melewati jalan imogiri. hehe maaf agak norakkkkk.

    pantai yang akan kami tuju adalah siung di gunungkidul, daerah itu terletak jauuuh dari kecamatan depok sleman tempatku tidur sehari-hari. jaraknya bisa sampai 75-80 kilometeran dengan waktu tempuh dua jam lebih sedikit, cukup untuk membuat tepos dan jari-jari pegalinu mencengkram stang motor, tapi aku sudah lumayan mahir dengan persoalan berkendara hehe, jadi ini aman dan justru akan menambah pengalamanku menghadapi 'ruang transportasi darat'. terus kalau dipikir-pikir, kontur jalan ke south mountain itu sudah oke kok, jalanannya aspal mulus meski berkelak-kelok dengan kemiringan yang curam, hawa daerah sana juga dijamin enak, rimbun hijau-hijauan lebat membuat kita enggak akan capek ketika naik motor, ya sisanya sugesti saja sih kalau memang benar enggak akan capek. :(

    tapi sedih mendadak ketika masih di jalan dan hujan gerimis tiba-tiba turun, langit juga mulai gelap dan harapan kami untuk sampai di tempat sebelum petang meleburrrr bersama rintik-rintik tadi. kami melanjutkan perjalanan lagi dan entah kenapa rasanya kok jadi semakin lama semakin lama semakin lama dan enggak sampai-sampai ya? faktor apa iniii? aku berdoa terus kepada Tuhan semoga kami dilimpahkan perasaan baik selalu sehingga perjalanan ini benar-benar berlalu baik. aku tak henti-hentinya menghirup udara jalanan dan memicingkan mata ke depan sementara hujan makin deras dan langit sudah gelapppp. dadah matahari sore...

    kami terus jalan entah ke mana aku enggak tahu rute, sampai pimpinan rombongan kami mulai sebentar-sebentar berhenti dan bertanya ke warga setempat soal keberadaan siung, beberapa memberi petunjuk sedang sisanya ada juga yang asal mengarah entah, mereka teman-temanku pusing karena sadar kalau kami semua telah t e r s e s a t di malam hari begini ketika hujan deras dan aku tetap mencoba untuk selow, soalnya kalau aku ikut-ikutan pusing, teman-teman tidak tahu kan kemungkinan apa yang mungkin terjadi pada seorang aku yang bisa saja tiba-tiba jatuh dan menjatuhkan diri dengan motorku, atau parahnya menangis tersedu-sedu karena tidak tahu harus bagaimana saking pusingnya. kami lalu lanjut jalan, menuju entah, dan hujan makin turun deras sederas-derasnya sampai air yang turun itu terasa seperti menghujani tangan dan wajahku, selain itu aku juga masih terus berpikiran baik sejak selesai kelas etnografi tadi sampai detik itu. pikiran baik itu yang jadi senjataku untuk tetap oke meski situasinya sudah nggak enak begini. 

    terus kita benar-benar sudah enggak tahu lagi jalan menuju siung itu ke mana, sementara hujan terus turun deras, malam semakin larut, teman-teman mulai kelihatan capek dan perlu kita semua tahu, rombongan kami sebenarnya meninggalkan dua anak perempuan bernama linda dan alidza sejak di jogja tadi, alasan mereka kami tinggalkan karena mereka sedang otak-atik ban motor, sementara hari mulai sore, jadi pilihan untuk berangkat mendahului tanpa mereka kemudian disepakati bersama dengan pertimbangan: linda dan alidza tahu jalan menuju siung dan dua-duanya anak mapala yang nggak akan takut tersesat di jalan, jadi kami sama sekali tak khawatir kalau mereka benar-benar kami tinggal. tapi bodoh ya, kami sendiri yang justru enggak hapal menuju siung dan ketika rute kita berbelok menuju daerah saptosari tempat pantai kukup, slili, sundak, dan pantai-pantai lain berada, linda dan alidza itu tidak bisa dihubungi lantaran susah sinyal. kami lalu singgah sebentar di warung yang menghadap langsung ke arah pantai slili yang malam itu sedang dilanda angin kencang, sehingga kami bisa dengar debur ombak yang seperti marah dihantam angin dan hujan deras, aku enggak tahu kenapa rasa-rasanya takut dengan slili malam itu, hawanya terasa berbeda dan itu membuat aku enggan menoleh ke pantai tersebut. kami beristirahat di warung tadi dan menghangatkan diri dengan memesan kopi, lalu kembali menghubungi linda dan alidza yang mulai detik itu kami ubah statusnya menjadi 'menghilang'.

    telkomsel yang kaya raya, indosat, axis, aplikasi line, whatsapp, sms dan telepon sama sekali tak bisa digunakan untuk mencari tahu kabar dua anak itu. kami mulai resah dan aku cemasnya bukan kepalang. pasalnya ya teman-teman, mereka cuma berdua dan daerah yang sedang kami jejaki ini berbeda dengan depok sleman tempat kami semua hidup dan mencari kehidupan sehari-hari, bagaimana mungkin kami enggak khawatir ketika dua teman itu hilang di antah berantah ini? binguuuuung... kami kebingungan sampai ibu-ibu pemilik warung berkemas karena mau tutupan dan kami diusir dengan halus. betapa sedihnya kami ketika belum menemukan solusi tapi ibu itu malah ingin kami pergi. kami lalu menuju pantai terdekat yang beach-camp-able tak seperti slili tadi dan terus mencoba menghubungi linda alidza. kami akhirnya menuju ke pantai sundak karena sudah tidak tahu lagi harus belok ke mana kalau seandainya menuju ke siung. 

    pukul sebelas malam kurang sedikit ketika hujan sudah berhenti total, kami mendirikan tenda di bibir pantai yang menjorok ke luar dengan halim dan esti sebagai penanggung jawab karena mereka anak pecinta alam dan aku memegangi senter karena aku enggak bisa apa-apa, sedang sisanya memasak mi goreng sembilan bungkus (dua bungkus tersisa milik linda dan alidza) dengan nestingku, kompor lapangan milik agista, dan air mineral satu liter milik ryu. beberapa masih mencoba mengontak teman kami yang hilang itu, tapi semesta tampaknya lagi enggak mau kompromi, pesan-pesan kami kepada mereka terkirim, tapi tetap tak pernah ada balasan, sepertinya cuma mengambang di langit-langit yang mendung. aku merutuki sinyal seluler gunungkidul pelan-pelan sambil berdoa semoga Tuhan selalu jaga linda dan alidza di manapun anak itu berada, entah siung, entah mana.

    selesai menikmati mi bungkus ramai-ramai di pinggir pantai, kami lalu membuat api unggun dengan lagi-lagi halim dan esti sebagai penanggung jawab dan aku yang cuma bisa memegangi senter. api menyala, kami merasakan dingin yang hangat sambil mendengar debur ombak sundak yang ku akui, terdengar tenang. aku melepas korsa teaterku dan menggelarnya di atas pasir sundak untuk ku jadikan alas berbaring. 

    sundak malam itu terasa sepi. mungkin karena mendung, dan terlampau larut sehingga aku seolah merasakan sepi yang amat dalam. tapi teman-teman terus bicara banyak sambil mengelilingi unggun dan aku terselamatkan dari perasaan tadi. aku lalu bangun dan berjalan sambil agak pusing mendekati bibir pantai, diam di sana sebentar dan menunggu ombak lembut menyapu kaki telanjangku.

    suara ombak, halus tapi terdengar jelas. aku terpejam dan merasakan air laut itu menyentuh kulit kaki,

    lalu aku bergidik.

    dingin.

    aku kembali berbaring di atas korsa dan mendengar lagu-lagu folk ringan yang diputar dari musik player di hape sampai mencoba tertidur dengan terpejam selama satu jam. tapi enggak bisa tidur, karena terusik suara debur ombak yang terus-menerus dan terus-menerus, dan aku tiba-tiba takut entah untuk alasan apa dan kenapa, sepertinya cuma gejala pusing saja hehe.

    dini hari sekitar pukul tiga lebih sedikit aku sudah terjaga karena teman-teman mulai berisik berbicara soal langit yang dihampar sesuatu indah; bintang, yang jumlahnya tak kuasa oleh manusia hitung. aku terpana, takjub, dan bersyukur sekali bisa menyaksikan langit sundak dini hari itu. kapan terakhir kali aku lihat bintang? seperti apa itu rasanya? aku merasakan perasaan yang menghangat selagi api unggun masih menyala. linda dan alidza, yang kami tidak tahu keberadaannya, semoga juga turut merasakan apa yang sedang aku dan teman-teman rasakan ketika melihat langit. bahwa sebenarnya, hidup ini sangatlah indah. lalu dengan alasan apa kalian merutuki hal-hal sampai merasa benci? kalian taruh mana kebaikan-kebaikan yang Tuhan beri dan semesta ajarkan?

   lalu kami melihat bintang kejora menjelang matahari terbit. terang dan indah sekaliiiii. rasanya ingin kubingkai dan kubawa pulang ke kos. melihatnya saja sudah membuatku hangat dan terpesona. 

  lalu pelan-pelan sekitar pukul setengah lima pagi, langit yang tadinya gelap dan dipenuhi benderang bintang mulai berubah jingga keemasan karena sesuatu tiba-tiba muncul dari arah timur.

    itu sunrise

    matahari terbit!

    aku menuju bibir pantai lagi dan melihat langit lebih lekat. dadaku lagi-lagi menghangat untuk perasaan entah hanya karena melihat langit kemuning subuh itu. aku tidak pandai menyulam perasaanku menjadi puitis layaknya matahari terbit saat itu, tapi aku tahu betul mataku berkaca-kaca dan aku menahan untuk tidak menangis menyaksikan keindahan yang terpampang gratis itu. fakta bahwa hhhhhiiiidddduuuuuupppppppppppppppppp iiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnniiiiiiii, sssssssssssssssunggggggggggguuuuuhhhhhhhhhh... keren!

    pagi adalah cara Tuhan untuk mengingatkan kita semua, bahwa Tuhan selalu mengasihi kita, bahwa akan selalu ada harapan. aku seperti dibisiki sesuatu, lamat-lamat aku menyentuh air laut yang telah berubah menjadi hangat dan berkata lirih,

    "selamat pagi, semesta. aku mau hidup yang berbinar-binar!"

Selasa, November 08, 2016

tertidur di hammock

entah apa yang membuat aku begitu excited ketika diajak temanku mengunjungi pantai pada hari senin pagi, padahal siangnya kami ada kelas batik dan saat dia mengabari hal itu, malam sudah larut pukul sebelasan. tapi siapa peduliiiiii, sepertinya aku benar-benar butuh pantai dan aku ingin perjalanaaaan. padahal sabtu-minggu kemarin sahabat tersayangku dari Purwokerto habis mendatangi kehidupanku di kos sambil membawa donat lucu dipasangi lilin mati lampu dan nyanyi selamat ulangtahun, padahal aku sudah enggak ulangtahun tapi siapa peduli ya kaaan? terus mereka nginap semalam dan dua hari itu kami berpergian tak henti-henti, cari udara segar, tempat yang enak untuk foto-foto dan melamun, toko kecil jualan roti artisan, kedai susu dekat kampus, dan berbagi cerita banyak sekali sampai rasanya mulut kami berbusa. lalu mereka pulang ke dunianya masing-masing karena harus menjalani kehidupannya kembali.

begitu juga dengan aku, aku masih harus berjalan mengitari kehidupanku, dan itulah sebabnya saat temanku mengajak ke pantai pagi-pagi, aku tak punya alasan untuk berpikir tidak dan langsung ku iyakan dengan sungguh-sungguh. sepertinya ini memang takdirku, aku bicara mantap di depan cermin dengan lagakku yang lebay. lalu tidur pukul dua pagi setelah mengerjakan macam-macam.

Tuhan ternyata bantu aku beneran, beberapa menit sebelum subuh diadzankan, aku sudah melek meski dengan keadaan tertatih karena aku hanya tidur berapa jam doang.

perjalanan menuju pantai benar-benar terjadi. aku berterimakasih berkali-kali pada partikel-partikel dalam hidup karena aku bisa menghirup udara pagi dingin, melihat anak-anak kecil berangkat sekolah, upacara hari senin di suatu sekolah dasar! pasar tradisional yang tumpah ruah, jalanan yang hening, langit biru indah yang ramah dan matahari pagi yang masih hangat. terima kasih banyak sekaliiii... hidup ini memang oke.

pantai yang kami datangi juga enak banget suasananya, meski air laut terlihat keruh karena kami cuma mengunjungi pantai yang terdekat di Bantul saja hehe. tapi enggak apa, Cemara Sewu yang pagi itu sedang senyap nggak ada siapapun kecuali kami, telah jadi obat penghilang pusingku dan teman-teman yang juga sedang sakit saat itu. aku lalu berayun di lahan kecil dekat pasir pantai sambil ngalamun, sedang yang lain mengambil banyak gambar di antara pohon-pohon cemara rindang. tapi kemudian pandanganku teralih pada hammock-hammock yang dipasang di antara pohon-pohon, salah satu temanku berbaring di sana sesaat aku tengah memandangi hammock tadi, aku mengetuk diriku sendiri dengan pertanyaan 'untuk apa dilihati terus?' aku lalu turun dari ayunan dan berjalan ke salah satu hammock yang menghadap ke laut sementara matahari berada di sisi kiri atasku. aku menyentuh tali hammock itu, mengetesnya dengan menarik-ulur untuk tau seberapa kuatnya tali itu dan memutuskan untuk berbaring di atasnya.

mohon maaf kalau aku berlebihan, tapi perasaan yang ku dapati ketika aku sudah berada di hammock tadi adalah: ketenangan yang aneh. matahari hangat menerpa wajahku samar-samar lewat dedaunan cemara yang diterpa silir angin, suara debur ombak terdengar sangat baik oleh telingaku, pemandangan pohon-pohon dengan bunyi gemerisik dahan-dahannya begitu nyaman dilihat, udara pagi terasa enak, burung-burung entah bercokol aneh, apa lagi yang perlu aku cemaskan ketika sudah begitu? senin pagi itu benar-benar baik, kepalaku sembuh mendadak dan aku tak mengenal pusing lagi. hening, senyap, tenang, segalanya cuma seperti itu. betapa betulnya kalau sepi itu ternyata indah, percayalah...

setelahnya aku menyetel lagu-lagunya Maliq n D'Essentials dan tiba-tiba sudah tertidur saking nyamannya untuk beberapa menit.


hidup ini,
sungguh...

Kamis, Oktober 27, 2016

sepi itu indah
percayalah

habis ini limbung betulan

aku ini kenapa ya? aku bertanya-tanya dan mencari-cari jawabannya sendiri kalau mungkin saja perasaan sedih berlebihanku membuat aku enggak minat untuk ngapa-ngapain, seolah aku sangat mendalami perasaanku sampai rasanya lupa apapun padahal ya hanya gitu-gitu saja. untungnya kemarin-kemarin selama empat hari dari sabtu sampai selasa hariku full di hall teater, ngurusin lomba monolog. terus ngelayab sama rani cari jamu-jamuan yang bisa meredakan capekku, enggak pernah kuliah karena semua kelas kosong, ikut nyanting dan ngebatik sama anak-anak komunitasku, makan geprek di kantin sastra dengan perasaan bosan, ke perayaan wisuda temanku yang baru satu tahun kuliah, lalu sorenya ke gelanggang diantar mantan temanku yang terang-terangan bilang mau mendekatiku, menjelang malam melihat orang-orang latihan teater, sambil berhayal semoga kapan-kapan aku bisa buat proyek pertunjukan maha besar tapi entah seperti apa pokoknya berhayal dulu saja, kemudian terdengar seekor anjing kecil bernama biggo jejeritan dari kandangnya, mas-mas ukm sebelah yang bolak-balik lewat di depanku sembari ketawa-ketawa goblok, lalu nyanyi-nyanyi berisik dengan organ tunggal di depan hall teater ketika latihan sudah selesai, pulang ketika sudah dini hari dan merasakan sedih lagi ketika sampai di kos. hidup kenapa sih... atau aku yang kenapa ya?

pernah enggak sih teman-teman mengalami sedih yang mendalam karena alasan entah seperti aku? lalu tau-tau sudah melamun, sampai rasanya mau limbung saja kalau harus berpikir hal-hal yang meresahkan...

aku begitu kosong.


Jumat, Oktober 21, 2016

mengherankan

enggak kuliah tapi pergi ke jalan magelang untuk ngebatik,
ngajar teman-teman kecil di tegalmojo,
rapat di gelanggang mengurus porsenigama dan ikut latihan teater sampai tengah malam,
belanja bulanan berjam-jam di supermarket lalu mlipir ke pasar karena mencari barang-barang tertentu,
nongkrong di kantin kampus dan ketawa-ketawa entah membicarakan laki-laki bodoh yang gemar tebar pesona,
di antara ketidakjelasan arah hidup ini... aku merasa sedang tidak sadarkan diri.

Tegalmojo, 2016 yang muram.

Senin, Oktober 17, 2016

#19 selamat hari hak asasi binatang

    aku izin menyusup pada tanggal ini karena tiga hari lalu (14,15,16) aku terisolasi di sinolewah atas bersama teman-teman antropologi dan kesulitan mengakses perangkat modern seperti hp dan internet.

    hari sabtu tanggal 15 kemarin usiaku ganjil 19 tahun, lalu aku tercenung sebentar menyadari kalau usiaku sudah sebanyak itu. ibu sudah berkirim sms soal ulangtahunku di tanggal 14 sore, siasat ibu yang entah kenapa benar banget karena batere hpku kemudian habis ketika malam dan aku juga kesusahan mendapat sinyal, pun provider teman-teman yang lain.

    pada hari-hari itu semua menjadi sibuk. konsumsi di dapur, medis di basecamp, acara sliwar-sliwer, pendamping mengurusi maba, dan aku bersama teman-teman keamanan yang lain sibuk jaga di pos-pos, di pinggir jalan, di depan rumah warga, di persimpangan, dan melupakan segala hal di luar tadi, apalagi soal ulangtahun. soalnya aku punya kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya yang mana aku suka bicara yang baik-baik pada diri sendiri sambil meniup-niup jemariku lalu ku usapkan ke wajah ketika tengah malam menjelang tanggal lahirku. tapi bahkan kemarin aku sendiri enggak sadar kapan pergantian hari itu terjadi dan ada di mana aku saat itu tiba. aku cuma ingat setelah aku jaga dari 14 malam sampai 15 subuh di suatu pos dan tertidur menggigil di atas keramik dingin, paginya aku bangun karena teman-teman bicara berisik soal ulangtahunku. 'ini sungguh tanggal 15 oktober?' betapa sebenarnya aku ingin menelpon ibu dan bilang kalau aku sedang baik-baik saja di kaliurang yang dingin ini.

    teman-teman kemudian terus menyelamatiku seolah-olah aku barusan pendadaran dan mereka terus-terusan berbicara soal ulangtahunku, yang entah kenapa membuat hatiku hangat karena teman-teman antropologiku sangat baik dan menyenangkan. malam larutnya ketika aku kembali jaga pos di tengah-tengah apa ini namanya belantara rerumputan semak-semak hamparan luas sebuah perbukitan hijau berbatu landai licin terjal dan alam yang sangat bebas itu, aku bilang terima kasih pada Tuhan dalam hati karena malam itu tidak hujan, cahaya bulan terang sekali seolah-olah purnama, udara dingin tapi berkat api unggun menjadi hangat, daun-daun basah yang segar tercium wangi, bunyi-bunyi apa itu binatang aneh yang menenangkan, sumpah entah kenapa aku ingin sekali menangis pada malam itu. 

    'terima kasih hamima kamu sudah sampai sejauh ini' aku lalu bicara pada diriku sendiri, 'kamu harus tetap jadi hamima yang baik, enggak boleh jahat kemudian membuat orang sakit hati. kamu enggak boleh capek kemudian mati. kamu enggak boleh sedih kemudian melukai tubuhmu. kamu enggak boleh takut kemudian mengubur diri. kamu enggak boleh putus asa kemudian berhenti,' aku terus bicara pada diriku sendiri sampai tanggal 15ku habis kemudian menyentuh dedaunan basah dan gemetar merasakan sesuatu yang dingin, aku meniup satu-satu jemariku lalu ku usapkan pada wajahku sambil bilang 'makasih Tuhan, tolong jaga aku terus' dalam hati dan melontarkan 'amin' keras-keras sampai temanku di samping menengok.
    
    legaaa. aku mau jadi hamima yang berbinar-binar selalu!

    tanggal 16 siangnya aku turun dari sinolewah dan ketika sampai di kos aku langsung tidur sampai malam larut, terus bangun dalam kondisi pegal linu dan kantung mataku yang makin njendol mengerikan. enggak apa-apa, ini semua tanda kalau aku masih 'hidup' dan tanda kalau aku sedang memanfaatkan udara O2 dan partikel-partikel lain dalam hidup dengan baik. aku terus mengaktifkan hp dan notif-notif dari dunia maya mulai bermunculan. adik berkirim stiker ulangtahun, kakak mengirim gambar kue, teman dekat berbagi foto video dan voice note, banyak orang menyelamatiku dan mendoakanku yang baik-baik pula.

    aku berdoa dalam hati semoga kalian semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Tuhan yang Maha Segala. betapa senangnya aku dikelilingi orang-orang baik hati seperti kalian yang masih ingat hamima bahkan di saat aku ada di suatu tempat entah dan berada jauh dari keberadaan kalian. salam hangaaaaaaat. aku membalas ucapan-ucapan mereka dengan bumbu akhir yang ku samakan semua, 'maaf baru bisa balas sekarang, aku baru terisolasi dari peradaban dan tadi siang baru turun dari sana'

    by the way, karena tanggalnya sama-sama 15 oktober, selamat hari hak asasi binatang!!!

sayangi binatang, sayangi aku

Kamis, Oktober 13, 2016

transjogja dan hal-hal baik

dari awal masuk kelas pukul sepuluh pagi, aku sudah asal-asalan dan tidak sedang dalam kondisi yang 'oke'. bangun pada sembilan lebih tigapuluh, lalu mandi ke lantai atas karena di bawah sedang dipakai nyuci, trus baru mengeluarkan motor pukul sepuluh kurang dua menit, menjemput teman, dan jelas telat kurang lebih lima belas menitan ketika sudah sampai kampus. dan btw, karena fib sedang rempong pembangunan, parkiran untuk mahasiswa dipindah jauh dan jaraknya sampai gedung fakultas lumayan bikin ngos-ngosan meski hanya jalan cepat. tapi begitu sampai depan ruang kelas, darahku seperti mengalir ke kepala semua ketika mendengar kalau ternyata kelas kosong.

brengsek.

karena aku belum sempat sarapan, jadinya aku dan temanku tadi bertandang ke kantin dan makan geprek cabai nol sambal bawang dan es teh dua ribuan favoritku. lalu sehabis itu garap review artikel untuk bahan kuliah jam satu siang nanti. tapi kemudian aku diserang aliran-aliran tidak baik: aku bosan, aku mau bolos, aku ingin pergi. aku juga enggak tahu kenapa aku menjadi pribadi yang pemalas sekali, citra-citra 'mahasiswa ugm' yang diinterpretasikan orang-orang sepertinya sangat tidak berlaku untuk jenis mahasiswa seperti aku ini. jadi kemudian aku ngebut mengerjakan review satu halaman dan mengajak teman yang satu aliran denganku untuk bolos berjamaah. ternyata ada juga yang otaknya sakit sepertiku! gokil enggak sih? kita lalu merencanakan perjalanan ke mana saja lah yang intinya pergi dari kampus, kemudian memutuskan hal besar dan pokok: keliling jogja naik tj saja yuk! jadi ya sudah, kita menuju shelter terdekat dan menyerahkan duit tiga ribu lima ratus rupiah kepada bapak penjaga dan menunggu mesin berjalan teknologi canggih bernama transjogja tiba.

jujur aku jarang sekali naik tj, soalnya buat apa? aku sudah ada kendaraan pribadi dan meski tj dicanangkan mengatasi kemacetan, tapi sepertinya itu kurang solutif. tujuanku naik tj hanya iseng saja sih, aku pingin mencoba transportasi umum dan melihat dinamika sosial di dalamnya hahaha. serius lho, selama kurang lebih tiga jam, aku dan temanku cuma duduk di dalam tj, lalu turun di shelter mana saja bebas, lalu naik lagi dan entah ke mana, turun lagi, naik lagi, berkali-kali sampai kita melewati tugu, malioboro, bandara, prambanan, terus tahu-tahu sudah di kampus lagi dan kita hanya bayar sekali ketika di awal tadi, keren ya?

aku juga melihat banyak peristiwa baik: orang-orang sopan di dalam tj yang mempersilahkan kursi tempat ia duduk dikasih ke yang lebih membutuhkan seperti ibu hamil, ibu menggendong anak kecil, bapak-bapak tua, nenek entah dari mana, berulang kali selama proses masuk-keluarnya penumpang. lalu ada satu mbak-mbak yang tadinya duduk terus berdiri dan bilang pada nenek-nenek di depannya "ibu duduk di sini saja", terus nenek-nenek itu tersenyum dan duduk di kursi, lalu tiba-tiba tj oleng mendadak dan mbak itu hampir jatuh, tapi nenek-nenek tadi kemudian mencekal pergelangan tangan mbak-mbak itu dan menepuk-nepuk pinggangnya, aku bisa melihat 'senyum terimakasih' dari kedua orang itu secara enggak langsung, rasanya enak ya ketika dilihat? sungguh energi baik yang begitu hangat. 

seperjalanan pulang, aku duduk di samping ibu-ibu seorang pramurukti yang cerita banyak soal pekerjaannya merawat orang-orang lansia yang sakit parah dan sudah bed rest total di kasurnya. ibu itu bilang begini "ibu merawat orang-orang lansia itu sudah ibu anggap seperti orangtua ibu sendiri lho mbak, habisnya semua hal yang dibutuhkan pasien itu ibu yang lakuin. anak-anaknya mbak, cuma datang untuk menengok saja, padahal mereka orang-orang berpendidikan lho mbak, lha wong sudah pada doktor, profesor begitu. bagaimana rasanya to mbak? ibu berdoa semoga anak-anak ibu nanti mau mengurusi ibu ketika sudah sepuh, sudah sakit-sakitan, nggak jijikan, dan kalaupun ibu diberi sakit semoga ibu khusnul kotimah, mbak tahu ndak? pasien yang ibu rawat itu lama sekali lho sakitnya, kasian, kadang ada yang merintih-rintih kesakitan." ibu itu terus cerita dari shelter mana ya aku lupa sampai transjogja menurunkan aku di depan kampus dan ketika aku bilang 'ibu saya duluan ya' dengan sedih karena harus berhenti mendengar ibu itu cerita, dia lalu bilang 'oh iya mbak, hati-hati ya, terimakasih banyak' sambil menepuk-nepuk pahaku dan tersenyum.

lalu aku turun dan dadah-dadah pada transjogja yang sudah membolehkan aku melihat dan merasakan hal-hal baik. aku sudah pernah bilang lho, kalau hidup itu enak banget. kalau kamu sedih, sakit, terluka, kamu pasti sembuh! soalnya ada banyak sekali kebaikan-kebaikan di jagat raya kita yang akan jadi 'obat' kamu, dan aku yakin seratus persen Tuhan pasti selalu jaga kebaikan-kebaikan itu. seperti aku yang misal sedang tidak sehat, aku cuma butuh perjalanan dan pergi ke mana saja lah entah, supaya aku cepat sembuh dan melanjutkan hidupku dengan baik lagi. tapi aku masih suka bingung kenapa ya bolos kelas rasanya mudah sekali? berapa kali aku harus melakukan perjalanan untuk mengatasi keinginan bolosku kalau begitu jadinya? terus setelah itu, aku dan temanku lalu makan di warung penyetan dekat kos, rapat jurusan di kampus, dan nongkrong di burjo sampai tengah malam.

dadah, makasih sudah baca ceritakuuu yang aku enggak tahu ini pesan moralnya ada di mana hehe!

Selasa, Oktober 11, 2016

udara gerimis, gelas-gelas, dan kepul asap rokok

"oh kamu antropologi?" laki-laki itu bertanya antusias. aku mengangguk mengiyakan sambil menyesap milo dingin. kantin kampus yang biasanya ramai pukul tujuh malam itu mendadak sepi dan banyak penjual yang malah duduk-duduk di bangku pembeli sambil bicara keras-keras. satu dua lagu dangdut diputar keras dari salon-salon di balik gerobak.

"semester berapa?" dia bertanya lagi. tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan korek dan pro mild yang masih terbungkus rapi. "aku ngerokok ya?" ijinnya.

aku mengangguk mempersilahkan. "baru tiga, mas."

laki-laki itu menyulut rokok dan menghisapnya. "ah masih dikit."

aku menggeser gelasku dan balik bertanya. "masnya udah banyak ya?"

"ya gitu deh," kilahnya sambil meringis.

aku tersenyum mendengar jawabannya. laki-laki itu lalu sibuk kebat-kebit asap di depanku dan aku menghabiskan miloku sampai kandas. di luar masih gerimis dan hal itu justru membuatku sangat enggan untuk beranjak. aku melepas sepatu, menaikkan kedua kaki ke bangku dan duduk bersila. "lagi selo po mas?"

"selo sih enggak, abis isya aku ada rapat di sekre."

"njuk ngopo masih di sini?"

"ngancani kowe dhisik."

seorang bapak tua menghampiri kami dan bilang permisi lalu mengambil gelas miloku. aku belum sempat bilang terimakasih ketika laki-laki itu tiba-tiba menyerobot 'pak, kopi hitamnya satu ya' pada bapak tadi.

"ini udah habis isya lho mas." aku bicara lagi.

anak itu melirik jam tangannya dan meringis lebar, membuatku malah memperhatikan laki-laki itu sebentar. kerutan di pelipisnya ketika ditarik saat tertawa mengingatkan aku pada seseorang. sumpah dia mirip sekali dengan seseorang. rautnya hampir sama persis. mata laki-laki itu lentik dan punya tatapan yang teduh tapi berkilat. suara baritonnya berat tapi terdengar ringan. yang membedakan hanya tampilan dia saja yang agak berantakan. kaos oblong dipadu flanel dan celana pendek selutut, rambut panjang yang dibiarkan tergerai, sandal swallow warna merah, gelang rendel di pergelangannya dan rokok di tangannya. "habis isya itu sampai sebelum subuh to? gampang..."

aku tersenyum lagi mendengar jawabannya. udara bekas gerimis tadi tercium wangi di hidungku, dingin menyeruak dan kulitku disapu angin malam, aku bergidik, sedang laki-laki itu menyebulkan asapnya lagi.


*
Foodcourt di belakang Sekre,
2016

Senin, Oktober 03, 2016

lampu motor dan perasaan-perasaan

    setelah dua hari mendekam di kos dan enggak ke mana-mana (selasa libur dan rabu bolos dua makul), motorku tiba-tiba sakit. lampu depan bagian kepala mati untuk pertama kali setelah enam tahun lamanya. jadi kemudian aku memutuskan untuk 'ah ya sudah deh naik motor kalau siang saja, malemnya bobok' dan malah nggak berniat untuk pergi ke bengkel karena alasan aku sedang kere dan malas banget.

    tapi rupanya wacana-wacana untuk naik motor pas siang saja itu enggak bisa ku lakukan karena aku punya kerjaan yang sangat krusial dan fundamental yang tak boleh ku lewati saat malam itu juga: aku mau ngesurprisein teman ulangtahoen hehe. jadi ya sudah deh, malamnya aku nekat pergi dengan catatan hanya sampai jam delapanan saja, biar enggak sepi-sepi banget jalanannya sehingga peneranganku ketika berkendara sedikit terbantu.

    jumat malamnya aku menghadapi masalah yang sama lagi. meski aku sudah mewanti-wanti apapun acaranya aku tetap nggak boleh keluar naik motor dengan kondisi lampu yang rusak, karena itu bahaya banget. aku juga bodoh ya kenapa nggak segera cabut ke bengkel dan minta diperbaiki di sana, kan masalahnya jadi selesai. jadi kemudian aku menahan diriku untuk nggak keluar hari jumat malam itu dan doing nothing di kos. aku dengan besar hati telah menolak tawaran-tawaran menggiurkan untuk nonton attack fib dan teater di fisipol bareng teman-teman dengan alasan 'lampu motorku mati nih' dan tak satupun dari mereka yang bisa datang ke kos dan nebengin aku. sialan.

    tapi kemudian, untungnya malam larut pukul sebelasan seorang teman bernama aini datang untuk menginap dan malamku tak sepenuhnya suram karena sehabis itu kita makan bersama dan cerita-cerita lalu bobok dengan rencana: besok adalah week end, jadwalnya main!

    dan sabtu yang sangat ku rindukan itu telah tiba! aku bodoh banget seharusnya bisa bangun pagi-pagi buta dan mengajak temanku itu pergi meninggalkan depok dan menuju suatu tempat yang dingin-dingin mana saja lah, tapi malah jam setengah enam pagi aku baru melek itupun karena dibangunin aini ya memang hamima ini ngawur og, jadinya kita kemudian ke candi di dekat selokan mataram purwomartani dan cuma numpang-numpang foto di sana saja. tapi sesuatu yang ku syukuri adalah cuacanya sangat enak karena masih pagi banget dan aku melihat ibu-ibu berseragam sedang senam sehat lucu di pelataran kawasan candi. sehabis itu kita sarapan bareng di daerah jalan solo, lalu aini berpulang ke purwokerto untuk melanjutkan kehidupan aslinya, dan aku terbang ke lempuyangan untuk menjemput seorang teman bernama halimatus yang otaknya kegeser sampai sengklek (anak itu kemarin sore pulang ke kebumen dan pagi ini sudah balik jogja lagi, di rumah numpang tidur doang?!?!?!?!) mengantarnya ke kos untuk bayar bulanan, dan akhirnya ku daratkan ia di fib karena dia mau melakukan kegiatan ke-kapalasastra-annya (klub pecinta alam fib ugm) yang sangat dicintainya sepenuh hati itu.

    sehabis itu aku pergi lagi ke kos seorang teman bernama ayi karena di sana sudah ada selingkuhanku yaitu rani. aku cuma pulang sebentar ke kosku tapi entah bagaimana ceritanya aku tak sadarkan diri dan tiba-tiba sudah tidur saja tiga puluh menit. aku, ayi dan rani lalu cuma rebahan-rebahan saja di kos sambil ketawa-ketawa entah dan memutuskan untuk membeli seblak! menjelang malam aku galau kembali, baik ayi maupun rani mereka berdua sudah ada acara mau ke mana sehabis ini. sedangkan aku, hehehe. aku bingung lagi karena lampu motorku masih belum sehat dan ini adalah malam minggu. so what sih tapi aku perlu merayakan malam-malam seperti ini soalnya lagi selo banget nih hidupku, enggak ada tetek-bengek yang sedang bikin pusing.

    lalu setelah berpikir lama, oke deh, aku memutuskan untuk ke bengkel! tapi keinginan luhurku itu terlambat nggak sih karena kan bengkel cuma buka sampai sore saja? tapi ternyata setelah dibantu peri-peri kecil baik hatiku (kalian semua juga punya kok peri-peri itu!) aku pergi ke bengkel di dekat kosku dan memeriksa kesehatan motorku di sana. 'ini mbak, lampunya kalau sudah mati jadi gosong kaya gini' ucap mas-mas di sana sambil memberiku lampu gosong itu, aku mengamatinya sebentar sambil bicara dalam hati 'maaf ya, aku baru tersadar tentangmu belakangan ini, sekarang kamu boleh istirahat dengan tenang, udah ada yang gantiin kamu kok' lalu memasukkan lampu gosong itu ke dalam totebagku hehe untuk dikubur nanti di belakang kos. kurang lebih dua puluh menitan mas-mas tersebut mengotak-atik motorku dan aku menunggu dengan deg-degan melihat hasilnya akan jadi seperti apa.

    dan ternyata ketika sudah selesai lalu motor distarter, lampu depanku nyala lagi dengan terang! aku berbinar-binar sendiri merasa senang yang amat dalam. lalu ketika kutanya berapa ongkosnya, mas-mas tersebut menjawab 'lima belas ribu, mbak' dan aku melongo. ternyata enggak sampai berpuluh-puluh ribu ya? ya ampun hebat banget sekaligus tercengang. aku lalu sekalian minta tolong masnya untuk membenarkan baut pada plat nomorku dan mengencangkan kaca spion wkwk soalnya motorku memang sudah sakit parah wkwk bobrok memang, klaksonku juga kadang-kadang nggak berbunyi tapi aku nggak mau minta dandan dulu deh soalnya duitku takut berkurang lagi hahaha. aku terus bilang terimakasih berkali-kali pada seluruh elemen di bengkel itu ketika ku hidupkan motor dalam kondisi lampu yang benderang-terang, aku merasa sehat banget untuk alasan ini.

    aku lalu pergi ke kos agista untuk mengajaknya malam mingguan ehe. tapi aku cuma keluar sampai pukul sebelas dan lagi enggak berniat untuk nongkrong sampai tengah malam. setibanya di kos setelah mengandangkan motor ke garasi, dan cuci-cuci sebentar, aku lalu diam lama di dalam kos dan menyadari suatu hal: apa ini? sepi banget. kamar-kamar di sampingku tutupan dan lampu mati semua. apa perlu aku membawa mereka ke bengkel supaya lampu mereka nyala? hehe, ternyata gelap bisa buat aku sedih juga. saat itu enggak ada suara apa-apa, mesin sanyo yang biasanya tiba-tiba bunyi aja jadi senyap begitu, hewan-hewan bernama entah yang suaranya aneh juga nggak terdengar sama sekali, jalanan melompong, nggak ada kendaraan apapun lewat, padahal biasanya juga gerobak sate suka lewat tengah malam begini. aku pusing karena suasananya terlampau sepi, jadi aku kemudian menyalakan kipas angin, dispenser, televisi, laptop, dan mainan hape biar timbul bunyi-bunyi apapun. kenapa ya suka aneh begini, aku kadang susah memahami jadinya...

mati

Selasa, September 27, 2016

parah

obat panadol bohong katanya meredakan sakit kepala, nyeri dan demam tapi mana aku masih terluka begini

Rabu, September 21, 2016

perenungan

teman-temaaaaan, coba baca deh tulisan temanku yang paling wangun ini,  http://belantarasekar.blogspot.co.id/2016/09/berpikir-dan-mencari.html?m=1 , dalam hati aku membacanya sambil terus-terusan menyeletuk "iya Chakkk benar bangeeet!" (namanya adalah Echa) apalagi saat dia menulis pertanyaan aneh nggak sih perempuan yang akan menginjak umur 19 baru memikirkan masa depannya?
lalu aku tertohok habis-habisan. aku merinding sendiri karena usiaku sudah hampiiiiir 19 tahun dan itu adalah usia orang dewasa! aku mau jadi apa ya? aku masih belum tahu! aku nihil!

meski aku kuliah di jurusan Antropologi Budaya FIB UGM yang kampusnya diagung-agungkan favorit katanya, itu nggak menjamin, tahi kucing! sesungguhnya aku masih luntang-luntung dan kadang aku bingung aku sedang ngapain. malahan aku juga sepertinya masih meraba-raba konsep jati diriku, di saat teman-teman yang lain sudah mematangkan diri dan sudah punya pegangan masing-masing hendak ke mana dan jadi apa, sekarang cuma tinggal proses menuju ke sana saja, tapi akuuuuuuuuuu...

aku bingung mau mulai darimana ya? kerjaanku hanya membuat review artikel-artikel etnografi yang aku sendiri nggak tau itu bicara apa, kadang kalau sudah sore aku cabut ke gelanggang dan latihan teater sampai malam hari, lalu kalau lagi selo banget aku join volunteer projek-projek sosial dan ikut kegiatan mereka, kadang ada tawaran mengedit video dan aku iyain, kadang kalau lagi benar-benar suwung aku ikut banyak kepanitiaan sampai nggak punya waktu sehari pun buat libur, tapi ya gitu, aku merasa itu hanya sampai di situ saja. aku stagnan.

atau mungkin masih proses ya, aku memang suka suudzon orangnya.

tahu usiaku yang sudah hampir 19 tahun kadang bikin aku murung dan bertanya-tanya sendiri, "kenapa nggak dari dulu menekuni satu bidang yang kamu suka, hamima? 19 tahun ini kamu ngapain aja?" lalu aku berpikir, oh iya ya, 19 tahun itu lamaaaaa banget loh, tapi aku ke mana dan ngapain aja? kok aku jadi seperti bayi katak yang baru muncul dari dalam tempurung?

pertanyaan-pertanyaan itu terus menggentayangiku berhari-hari sampai sekarang.

lalu pernah saat lagi kuliah MPE (Metode Penelitian Etnografi), temanku namanya Edo yang memang otaknya geser tiba-tiba ngajak berisik di belakang kelas, "ham, kamu pingin nikah enggak?" dia bertanya begitu. dengan sigap langsung kujawab, "nggak"

dia lalu bisik-bisik lagi, "nikah aja yuk. aku bosen kuliah e, ra genah"

aku ikut bisik-bisik sambil bicara melotot ke arahnya, "aku pinginnya kerja biar bisa dapat duit, mbok kamu pikir nek nikah uripmu gampang po?"

dia terus bicara apa gitu lah aku nggak peduli dan nggak mendengarkan. karena aku terus tercenung pada kalimatku barusan. aku menginginkan sebuah pekerjaan. aku bosan terkungkung dengan kotak-kotak rutinitas yang aku sendiri bingung menjalaninya.

tapi hamima-ku yang lain kemudian ikutan berbisik, "mbok kamu pikir nek kamu kerja uripmu gampang po? semua ini proses mim, wes to, kamu tuh cuma kurang tidur. rasah brisik."

terus kepalaku senat-senut mendadak dan aku nggak mengerti dengan semua yang ku pikirkan. aku ingin jus buah saja...